DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Senin, 20 Agustus 2012

MENJADI SEHAT BERKAT JIWA POSITIFOleh MasKatnoGiriDimuat di Majalah Respon edisi Juli 2012


MENJADI SEHAT  BERKAT JIWA POSITIF Oleh MasKatnoGiriDimuat di Majalah Respon  edisi Juli 2012
            Adakah  hubungan antara  kesehatan jiwa dengan kebugaran fisik?. Jelas ada. Jiwa yang sehat sangat berpengaruh terhadap kesehatan badan atau fisik. Menurut  para peneliti  kesehatan jiwa  menyatakan bahwa  vitalitas emosi (baca: emosi positif) yang mencakup rasa antusias, berpengharapan dan berprasangka baik (khusnudzan), kegairahan dalam hidup (optimisme) dan kemampuan menghadapi tekanan kehidupan (ketangguhan) terbukti menurunnya risiko penyakit jantung koroner. Efek protektifnya amat nyata dan dapat diukur, kendati sudah memperhitungkan variabel perilaku, seperti tidak merokok dan melakukan olah raga secara teratur.
            Demikian juga jiwa negatif memancarkan emosi  negatif. Ciri-ciri seseorang yang memiliki emosi negatif  antara lain bersemayamnya  perasaan  iri, dengki, dendam, minder,  kemarahan, ketakutan, kekerasan, ketidaksabaran, kecemasan, kesedihan, prasangka buruk, kesombongan dsb. Perasaan-perasaan dari emosi negatif akan mempengaruhi kerja organ-organ tubuh. Ahli kesehatan Michael Blumenfield (2006) yang disampaikan ulang oleh  psikiater sosial dr. Nalini Muhdi SPKJ dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, (kompas.com 2 Februari 2011), menyatakan bahwa sudah banyak kepustakaan dan publikasi ilmiah tentang kaitan antara emosi negatif dan kesehatan.
            Masih  menurut Michael  Blumenfield  bahwa  stress  dapat  meningkatkan  kadar    C-reactive protein (CRP) dalam aliran darah yang berkiatan dengan inflamasi atau penggumpalan atau koagulasi darah. Amarah selain meningkatkan tekanan darah juga diidentifikasi sebagai salah satu pemicu yang paling lazim dan paling menentukan bagi munculnya myocardial ischemia (berkurangnya suplai darah ke otot jantung) dalam aktivitas harian.
            Demikian juga rasa waswas yang kronis dapat memengaruhi sistem biologi dalam tubuh sehingga menjadi pemicu banyak  penyakit seperti, stroke, maag, diabetes dsb. Seseorang  yang mengalami was-was serius  terbukti cenderung mengalami peningkatan kadar kolesterol dan gula darah. Bukti ilmiah yang disampaikan dr Nalini menyatakan bahwa   pasien yang menghadapi operasi besar yang tegang dan cemas  membawa dampak munculnya  penyakit yang lain.

