DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Selasa, 03 Juli 2012

SEKILAS TENTANG PEMBELAJARAN BAHASA


Maskatno Giri ingin berbagi tentang materi pembelajaran bahasa.  Materi ini diperoleh dari  para profesornya yang baik hati. Karena materi ini sangat penting Maskatno mau berbagi dengan memosting untuk pembeaca yang budiman. Semoga bermanfaat.

Bab ini berisi tujuh bagian, yaitu (1) makna belajar bahasa, (2) makna mengajar bahasa, (3) tujuan pembelajaran bahasa, (4) pembelajaran sebagai suatu sistem (5) kedudukan metode dalam pembelajaran bahasa, dan (6) pembelajaran yang efektif, dan (7) macam-macam metode pembelajaran bahasa yang direkomendasikan untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa di sekolah. Bahasa yang dimaksud dalam  modul ini adalah bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Pembahasan tentang pembelajaran bahasa Inggris tersebut didasarkan pada pendekatan komunikatif.

A. Makna Belajar Bahasa
1.      Belajar suatu bahasa  berarti belajar menggunakan bahasa (language use) itu untuk tujuan komunikatif, baik secara reseptif (listening dan reading) maupun produktif (speaking dan writing), baik secara lisan (listening dan speaking) maupun secara tertulis (reading dan writing).
2.      Mempelajari elemen-elemen bahasa (language usage) seperti grammar, vocabulary, pronunciation, dan spelling juga penting dalam pembelajaran bahasa, tetapi hal itu bukan menjadi tujuan utama. Elemen-elemen bahasa tersebut hanya mendukung terbentuk dan berkembangnya keterampilan berbahasa (listening, speaking, reading, dan writing).
3.      Dalam prakteknya, penggunaan bahasa tersebut dilakukan secara terpadu (integrated), yaitu penggunaan keterampilan berbahasa lebih dari satu. Sebagai contoh, dalam situasi normal orang tidak akan berbicara (speaking) tanpa ada orang yang mendengarnya (listening); demikian juga, tidak ada orang yang menulis (writing) tanpa ada orang yang  membaca tulisan tersebut (reading).
4.      Dalam konteks pembelajaran di sekolah, belajar bahasa dapat berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) Siswa mendengarkan guru pada saat guru tersebut mengucapkan greeting kepada siswa; (b) Siswa menjawab greeting yang disampaikan oleh guru; (c) Siswa membaca teks bacaan yang berupa advertisement, kemudian siswa meresponya dengan cara menulis a letter of application; (d) Siswa menceritakan pengalamannya saat liburan kepada teman-teman sekelas; dan (e) Siswa melihat video pendek tentang suatu fragmen, kemudian menceritakan kembali isi fragmen tersebut, baik secara lisan maupun tulis.
5.      Jenis kegiatan dan materi pembelajaran bahasa harus disesuaikan dengan kurikulum (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi), di samping harus juga disesuaikan dengan karakteristik siswa dengan latar belakang sosial ekonomi, bakat, minat, dan kompetensi yang beraneka ragam.
B. Makna Mengajar bahasa
1.      Mengajar suatu bahasa berarti memfasilitasi dan membimbing siswa agar mereka mau dan mampu menggunakan bahasa itu secara komunikatif. Dengan demikian, mengajar bahasa tidak sama dengan menjelaskan kaidah bahasa (language usage) atau mentransfer pengetahuan kepada siswa.
2.      Memfasilitasi pembelajaran berarti menciptakan situasi yang memungkinkan siswa berlatih menggunakan bahasa, seperti memberi pertanyaan lisan untuk dijawab, memberi teks bacaan untuk dibaca dan dipahami isinya, meminta siswa untuk menulis undangan pesta ulang tahuan untuk teman sekelas, meminta siswa mendengarkan pengumuman untuk dipahami isinya, dan lain sebagainya.
3.      Membimbing pembelajaran berarti memberikan bantuan kepada siswa apabila siswa tersebut mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Misalnya dalam pelajaran writing, guru dapat membantu siswa bagaimana cara menuliskan topic sentence dari judul yang telah ditentukan. Dalam pelajaran reading, misalnya, guru dapat membantu bagaimana cara mencari main idea suatu teks.
4.      Di samping sebagai fasilitator dan pembimbing, guru juga perlu menjadi motivator, yaitu memberi motivasi atau dorongan agar siswa mau belajar dengan baik. Hal itu karena tidak semua siswa memiliki kesadaran untuk belajar, apalagi belajar bahasa Inggris yang oleh sebagian siswa dianggap sebagai pelajaran yang sulit.
5.      Beberapa pendekatan atau metode yang direkomendasikan untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris di sekolah adalah question and answer, discussion, role play and simulation, discovery learning, problem-based learning, project-based learning, dan lain sebagainya. Secara rinci hal ini akan dibahas di bagian G bab ini.
C. Tujuan Pembelajaran Bahasa
1.      Tujuan akhir pembelajaran bahasa adalah terbentuk dan berkembangnya kemampuan komunikatif (communicative competence) siswa. Kemampuan komunikatif adalah kemampuan menguasai kaidah bahasa (grammar, vocabulary, pronunciation, spelling, dll.) suatu bahasa agar siswa dapat memahami dan/atau mengkonstruksi kalimat atau ungkapan bahasa itu secara akurat (accurately) serta kemampuan menggunakan kalimat dan/atau ungkapan tersebut untuk berkomunikasi secara tepat (appropriately) sesuai dengan konteksnya. Dengan demikian, kemampuan komunikatif menggabungkan language usage dan language use sekaligus.
2.      Konteks sebagaimana dimaksud dalam C.1 di atas  adalah unsur di luar bahasa yang menentukan pemilihan dan penggunaan bentuk bahasa (language form). Konteks meliputi enam unsur, yaitu setting (tempat dan waktu), participants (siapa berbicara dengan siapa), topic (isi pembicaraan), purpose (tujuan pembicaraan), key (nada bicara), dan channel (media pembicaraan). Contoh, apabila seorang guru akan mengucapkan terima kasih kepada siswanya, ia dapat hanya mengatakan Thanks; tetapi apabila siswa yang mengucapkan terima kasih kepada guru tersebut, tidak selayaknya ia  menggunakan bentuk yang sama (Thanks); setidaknya ia harus mengatakan Thank you, sir.
3.      Dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa, di samping dimensi bentuk (language form) kita juga harus memperhatikan dimensi isi (language meaning); kita tidak boleh meningglkan salah satu di antaranya.  Dimensi bentuk adalah seperti yang telah dijelaskan pada butir (C.2) di atas. Dimensi isi menyangkut  apa yang pantas untuk diungkapkan dalam situasi tertentu. Contoh, ketika menjenguk orang sakit di rumah sakit, yang pantas ditanyakan atau disampaikan antara lain adalah apa sakitnya, sudah berapa lama sakitnya, siapa dokter yang menangani, dan mendoakan agar orang tersebut lekas sembuh. Alangkah tidak pantas apabila yang disampaikan saat itu adalah, misalnya, “Bu/Pak, hati-hati lho; tempo hari tetangga saya meninggal gara-gara sakit seperti ini”.
4.      Menurut Celce-Murcia (2007) kemampuan komunikatif terbentuk dari enam kompetensi, yaitu (a) linguistic competence, (b) sociocultural competence, (c) interactional competence, (d) formulaic competence, (e) discourse competence, dan (f) strategic competence.
5.      Dari enam kompetensi pembentuk kemampuan komunikatif tersebut, discourse competence menduduki posisi sentral, sedangkan lima kompetensi lainnya bersifat mendukung. Asumsi yang melandasi hal ini adalah bahwa dalam berkomunikasi orang berbahasa pada level teks (discourse), bukan pada tataran kalimat-kalimat lepas (tanpa konteks).

