DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Jumat, 20 Juni 2014

Di atas Panggung Sandiwara Kehidupan

Heran juga!, kenapa  aku belum mengantuk. Saat ini sudah mendekati tengah malam. Padahal siang tadi aku sama sekali tidak tidur siang. Secara logika aku kelelahan . Seharian, seperti biasa aku menempuh perjalanan sekitar 100 km untuk menuju tempat kerja PP.. Mestinya malamnya bisa tidur dengan cepat dan pulas. Sehingga aku bisa bangun sebelum shubuh. Kenyataanya malam ini kok belum mengantuk. Maka menulis saja sebisanya.  Alhamdulillah Allah memberikanku fisik yang kuat, tidak "ngantukan".

Mungkin ada pertanyaan. Apakah ada  ganngguan pemikiran yang berat sehingga sulit tidur?

Insya Allah, tidak. Tidak sama sekali. Hidupku okey-okey saja. Tidak ada masalah di keluarga, di  masyarakat dan juga di tempat kerja. Hidupku penuh keharmonisan di mana pun Insya Allah.

Kini aku cuma mau bercerita saja. Tadi  pagi aku bertemu dengan seseorang sebut saja mr X . Kebetulan mr X belum diberi rezeki oleh Allah satu anak pun walau sudah menikah lebih dari 10 tahun. Ditambah lagi dia belum memndapat penghasilan tetap. Mr. X memang harus bersabar dalam kemiskinan dan kesepian di  rumah tangganya. "Bersabarlah" itulah  nasihat yang tepat untuk menasihati mr X, bukan? Kata apa lagi yang lebih tepat. Lha wong kita tidak bisa protes ke Tuhan. Dan kita  pun akhirnya tahu bahwa kita tidak mampu "membuat anak".

Sore  hari, aku bertemu dengan teman di Solo sebut saja mr. Y. Dia lebih beruntung dibandingkan mr. X.  Mr Y dikaruniai tiga anak laki-laki ganteng-ganteng, dan ketiganya pinter-pinter. Kedua  putra mr Y, sudah menjadi dokter. dan yang paling kecil masih kuliah di f. kedokteran. Apakah nasihat yang tepat untuk mr Y. "Bersyukurlah",  Bersyukur  menuju keselamatan.

Kisahnyata di atas  tentu  akan bisa menginspirasi kita, tentu bagi  kita yang mau berfikir kreatif untuk kebaikan.  Kita sering mendengar sebenarnya "hidup ini bagai panggung sandiwara". Dalam sandiwara ada  "lakon" menang kalah, hidup mati dll. Allah tentu yang menjadi sutradara dalam kehidupan. Manusia yang  beriman tentu  kan bisa merenung dan mengambil hikmah dari apapun yang ada di sekitarnya.

Sang sutradara tentu memerintahkan semuanya untuk menjalani lelakon. "Jalani lelakon denagn sabar dan syukur". Inilah jalan keselamatan.