Pengolahan Jiwa
            Jiwa laksana otot, maksudnya jiwa bisa dilatih agar lentur dan teratur menuju jiwa sehat. Beberapa teknik  pengolahan jiwa  dibutuhkan  untuk menjaga keseimbangan antara kesehatan jiwa dan kesehatan fisik. Intinya  seseorang yang menginginkan lebih sehat jiwanya, seharusnya lebih aktif bermunajad dengan yang di atas (Allah S.W.T)  juga lebih aktif bersosialisasi dengan sesama manusia dalam batas yang positif, misalnya lebih aktif kegiatan keagamaan juga  aktif dalam  kegiatan sosial. Dari kegiatan tersebut  seseorang akan terhibur dan terkurangi kecemasannya  dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Tidak kalah penting pengendalian diri pribadi harus diperhatikan,  misalnya berusaha menghibur diri dengan selalu berfikir positif, menurunkan  harapan yang terlalu tinggi dan yang tak realistis, berorientasi pada saat ini bukan terpaku pada kehidupan masa lalu, menjadi diri sendiri, lebih teratur dalam hidup, menyukai humor dan tidak keberatan untuk  menebar senyum dan tawa.
            Senyuman dan tawa merupakan ungkapan dari kenetralan jiwa, para ahli  menyatakan bahwa humor, senyum dan tawa terbukti dapat meningkatkan antibodi Immunoglobulin A (IgA) yang membantu melawan infeksi, meningkatkan jumlah sel-sel T yang berguna untuk melawan penyakit, dan dapat menurunkan tekanan darah.
            Nabi Muhammad s.a.w. berabad-abad yang lalu telah menekankan betapa pentingnya senyum, seperti dalam hadisnya. Dari Jabir ra., ia berkata, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah saw tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali beliau pasti tersenyum kepadaku.” (HR. Bukhari dan Muslim). Beliau menambahkan, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” Hadits Riwayat At Tirmidzi dalam sahihnya. Tentunya senyum seperti yang dicontohkan rasulullah s.a.w. adalah senyuman yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang pas, bukan banyak tersenyum pada saat sendirian.
Modal  Menuju Jiwa Sehat
            Setelah mengetahui peranan  kesehatan jiwa terhadap kesehatan fisik, setiap muslim harus memiliki modal untuk menjadi pribadi-pribadi yang sehat lahir  dan batin.  Modal yang dibahas di sini  adalah modal gratis yang bersifat  non materi. Dipastikan setiap manusia mampu untuk  memilikinya. Modal tersebut  adalah  TAQWA,  ini merupakan akronim  dari Taqarrub, Qona’ah,  dan Wara’.
            Taqarrub. Istilah taqarrub berasal dari nash-nash syara' yang membicarakan upaya pendekatan diri kepada Allah S.W.T. Ada  hadis qudsi dari Nabi sholallohu 'alaihi wasallam bahwa Allah berfirman,"Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada melaksanakan apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan tidaklah hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan nafilah-nafilah (nawafil) hingga aku mencintainya." (HR Bukhari & Muslim). Dari frase "mendekatkan diri kepada-Ku"  inilah kemudian lahir istilah taqarrub. Doa dan dzikir merupakan upaya dekat dengan Allah S.W.T., prasangka baik kita kepadaNya akan menghantarkan kita unuk memiliki jiwa yang bersih yang senantiasa diberi cahaya dari Allah S.W.T.
            QANA’AH.  Istilah Qana’ah mengandung pengertian merasa cukup dengan yang ada dan cukup atas pemberian rizki atau nikmat dari Allah s.w.t. Lawan dari Qana,ah adalah Tamak. Hendaknya setiap muslim selalu menghiasi diri dengan sikap qana’ah (menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah Ta’ala).
            Mengenai  sikap qana’ah, dalam Shahih Muslim dan yang lainnya, dari Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
            “Beruntunglah orang yang memasrahkan diri, dilimpahi rizki yang sekedar mencukupi dan diberi kepuasan oleh Allah terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (Diriwayatkan Muslim, At Tirmidzi,  dan Ahmad ).
            Dengan memiliki sifat qana’ah akan mendidik jiwa manusia senantiasa tenteram dan syukur  atas pemberian Allah s.w.t.
            WARA’. Istilah wara’ mengandung pengertian menjaga diri atau sikap hati-hati dari hal yang syubhat dan meninggalkan yang haram. Lawan dari Wara’ adalah syubhat yg berarti tidak jelas apakah hal tersebut halal atau haram.
            "Sesungguhnya yang halal itu jelas & yg haram itu jelas. Di antara keduanya ada yg syubhat, manusia tidak banyak mengetahui. Siapa yg menjaga dari syubhat, maka selamatlah agama & kehormatannya. Dan siapa yang jatuh pada syubhat, maka jatuh pada yg haram." (HR Bukhari & Muslim). "Sesungguhnya yang halal itu jelas & yg haram itu jelas. Di antara keduanya ada yg syubhat, manusia tidak banyak mengetahui. Siapa yang menjaga dari syubhat, maka selamatlah agama & kehormatannya. Dan siapa yang jatuh pada syubhat, maka jatuh pada yg haram." (HR Bukhari & Muslim).
            Dengan memiliki sifat wara’, manusia dididik untuk selalu berhati-hati dalam segala aspek kehidupan.
            Uraian sederhana  mengenai kesehatan jiwa di atas setidak-tidaknya berperan membantu kita menuju kehidupan yang lebih bermakna, sejahtera, sehat lahir batin. Allahu a'lamu bishawaf.