D. Pembelajaran sebagai suatu Sistem
1.      Pembelajaran merupakan aktivitas yang kompleks yang melibatkan banyak faktor yang terkait satu sama lain secara sistemik. Terdapat empat faktor utama dalam pembelajaran, yang masing-masing meliputi beberapa subfaktor yang lebih rinci. Keempat  faktor  tersebut adalah (a) sekolah, (b) guru, (c) proses pembelajaran, dan (d) siswa.
2.      Faktor sekolah meliputi tiga hal. Pertama adalah budaya organisasi sekolah, yaitu etos dan lingkungan yang ada di sekolah, jenis komunikasi dan proses pengambilan keputusan, serta pengelolaan dan struktur staf.  Citra budaya organisasi sekolah tercermin dari jawaban atas sejumlah pertanyaan, seperti (a) Apa visi, misi, dan tujuan sekolah? (b) Bagaimana gaya pengelolaan sekolah? dan (c) Bagaimana sikap sekolah terhadap inovasi? Kedua adalah indikator kualitas sekolah, yaitu sejauh mana sekolah memperhatikan hal-hal yang membuat sekolah tersebut berkualitas, yang antara lain meliputi (a) kurikulum yang baik, (b) guru yang berkualitas, dan (c) tersedianya fasilitas pembelajaran secara memadai. Ketiga adalah konteks lembaga, yang antara lain meliputi (a) struktur staf, (b) ruang referensi guru, dan (c) ukuran kelas.
3.      Faktor  kedua adalah guru. Guru yang baik dapat mengkompensasi kekuarangan yang ada, seperti materi ajar dan sumber belajar. Oleh karena itu guru bahasa perlu memiliki kualifikasi profesi, yang antara lain meliputi (a) pengetahuan praktis, yaitu pengetahuan tentang teknik dan strategi mengajar di dalam kelas, (b) pengetaguan bidang studi, yaitu pemahaman guru atas materi kajian, (c) pengetahuan kontekstual, yaitu pemahaman guru atas konteks dan budaya sekolah, (d) pengetahuan pedagogis, yaitu kemampuan merestrukturisasi pengetahuan bidang studi untuk keperluan pembelajaran, (e) pengetahuan personal, yaitu keyakinan dan pandangan guru terhadap aktivitas mengajar, dan (f) pengetahuan reflektif, yaitu kemauan dan kemampuan guru melakukan refleksi dan evaluasi atas praktik mengajar yang dilakukanya.
4.      Faktor proses pembelajaran meliputi tiga hal, yaitu pemilihan model mengajar, pengembangan kualitas pembelajaran,  dan evaluasi pembelajaran. Model pembelajaran yang berbeda membuat asumsi yang berbeda tentang hakikat bahasa dan belajar bahasa, peran guru, peran siswa, dan peran materi ajar, serta asumsi yang berbeda pula tentang proses belajar dan mengajar bahasa. Pengembangan kualitas pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan secara aktif dan terus menerus oleh guru dan administrator untuk menjamin terwujudnya praktek-praktek pengajaran yang baik. Evaluasi pembelajaran dimaksudkan untuk menilai kinerja guru secara teratur; dan oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem penilaian berdasarkan kriteria tertentu.
5.      Faktor terakhir adalah siswa. Keberhasilan pengajaran (teaching) juga ditentukan oleh keberhasilan pemelajaran (learning). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran antara lain adalah: (a) pemahaman siswa atas kegiatan pembelajaran, yang meliputi tujuan pembelajaran, ruang lingkup dan organisasi materi pembelajaran; (b) pandangan siswa tentang belajar, yang antara lain meliputi perasaan mereka terhadap hafalan, kerja kelompok, dan pengajaran gramatika; (c) gaya belajar, yang melahirkan empat tipe siswa: concrete learners, analytical learners, communicatiave learners, dan authority-oriented learners; (d) motivasi, yaitu alasan yang melatarbelakangi siswa belajar; dan (e) dukungan belajar yang berkenaan tidak saja dengan fasilitas belajar secara fisik tetapi juga dengan dukungan yang berupa balikan.

E. Metode dalam Pembelajaran Bahasa
1.      Abad ke-20 ditandai dengan pencarian cara-cara mengajar yang dianggap efektif. Salah satu hasilnya adalah muncul dan berkembangnya berbagai metode pembelajaran bahasa, seperti  Direct Method, Audiolingual Method, Silent Way, Community Language Learning, dan Communicative Language Teaching. Metode-metode tersebut datang dan pergi silih berganti. Metode baru lahir menggantikan metode yang lama. Lahirnya metode baru tersebut dipicu antara lain oleh kelemahan metode lama, meskipun kadang-kadang metode baru itu masih memanfaatkan sisi positif metode lama yang digantikannya.
2.      Salah satu karakteristik yang menonjol dari suatu metode pembelajaran bahasa adalah sifatnya yang priskriptif. Dalam kaitan ini Richards dan Rodgers (2001: 247) mengatakan bahwa:
… methods typically prescribe for teachers what and how to teach. Teachers have to accept on faith the claims or theory underlying the method and apply them to their own practice. Good teaching is regarded as correct use of the method and its prescribed principles and techniques. Roles of teachers and learners, as well as the type of activities and teaching techniques to be used in the classroom, are generally prescribed. The role of the teacher is marginalized; his or her role is to understand the method and apply its principles correctly.
3.        Sifat preskriptif metode tersebut mengisyaratkan bahwa pembelajaran bahasa menjadi aktivitas yang statis. Hal ini tidak sejalan dengan hakikat pembelajaran yang merupakan suatu proses yang dinamis dan interaktif yang memandatkan guru menggunakan “metode”nya sendiri yang dibanguan berdasarkan pada proses interaksi antara guru, siswa, tugas pembelajaran, dan kegiatan kelas. Sifat preskriptif tersebut juga mengecilkan peran guru sebagai manager pembelajaran yang secara adaptif, kreatif, dan inovatif mengelola sumber daya (siswa, materi ajar, sarana dan prasarana pembelajaran, lingkungan, dan lain-lain) menjadi aktivitas yang produktif.
4.        Dalam sistem kegiatan belajar-mengajar, metode mengajar merupakan salah satu subfaktor dari faktor proses pengajaran. Dengan posisinya itu metode tidak dapat dianggap sebagai faktor dominan yang menentukan keefektifan pembelajaran. Namun demikian, guru harus menguasai berbagai metode menagajar agar mereka dapat memilih dan menggunakan metode tersebut secara tepat sesuai dengan kondisi kelas dan kompetensi siswa yang dihadapi.

F. Pembelajaran yang Efektif
1.      Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melahirkan proses belajar yang berkualitas, yaitu proses belajar yang melibatkan partisipasi dan penghayatan siswa secara intensif. Makin intensif partisipasi dan penghayatan siswa terhadap pengalaman belajarnya, makin tinggilah kualitas proses belajar itu. Tingkat partisipasi dan penghayatan siswa yang tinggi dapat dicapai apabila mereka memiliki kesempatan untuk secara langsung (a) melakukan berbagai bentuk pengkajian untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, (b) berlatih berbagai keterampilan kognitif, personal-sosial, dan psikomotorik, baik yang terbentuk sebagai efek langsung pengajaran maupun sebagai dampak pengiring pelaksanaan berbagai kegiatan belajar yang memiliki sasaran pembentukan utama lain, dan (c) menghayati berbagai peristiwa sarat nilai baik secara pasif dalam bentuk pengamatan dan pengkajian maupun secara aktif melalui keterlibatan langsung di dalam berbagai kegiatan serta peristiwa sarat nilai.
2.       Berdasarkan pada penelitian yang komprehensif, Blum (1984) menyimpulkan bahwa pembelajaran yang efektif memiliki 12 karakteristik, yaitu (1) pembelajaran dibimbing oleh kurikulum yang terencana; (2) terdapat harapan yang tinggi bagi terjadinya pembelajaran; (3) para siswa diorientasikan pada pelajaran; (4) arah pembelajaran jelas dan terfokus; (5) kemajuan belajar dimonitor secara cermat; (6) dilakukan remidiasi bagi yang memerlukan; (7) waktu belajar benar-benar digunakan untuk belajar; (8) tugas rutin kelas dilakukan secara efisien; (9) pembentukan kelompok belajar di dalam kelas didasarkan pada kebutuhan pembelajaran; (10) terdapat standar yang tinggi bagi perilaku kelas; (11) hubungan pribadi yang positif antara guru dan siswa; dan (12) pemberian hadiah kepada siswa dimaksudkan untuk mengembangkan pembelajaran.
3.      Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa dinyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa memperoleh tiga kemampuan sebagai berikut. Pertama, kemampuan partisipatif, yaitu kemampuan untuk secara tepat merespon tugas-tugas kelas dan aturan prosedural untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Kedua, kemampuan interaksional, yaitu kemampuan untuk merespon aturan-aturan wacana ruang kelas dan aturan-aturan wacana sosial, serta berinteraksi dengan sesama teman ketika menyelesaikan tugas-tugas kelas. Ketiga, kemampuan akademik, yaitu kemampuan memperoleh keterampilan baru, mengasimilasikan informasi baru, dan membangun konsep baru.
4.      Sementara itu, Richards (2001) mengidentifikasi sejumlah dimensi yang dapat membedakan antara pembelajaran yang efektif dan yang tidak. Dimensi-dimensi tersebut meliputi penggunaan waktu untuk belajar (time-on-task), pengajaran terstruktur (structuring), penggunaan pertanyaan oleh guru (the teacher’s use of questions),  pemberian balikan (feedback), pembentukan kelompok belajar (grouping), dan pengelolaan kelas (classroom management).