20 M MAGAL (MANUSIA GAGAL) DI BULAN RAMADLAN-SYAWAL

Menjadi manusia gatal tidak masalah, menjadi manusia gagal jangan donk. Setiap manusia punya hak yang sama menjadi manusia sukses baik ruhani maupun jasmani, baik dunia dan akherat. Menjadi manusia sukses jauh lebih bahagia, maka jangan biarkan kita hidup sengsara.

Bulan ramadlan adalah kesempatan awal untuk meraih kesuksesan jangka panjang. Ramadaln berarti kesempatan untuk menjdai brilian. karena ramadlan adalah bulan pembelajaran, agar kita menjadi manusia tangguh, sungguh -sungguh jujur,amanat, peduli, hati-hati, bijak, dan kosisiten dll.. Memang untuk sukses dunia akherat tidak perlu modal uang besar  cukup modal yang tertulis tadi.

Untuk menjadi suskses pra atau pasca ramadlan perlu  memiliki pemahaman. 20M sangat berpengaruh terhadap  ketidakberhasilan seseorang :

20 M tersebut adalah sebagai berikut:

1. Memiliki motivasi rendah dalam menyambut ramadlan
Misalnya tidak tumbuh keinginan melatih bangun malam dengan shalat tahajjud. Begitupun tidak melakukan puasa sunnah Syaban, sebagaimana telah disunnahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam. Dalam hadits Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Radhiallaahu anha berkata, “Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan Syaban.”
2. Mengulur-ulur shalat fardhu.
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan kecuali orang-orang yang bertaubat dan beramal shalih” (Maryam: 59).
Menurut Said bin Musayyab, yang dimaksud dengan tarkush-shalat (meninggalkan shalat) ialah tidak segera mendirikan shalat tepat pada waktunya. Misalnya menjalankan shalat zhuhur menjelang waktu ashar, ashar menjelang maghrib, shalat maghrib menjelang isya, shalat isya menjelang waktu subuh serta tidak segera shalat subuh hingga terbit matahari. Orang yang bershiyam Ramadhan sangat disiplin menjaga waktu shalat, karena nilainya setara dengan 70 kali shalat fardhu di bulan lain.
3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah.
Termasuk di dalamnya menjalankan ibadah shalatul-lail. Mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah merupakan ciri orang yang shalih.
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami” (Al-Anbiya:90).
Dan hamba-Ku masih mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, sampai Aku mencintainya. (Hadits Qudsi)
4. Mencintai  gemerlapnya dunia tanpa pertimbangan akhirat.
Cinta dunia  dampaknya terlalu kikir.Takut rugi jika mengeluarkan banyak infaq dan shadaqah adalah tandanya. Salah satu sasaran utama shiyam agar manusia mampu mengendalikan sifat rakus pada makan minum maupun pada harta benda, karena ia termasuk sifat kehewanan (Bahimiyah). Cinta dunia serta gelimang kemewahan hidup sering membuat manusia lupa akan tujuan hidup sesungguhnya.
5. Malas membaca Al-Qur’an.
Ramadhan juga disebut Syahrul Qur’an, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an. Orang-orang shalih di masa lalu menghabiskan waktunya baik siang maupun malam Ramadhan untuk membaca Al-Qur’an. Ibadah ummatku yang paling utama adalah pembacaan Al-Qur’an (HR Baihaqi).
Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menimba dan menggali sebanyak mungkin kemuliaan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup. Kebiasaan baik ini harus nampak berlanjut setelah Ramadhan pergi, sebagai tanda keberhasilan latihan di bulan suci.
6. Mudah mengumbar amarah.
Ramadhan adalah bulan kekuatan. Nabi Saw bersabda : “Orang kuat bukanlah orang yang selalu menang ketika berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai diri ketika marah.”
Dalam hadits lain beliau bersabda : “Puasa itu perisai diri, apabila salah seorang dari kamu berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan jangan membodohkan diri. Jika ada seseorang memerangimu atau mengumpatmu, maka katakanlah sesesungguhnya saya sedang berpuasa” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
7. Melakukan dusta dan berkata sia-sia
“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta perbuatan Az-Zur, maka Allah tidak membutuhkan perbuatan orang yang tidak bersopan santun, maka tiada hajat bagi Allah padahal dia meninggalkan makan dan minumnya” (HR Bukhari dari Abu Hurairah).
Kesempatan Ramadhan adalah peluang bagi kita untuk mengatur dan melatih lidah supaya senantiasa berkata yang baik-baik. Umar ibn Khattab Ra berkata : Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari makan dan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan yang salah dan tutur kata yang sia-sia (Al Muhalla VI: 178).
8. Memutuskan tali silaturrahim.