Jenis-Jenis Metode Mutakhir Pembelajaran Bahasa Inggris

       Maskatno Giri mau berbagi, karena dia berusaha baik hati dan tidak sombong. Tulisan ini diposting karena dia sadar bahwa ini penting untuk para guru. "Yen ora bolo ora tak kandani" , materi ini diperoleh dari para seniornya yang baik hati pula. Mau berbagi itulah motto hidup Maskatno Giri dan para seniornya.
        Selamat membaca atau mengkopi tulisan ini, "Jenis-Jenis Metode Mutakhir Pembelajaran Bahasa Inggris" monggo:
1. Role Play
a. Pengertian
Role play (bermain peran) adalah teknik pembelajaran bahasa yang meminta siswa memainkan peran tertentu dalam situasi yang ditentukan, dengan menggunakan bahasa target, yaitu bahasa yang sedang dipelajari (seperti bahasa Inggris, misalnya). Untuk berlatih mengekspresikan complaints and apologies dalam bahasa Inggris, misalnya, siswa bermain peran sebagai pembeli dan penjual di suatu toko. Pembeli mengembalikan barang yang telah dibelinya dari toko tersebut karena barang itu rusak.
b. Kompetensi yang dikembangkan
Keterampilan berbahasa yang dapat dikembangkan dengan role play adalah speaking, terutama interpersonal dan transactional dialogues.
c. Prosedur
1)      Mengajak siswa mengidentifikasi situasi untuk role play, seperti apakah role play akan dilaksanakan antara guru dengan siswa, dokter dengan pasien, atau tamu hotel dengan resepsionais;
2)      Mengajak siswa merancang role play, seperti apakah role play bersifat terstruktur, semi terstruktur, atau bebas. Juga, apakah role play akan dilaksanakan oleh dua orang, tiga orang, atau lebih;
3)      Memfasilitasi siswa untuk mengidentifikasi language function yang diperkirakan muncul dalam percakapan/role play;
4)      Mengajak siswa mengidentifikasi pilihan-pilihan bentuk bahasa (language forms) untuk masing-masing language function;
5)      Mengarahkan siswa untuk melakukan drilling terhadap beberapa language forms yang telah teridentifikasi;
6)      Memfasilitasi siswa melakukan latihan role play dalam kelompok kecil;
7)      Memfasilitasi siswa melakukan performance role play di depan kelas;
8)      Mengajak para siswa melakukan evaluasi terhadap hasil performance siswa.

2. Process Approach
a. Pengertian
Process approach adalah metode pembelajaran bahasa, khusunya writing, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami, menghayati, menilai, dan merefleksi sendiri  langkah-langkah penulisan suatu teks,  mulai dari perencanaan hingga penulisan akhir teks tersebut. Di sini yang menjadi fokus adalah proses penulisan, bukan hasil tulisan.

b. Kompetensi yang dikembangkan
Keterampilan bahasa yang dikembangkan dengan process approach ini adalah writing, khususnya free writing.

c. Prosedur
1)      Planning. Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk memilih dan menentukan topik, membatasi topik, dan menuliskan topic sentence atau thesis.
2)      Outlining. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk menuliskan pointer-pointer isi informasi yang dapat mengembangkan topik.
3)      Drafting. Pada tahap ini guru memfasilitasi siswa untuk mengembangkan sertiap pointer informasi menjadi kalimat atau paragraf.
4)      Revising/Editing. Pada tahap ini guru meminta siswa menilai draf yang telah dibuatnya, kemudian melakukan revisi atau editing agar draf tersebut menjadi lebih baik. Revisi meliputi isi, organisasi, grammar, vocabulary, spelling, dan lain sebagainya.
5)      Rewriting. Pada tahap ini guru meminta siswa menuliskan kembali draf yang telah direvisi. Ini menjadi produk atau tulisan akhir siswa.

3. Inquiry-based Teaching
a. Pengertian
Inquiry-based Teaching (IBT)  adalah suatu metode pembelajaran  yang melibatkan siswa secara intensif untuk  untuk mengajukan pertanyaan atau permasalahan, mengajukan hipotesis, melakukan observasi atau investigasi, menganalisis data, dan menarik simpulan, serta menjelaskan temuannya itu kepada orang lain. Jawaban yang diharapkan atas pertanyaan tersebut tidak bersifat tunggal tetapi jamak. Yang penting adalah bahwa dalam mencari jawaban, siswa bekerja dengan menggunakan prosedur dan standar tertentu yang jelas sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dimungkinkan mereka mengintegrasikan dan mensinergikan berbagai metode dan disiplin ilmu yang berbeda.

b. Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dapat dikembangkan oleh IBT adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa.

c. Prosedur
1)      Asking. Siswa mengajukan pertanyaan atau pemasalahan yang terkait dengan topik yang sedang dikaji;
2)      Investigating. Siswa melakukan investigasi dengan berbagai teknik seperti pengamatan, wawancara, atau analisis dokumen untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan pertanyaan yang telah diajukan;
3)      Creating. Berdasarkan hasil investigasi siswa mengkonstruksi pengetahuan baru yang berbeda dari pengetahuan sebelumnya;
4)      Discussing. Siswa menyampaikan temuannya (new knowledge) kepada teman sekelasnya, dan membandingkannya apakah pengetahuan yang ia konstruksi sama atau berbeda dari teman-teman lainnya;
5)      Reflecting. Setelah diskusi selesai, siswa memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan dan ditemukan.

4. Diskusi
a. Pengertian
Metode diskusi adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa atau kelompok siswa secara intensif untuk melakukan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat atas suatu persoalan, kemudian membuat simpulan atau menyusun alternatif pemecahan masalah tersebut.
b. Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dapat dikembangkan oleh metode diskusi adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa.

c. Prosedur
1)      Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara pemecahannya;
2)      Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris, dan bila perlu juga juru bicara kelompok;
3)      Para siswa melakukan diskusi di kelompoknya masing-masing secara aktif, demokratis, dan saling menghargai; sementara itu, guru berkeliling  di antara kelompok-kelompok diskusi untuk meyakinkan bahwa semua kelompok bekerja dengan baik;
4)      Masing-masing kelompok (melalui juru bicaranya) melaporkan hasil diskusinya, yang kemudian ditanggapi oleh kelompok-kelompok lainnya;
5)      Guru dan siswa melakukan evaluasi dan refleksi atas proses dan hasil diskusi untuk memperoleh hasil terbaik;
6)      Masing-masing kelompok mengumpulkan laporan hasil diskusinya (hasil diskusi kelompok yang telah diberi masukan oleh kelompok lain dan guru), untuk dinilai atau dijadikan arsip kegiatan kelas.

5. Problem-based Learning
a. Pengertian
Problem based learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang didasarkan pada masalah dalam kehidupan nyata. Siswa diminta dan dibimbing untuk mempelajari masalah itu berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya sehingga akan terbentuk pengetahuan baru.

b. Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dapat dikembangkan melalui PBL ini adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa.
c. Prosedur
1)      Guru mengenalkan siswa pada masalah, atau masalah tersebut diidentifikasi dan ditentukan secara bersama-sama antara guru dan siswa;
2)      Guru mengorganisasikan pelaksanaan pembelajaran, misalnya apakah siswa bekerja secara perorangan, berpasangan, atau kelompok kecil;
3)      Guru membimbing siswa untuk melakukan investigasi dengan cara-cara yang relevan, seperti apakah bisa hanya melalui library research, uji coba, atau sampai pada eksperimen;
4)      Guru memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil investigasinya di depan teman-teman sekelas untuk kemudian ditannggapi;
5)      Dengan bimbingan guru siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dan hasil investigasi yang dicapainya;
6)      Siswa membuat laporan tertulis dengan format yang telah disepakati, untuk dinilai oleh guru atau untuk arsip kegiatan kelas.

6. Games.
a. Pengertian:
Permainan adalah kegiatan yang mempunyai peraturan, tujuan dan unsur kesenangan. Dalam lingkup pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, terdapat dua  jenis permainan,  yaitu permainan komunikatif yang dibedakan dengan permainan jenis kebahasaan (lingusitic). Permainan juga dapat juga dibagi menjadi permainan yang bersifat kompetitif dan permainan yang bersifat kooperatif. Selain sifatnya yang menyenangkan, permainan yang bersifat komunikatif mempunyai potensi untuk menciptakan kegiatan komunikasi.
b. Kompetensi yang dikembangkan:
Biasanya permainan yang bersifat komunikatif  digunakan untuk mengembangkan keterampilan berbicara, sedangkan permainan yang bersifat kebahasaan dapat digunakan untuk mengembangkan penguasaan aspek bahasa seperti kosakata dan gramatika. Yang diterangkan di bawah ini hanya jenis permaianan komunikatif.
c. Prosedur:
Pre. Games:
1)      Menjelaskan keterampilan dan kompetensi yang akan dikembangkan.
2)      Melakukan pembahasan dan drilling tentang kosakata dan ungkapan-ungkapan yang akan digunakan dalam permainan. (jika diperlukan)
3)      Menjelaskan prosedur permainan.
4)      Memberikan contoh pelaksanaan permainan