Ketika menyambut datangnya Ramadhan Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa menyambung tali persaudaraan (silaturrahim) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya”. Puasa mendidik pribadi-pribadi untuk menumbuhkan jiwa kasih sayang dan tali cinta.
Pelaku shiyam jiwanya dibersihkan dari kekerasan hati dan kesombongan, diganti dengan perangai yang lembut, halus dan tawadhu. Apabila ada atau tidak adanya Ramadhan tidak memperkuat hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, itu tanda kegagalan.
9. Menyia-nyiakan waktu.
Al-Qur’an mendokumentasikan dialog Allah SWT dengan orang-orang yang menghabiskan waktu mereka untuk bermain-main. Allah bertanya : “Berapa tahunkan lamanya kamu tinggal di bumi ?.” Mereka menjawab : “Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari. Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman : “Kamu tidak tingal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. “Maka apakah kamu mengira sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ?. Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenarnya; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan yang mempunyai Arsy yang mulia” (Al-Mu’minun: 112-116).
Termasuk gagal dalam ber-Ramadhan orang yang lalai atas karunia waktu dengan melakukan perbuatan sia-sia, kemaksiatan, dan hura-hura. Disiplin waktu selama Ramadhan semestinya membekas kuat dalam bentuk cinta ketertiban dan keteraturan.
10. Menjalani hidup dengan keraguan
Labil alias perasaan gamang, khawatir, risau, serta gelisah dalam menjalani hidup juga tanda gagal Ramadhan. Pesan Rasulullah SAW : ‘Sesungguhnya telah datang bulan Ramadhan yang penuh berkah. Allah telah memfardhukan atas kamu berpuasa di dalamnya. Dibuka semua pintu surga, dikunci semua pintu neraka dan dibelenggu segala syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tiada diberikan kebajikan malam itu, maka sungguh tidak diberikan kebajikan atasnya’ (HR Ahmad, Nasa’i, Baihaqi dari Abu Hurairah)
Bila seseorang meraih berkah bulan suci ini, jiwanya mantap, hatinya tenteram, perasaannya tenang dalam menghadapi keadaan apapun.
11. Mensyiarkan Islam dengan kemalasan
Salah satu ciri utama alumnus Ramadhan yang berhasil ialah tingkat taqwa yang meroket. Dan setiap orang yang ketaqwaannya semakin kuat ialah semangat mensyiarkan Islam. Berbagai kegiatan amar ma’ruf nahiy munkar dilakukannya, karena ia ingin sebanyak mungkin orang merasakan kelezatan iman sebagaimana dirinya. Jika semangat ini tak ada, gagal lah Ramadhan seseorang.
12. Mengkhianati  amanah.
Shiyam adalah amanah Allah yang harus dipelihara (dikerjakan) dan selanjutnya dipertanggung-jawabkan di hadapan-Nya kelak. Shiyam itu ibarat utang yang harus ditunaikan secara rahasia kepada Allah.
Orang yang terbiasa memenuhi amanah dalam ibadah sir (rahasia) tentu akan lebih menepati amanahnya terhadap orang lain, baik yang bersifat rahasia maupun yang nyata. Sebaliknya orang yang gagal Ramadhan mudah mengkhianati amanah, baik dari Allah maupun dari manusia.
13. Motivasi hidup rendah dalam berjama’ah
Frekuensi shalat berjama’ah di masjid meningkat tajam selama Ramadhan. Selain itu, lapar dan haus menajamkan jiwa sosial dan empati terhadap kesusahan sesama manusia, khususnya sesama Muslim. Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang berjuang secara berjama’ah, yang saling menguatkan.
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam saatu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh” (Ash-Shaf: 4). Ramadhan seharusnya menguatkan motivasi untuk hidup berjama’ah.
14.  Mengandalkan makhluk  dengan pertimbangan nafsu
Hawa nafsu dan syahwat yang digembleng habis-habisan selama bulan Ramadhan merupakan pintu utama ketergantungan manusia pada sesama makhluk. Jika jiwa seseorang berhasil merdeka dari kedua mitra syetan itu setelah Ramadhan, maka yang mengendalikan dirinya adalah fikrah dan akhlaq. Orang yang tunduk dan taat kepada Allah lebih mulia dari mereka yang tunduk kepada makhluk.
15. Malas membela dan menegakkan kebenaran.
Sejumlah peperangan dilakukan kaum Muslimin melawan tentara-tentara kafir berlangsung di bulan Ramadhan. Kemenangan Badar yang spektakuler itu dan penaklukan Makkah (Futuh Makkah) terjadi di bulan Ramadhan. Di tengah gelombang kebathilan dan kemungkaran yang semakin berani unjuk gigi, para alumni akademi Ramadhan seharusnya semakin gigih dan strategis dalam membela dan menegakkan kebenaran. Jika bulan suci ini tidak memberi bekal perjuangan baru yang bernilai spektakuler, maka kemungkinan besar ia telah meninggalkan kita sebagai pecundang.