Games:
Tahap ini digunakan untuk melaksanakan permainan

Post-Games:
Tahap ini digunakan untuk memberikan masukan terkait kesalahan siswa yang dicatat oleh guru.
7. Jigsaw.
a.       Pengertian.
Jigsaw adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif, yang dimaknai sebagai pembelajaran yang menciptakan interaksi kelas yang bermakna dalam lingkungan yang mendukung sehingga mengarah pada pencapaian belajar yang lebih baik, peningkatan motivasi belajar siswa, dan secara keseluruhan pada perubahan kondisi psikologis siswa.
b.  Kompetensi yang dikembangkan.
Jigsaw dapat digunakan untuk pengembangan keterampilan listening atau reading dan listening secara bersama-sama .
c.  Prosedur
Berikut langkah-langkah pembelajaran untuk pembelajaran listening dan reading:
Listening:
1)      Guru memperdengarkan rekaman di mana tiga orang dengan pendapat yang berbeda mendiskusikan pendapat mereka tentang suatu topik.
2)      Guru menyiapkan tiga tugas, setiap tugas memfokuskan satu dari ketiga pendapat yang berbeda tadi
3)      Siswa kemudian dibagi menjadi tiga kelompok A, B, dan C dan setiap kelompok  mendengarkan rekaman sambil mengerjakan tugas yang sudah disiapkan tersebut  dan yang terfokus pada  satu pendapat yang berbeda tersebut.
4)      Kelompok siswa kemudian disusun kembali menjadi kelompok yang terdiri satu siswa berbeda dari  kelompok A, B, dan C.
5)      Kelompok baru ini kemudian bermain peran mendiskusikan topik yang sama menggunkan informasi yang sudah mereka dapatkan dari kegiatan mendengarkan tadi. 
6)      Guru memberikan  masukan atas kinerja siswa.

Reading dan listening:
1)      Guru mengambi teks tulis narrative dan memotongnya menjadi beberapa bagian sesuai jumlah siswa.
2)      Setiap siswa mendapatkan satu bagian dari cerita tersebut.
3)      Setelah membaca bagian tersebut, siswa kemudian berkeliling ruang kelas  dan sambil mendengarkan setiap bagian bagian teks yang dibaca keras oleh teman lainnya.
4)      Sambil mendengarkan bagian teks yang dibaca teman lainnya, siswa menentukan posisi bagiannya dalam cerita tersebut.
5)      Akhirnya siswa harus menyusun secara urut bagian-bagian tadi menjadi teks yang utuh.      

8. Split Information
 a. Pengertian.
Kegiatan ini adalah salah satu bentuk dari banyak kegiatan komunikatif.  Nation (1988) menyebutnya sebagai information gap activities . Kegiatan pembelajaran ini melibatkan minimal satu siswa yang mempunyai informasi  dan yang siswa  lainnya tidak mempunyainya tetapi memerlukannya. Untuk mendapatkan informasi tersebut siswa yang tidak mempunyainya harus melakukan komunikasi dalam bentuk tertentu.
b. Kompetensi yang dikembangkan.
Keterampilan yang dapat dikembangkan dengan kegiatan ini adalah keterampilan berbicara.
c. Prosedur 
1) Guru menentukan kompetensi dan topik yang akan dikembangkan, contohnya mendiskripsikan bentuk seperti bulatan, segitiga, garis, empat persegi panjang dan posisi benda.
2) Guru menyiapkan dua lembar kertas dengan gambar yang mirip, umpamanya satu berisi sejumlah gambar bentuk dua dimensi dengan posisi tertentu, dan kertas yang lain berisi gambar bentuk dimensi yang sama tetapi mempunyai posisi yang berbeda.
3)  Guru membagi siswa menjadi berpasangan, tiap siswa mendapat gambar yang berbeda dari gambar pasangannya.
4)  Guru menjelaskan posedur kegiatan dimana tiap pasangan harus saling tanya jawab untuk mencari perbedaan dan persamaan.
5)   Guru memberikan contoh
6)   Setelah selesai salah satu anggota pasangan diminta untuk melaporkan hasil tanya jawabnya.
7)  Guru mendiskusikan dan memberikan masukan terkait kesalahan siswa.

Catatan: apabila diperlukan (tergantung tingkat kompetensi siswa dan kesiapannya), guru dapat melakukan pengenalan kosakata terkait beserta makna dan pelafalannya.

9. Problem Solving  
a. Pengertian
 Kegaiatan pembelajaran ini juga salah satu bentuk kegiatan pembelajaran komunikatif dimana siswa diminta untuk memecahkan suatu masalah secara berkelompok Untuk memecahkan masalah tersebut siswa harus menggunakan sumber daya bahasanya (languge resource) untuk saling melakukan komunikasi.
b. Kompetensi yang  dikembangkan.
Problem solving biasanya digunakan untuk mengembangkan kegiatan berbicara dan sangat memungkinkan menggabungkannya dengan kegiatan komunikasi lainnya seperti menulis, mendengar dan membaca (terpadu).
c. Prosedur
Berikut adalah langkah pembelajaran metode problem solving
1) Guru menentukan kompetensi yang akan dikembangkan.
2) Guru menentukan persoalan yang akan dipecahkan oleh siswa. Umpamanya bagaimana memilih sejumlah barang yang tersedia berdasarkan urutan keguanaannya  yang akan digunakan untuk menyelamatkan diri dari kondisi darurat. Situasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan mengutarakan dan menaggapi pendapat,  persetujuan dan ketidaksetujuan.
3) Guru menerangkan pada siswa tujuan dan prosedur kegiatan .
4) Apabila dianggap perlu guru  menerangkan kosa-kata dan ungkapan-ungkapan yang diperlukan dan melakukan drilling.
5)  Guru membagi siswa menjadi bebarapa kelompok dan tiap kelompok diminta untuk mendiskusikan masalah tersebut dan menentukan pilihan kelompok.
6) Setelah selesai guru meminta setiap kelompok melaporkan hasil diskusi kelompok dalam diskusi kelas.
7)   Guru memberikan komentar dan masukan terhadap  hasil diskusi.

10. Number Heads Together
a. Pengertian
Kegiatan pembelajaran ini adalah salah satu bentuk kegiatan pembelajaran kooperatif. Tehnik yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) ini bersifat komunikatif karena  memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

b. Kompetensi yang  dikembangkan.
 Keterampilan yang dapat dikembangakan dengan number heads  together adalah reading dan listening .

d.      Prosedur.
Berikut adalah contoh langkah-langkah pembelajaran untuk pengembanagan keterampilan reading.
1)      Guru menetapkan kompetensi yang akan dikembangkan dan bahan bacaan yang sesuai.
2)      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor urut.
3)      Guru membagikan teks beserta tugas yang terkait dengan kompetensi dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
4)      Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
5)      Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
6)      Tanggapan dari kelompok yang lain
7)      Teknik Kepala Bernomor ini juga dapat dilanjutkan untuk mengubah komposisi kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain.

11. Project-based Learning

a. Pengertian
Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah pembelajaran yang melibatkan proyek perseorangan atau grup yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Hasil proyek ini kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan di depan kelas. Pembelajaran berbasis proyek ini berpusat pada siswa dan komunikatif karena siswa harus berkomunikasi sebagai bagian dari penyelesaian proyek ini. Disamping itu, pembelajaran semacam ini sangat kontekstual dan mengembangkan juga softskills siswa.
b. Kompetensi  yang dikembangkan.
  Pada dasarnya pembelajaran berbasis proyek ini dapat digunakan untuk mengembangkan satu keterampilan berbahasa atau lebih dari satu secara terpadu. Bahkan  metode ini dapat dignakan untuk mengajar kosa kata.
c.  Prosedur.
Berikut adalah contoh langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek yang terpadu dengan fokus pada pengembangan kosakata yang dikembangkan dengan keterampilan berbicara.
1)      Guru menentukan kompetensi yang akan dikembangkan.
2)      Guru menerangkan pada siswa jenis kosa kata yang akan dikembangkan, sebagai contohnya,  prepositional phrasal verbs seperti go up, look for,  dan take away  
3)      Guru menerangkan  pola  prepotional phrasal  verbs,  makna  dan contoh penggunaannya dalam kalimat.
4)      Guru menerangkan proyek yang harus dikerjakan siswa secara individu, yaitu umpamanya, sebagai pekerjaan rumah mencari dua prepositional phrasal verbs dengan contoh penggunaannya dalam kalimat yang hasilnya nanti dipresentasikan di muka kelas.     
5)      Siswa mempresentasikan hasil proyeknya di muka kelas.
6)      Guru membagi siswa menjadi pasangan dan setiap pasang harus menyusun bersama secara tertulis percakapan yang menggunakan prepositional phrasal verbs yang sudah dipresentasikan.
7)      Setiap pasang memperagakan percakapan yang sudah disusun di muka kelas.
8)      Secara klasikal guru memberi masukan atas presentasi dan peragaan percakapan siswa.

13. Task-based Learning
a. Pengertian
Task-based Learning  adalah pembelajaran berbasis tugas. Tugas disini diartikan sebagai  pekerjaan yang dibuat sedemikian rupa oleh guru untuk  dikerjakan oleh siswa, dan dalam menyelesaikan tugas tersebut siswa harus menggunakan sumber daya bahasanya (language resources)  untuk berkomunikasi.
Task-based learning mempunyai beberapa keuntungan utama:
1.   mampu menciptakan kesempatan pada siswa untuk melakukan komunikasi yang alamiah di dalam kelas.
2.   lebih menekankan pada makna daripada bentuk kebahasaan, dan oleh karenanya
3.   lebih mampu menumbuhkan motivasi belajar karena terpusat pada siswa.
Richards (2002) menyebutkan bahwa Task-based learning  dapat dipakai sebagai satu-satunya kerangka kerja, atau hanya sebagai salah satu komponen dalam pengajaran bahasa Inggris, dan disamping itu, task dapat dipakai sebagai tehnik atau metode mengajar. Dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah di Indonesia pembelajaran berbasis tugas ini lebih mengacu  pada tehnik atau metode.  

b. Kompetensi yang dikembangkan
Pada dasarnya semua keterampilan berbahasa dapat dikembangkan dengan pembelajaran berbasis tugas. Kita dapat mengembangkannya semua keterampilan secara terpadu dengan fokus pada salah satu keterampilan. Dalam konteks Pendekatan Komunikatif  pengembangan keterampilan berbahasa dengan pembelajran berbasis tugas lebih tepat dilakukan secara terpadu.

c.  Prosedur
 Langkah pembelajaran dalam pembelajaran berbasis tugas dibagi menjadi tahap sebelum tugas, tahap tugas, dan tahap setelah tugas.
Tahap sebelum tugas:
1)      Guru menentukan kompetensi yang akan dikembangkan dan memilih jenis tugas yang sesuai. Sebagai contoh, kompetensi yang akan dikembangkan adalah mendiskripsikan  tempat (keterampilan berbicara) dan tugasnya adalah mendesain dua dimensi tata letak  rumah idaman. 
2)      Guru menerangkan pada siswa kompetensi dan tugas yang akan mereka kerjakan.
3)      Jika diperlukan, guru menerangkan dan melakukan drilling  komponen bahasa tugas seperti  kosa-kata, ungkapan dan struktur kalimat.
4)      Guru memberi model  bagaimana tugas tersebut dilaksanakan.
5)      Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok  sesuai kebutuhan