16. Menjauhi kaum dluafa’
Kasih sayang teradap kaum miskin adalh pribadi rasulullah. Ramadlan adalh syahru Rahmah, Bulan Kasih Sayang adalah nama lain Ramadhan, karena di bulan ini Allah melimpahi hamba-hamba-Nya dengan kasih sayang ekstra. Shiyam Ramadhan menanam benih kasih sayang terhadap orang-orang yang paling lemah di kalangan masyarakat. Faqir miskin, anak-anak yatim dan mereka yang hidup dalam kemelaratan. Rasa cinta kita terhadap mereka seharusnya bertambah.
17. Memaknai akhir Ramadhan tanpa evaluasi diri dan mohon ampun kepada Allah s.w.t
Khalifah Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyatnya supaya mengakhiri puasa dengan  evaluasi diri, memperbanyak istighfar dan memberikan sadaqah, karena istighfar dan sadaqah dapat menambal yang robek-robek atau yang pecah-pecah dari puasa. Menginjak hari-hari berlalunya Ramadhan, mestinya kita semakin sering melakukan muhasabah (introspeksi) diri.
“Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Hasyr: 18).
18.  Menyibukkan diri pada fokus Lebaran.
Kebanyakan orang semakin disibukkan oleh urusan lahir dan logistik menjelang Iedul Fitri. Banyak yang lupa bahwa 10 malam terakhir merupakan saat-saat genting yang menentukan nilai akhir kita di mata Allah dalam bulan mulia ini. Menjadi pemenang sejati atau pecundang sejati.
Konsentrasi pikiran telah bergeser dari semangat beribadah, kepada luapan kesenangan merayakan Idul Fitri dengan berbagai kegiatan, akibatnya lupa seharusnya sedih akan berpisah dengan bulan mulia ini.
19.  Menganggap Idul Fitri  sebagai  hari kebebasan.
Secara harfiah makna Iedul Fitri berarti ‘hari kembali ke fitrah’. Namun kebanyakan orang memandang Iedul Fitri laksana hari dibebaskannya mereka dari penjara Ramadhan. Akibatnya, hanya beberapa saat setelah Ramadhan meninggalkannya, ucapan dan tindakannya kembali cenderung tak terkendali, syahwat dan birahi diumbar sebanyak-banyaknya. Mereka lupa bahwa Iedul Fitri seharusnya menjadi hari di mana tekad baru dipancangkan untuk menjalankan peran khalifah dan abdi Allah secara lebih profesional.
20. Melakukan banyak kesia-siaan.
Banyak oeang menghabiskan Lebaran justru untuk kesia-siaan,  uang untuk sia-sia, waktu habis tanpa makna, ibadah di sepelekan hanya untuk sia-sia

STANDAR KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

STANDAR KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

NO. DIMENSI KOMPETENSI KOMPETENSI
1 Kepribadian 1.1 Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhalak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
1.2 Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
1.3 Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah.
1.4 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
1.5 Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah.
1.6 Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
2 Manajerial 2.1 Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
2.2 Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.
2.3 Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal.
2.4 Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.
2.5 Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
2.6 Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
2.7 Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
2.8 Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.
2.9 Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaa peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
2.10 Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
2.11 Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.
2.12 Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.
2.13 Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.
2.14 Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.
2.15 Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.
2.16 Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
3 Kewirausahaan 3.1 Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.
3.2 Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
3.3 Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
3.4 Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.
4 Supervisi 4.1 Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
4.2 Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
4.3 Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
5 Sosial 5.1 Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah.
5.2 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
5.3 Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.


MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD.
BAMBANG SUDIBYO