Tahap tugas:
1)      Siswa secara berkelompok melaksanakan tugas dan guru memonitor proses pelaksanaan tugas di tiap kelompok.
2)      Setiap kelompok  melaporkan hasil tugas. Ketika kelompok menyajikan hasil tugas guru disarankan membimbing komunikasi  kelas, antara siswa dengan siswa dan antara guru dan siswa untuk tujuan klarifikasi  atas informasi yang diberikan oleh penyaji.
3)      Kalau diperlukan sebagai pekerjaan rumah , siswa menulis hasil tugas untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. 
 Tahap setelah tugas:
1)      Guru memberi masukan  atas sajian siswa.
2)      Guru melaksanakan refleksi  
H. Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang tepat.
1.      Apa yang Anda pahami tentang makna belajar bahasa menurut pendekatan komunikatif?
2.      Apa implikasi pemahaman Anda tentang makna belajar bahasa tersebut bagi kegiatan guru di dalam kelas?
3.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran bahasa sebagai sebuah sistem dan apa implikasinya bagi peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia?
4.      Tidak seperti pada kurikulum-kurikulum sebelumnya, kurikulum 2004/2006 tidak merekomendasikan penggunaan satu pendekatan pembelajaraan tertentu (seperti pendekatan komunikatif, misalnya). Mengapa demikian?
5.      Sebut dan jelaskan karakteristik pembelajaran bahasa yang efektif.
6.      Apa yang dimaksud dengan syllabus design dalam pembelajaran bahasa Inggris?
7.      Mengapa penyususn silabi harus memahami teori-teori pembelajaran bahasa yang mutakhir?
8.      Jelaskan hubungan antara standar isi, silabus, dan RPP.
9.      Rumuskan 4 butir indikator dari pernyataan kompetensi dasar ini, “Siswa mampu menggunakan ungkapan ‘memberi dan menerima undangan’ dalam konteks kehidupan sehari-hari secara tepat”.

10.  Apa yang dimaksud dengan accuracy dan fluency?
11.   Apa perbedaan antara kegiatan dengan penekanan pada accuracy dan kegaiatan pembelajaran dengan penekanan pada fluency?
12.   Apa yang dimaksud dengan kegiatan pembelajaran yang non-komunikatif dan kegiatan pembelajaran yang non-komunikatif?
13.    Bagaimana membuat kegiatan pembelajaran mekanistis menjadi lebih realistis?
14.    Bagaimana mengembangkan kegiatan pembelajaran yang komunikatif? 

I. Evaluasi
1. Seorang guru merumuskan indikator untuk Kompetensi Dasar (KD) membaca pemahaman sebagai berikut: “Siswa mampu memahami isi bacaan dalam teks eksposisi”. Menurut pendapat Anda, apakan rumusan indikator tersebut tepat? Apabila tidak tepat, di mana letak ketidaktepatannya? Jelaskan argumen Anda.
2. Seorang guru mengajar mata pelajaran bahasa Inggris jam pertama dan kedua (07.00 – 08.20). Tepat pada pukul 08.20 WIB bel berbunyi dan guru tersebut berkata sebagai berikut: “Anak-anak waktunya sudah habis, kita akan mengakhiri pelajaran. Good bye and thanks”. Dari perspektif pelaksanaan pengajaran (khususnya langkah-langkah pengajaran), bagaimana pendapat Anda tentang apa yang telah dilakukan guru tersebut? Apakah tindakan guru tersebut sudah tepat? Bila tidak tepat, di mana letak ketidaktepatannya? Jelaskan argumen Anda.
3. Seorang guru mengajar mata pelajaran bahasa Inggris untuk keterampilan berbicara (speaking). Pada saat ulangan, dia memberi soal yang berbentuk tes rumpang (clozed test) dialog tertulis. Guru minta para siswa melengkapi dialog tersebut dengan ungkapan yang tepat. Bagaimana pendapat Anda tentang bentuk tes tersebut? Apakah tes tersebut tepat? Bila tidak tepat di mana letak ketidaktepatannya? Jelaskan argumen Anda.

4. Pahamilah sebuah kegiatan yang dipaparkan dalam petikan berikut dan setelah itu jawablah pertanyaan-pertanyaan terkait dengan petikan tersebut:

“Students in groups of three or four complete an exercise on a grammatical item, such as choosing between the past tense and the present perfect, an item which the teacher has previously presented and practiced as a whole class activity. Together students decide which grammatical form is correct and they complete the exercise. Groups take turns reading out their answers”.

a.       Jenis kegiatan apakah kegiatan pembelajaran tersebut ? Jelaskan alasanmu,
b.      Bagaimanakah kamu merubah kegiatan tersebut menjadi lebh realistis atau bermakna?

5.   Kembangkan  satu kegiatan dengan penekanan pada accuracy dan satu kegiatan komunikatif yang menekankan pada fluency berdasarkan Kompetensi Dasar berikut: “ mengungkapkan makna dalam dialog interaksional dan interpersonal yang mencakup tindak tutur meminta tolong  seseorang melakukan sesuatu (request)”