DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Tampilkan postingan dengan label RENUNGAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RENUNGAN. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 April 2016

Mendesak! Mari Bersyukur! (Belajar dari Pak Sukidi yang baru sakit)

Tadi sore habis sholat 'asar saya menyempatkan diri untuk menjenguk  sobatku pak Sukidi  yang berbaring sakit di rumahnya. 

Banyak hikmah yang bisa kuambil dari kunjunganku yang kesekian kalinya atas sakitnya Pak Sukidi.

Pak Sukidi  menderita penyakit anemia berat. Kalau ditotal lama sakitnya sudah lebih dari satu tahun.

"Ya Allah berilah saudaraku kekuatan, kesembuhandan kesabaran!".

Menurut cerita dari Pak Sukidi, anemia yang dideritanya bukan anemia biasa, Bahkan beliau bercerita  bahwa sel darah merahnya dimakan oleh sel darah putih. Beliau menerangkan bahwa sel darah merahnya semakin menyusut, atau dengan kata lain HB nya sangat rendah.  Sering level Hb beliau di bawah 50 persen batas normal. Setahuku manusia dewasa pria normal sekitar  level 14. Sedangkan HB pak  Kidi  sering sekali  di bawah 10 bahkan sering di bawah enam.

Lemas, pusing, sari awan dll sudah biasa dialami oleh Pak Kidi. Beberapa bulan  yang lalu beliau sudah sering mondok di RS karena sakit.  Dan sekitar sebulan yang lalu, di RSU Dr Muwardi Solo sudah memutuskan  untuk mengambil sampel sumsum tulang belakang, lalu dicek. Ternyata memang ada masalah di sumsum tulangnya. Inilah salah satu penyebab HBnya ngedrop.

Setelah  sumsum tulang diambil, juga transfusi darah, beberapa hari kemudian Pak Kidi bisa masuk kerja dan bertemu dengan aku, Beliau berserita  bahwa kondisinya masih  lemas tapi lumayan beliau bisa wira-wiri mengantar jemput  anaknya ke sekolah.

Namun, Allah SWT belum selesai menguji Pak Kidi, sekitar seminggu meninggalkan rumah  sakit,  kondisi Pak Kidi ngedrop lagi.  Dokter menyarankan beliau harus mondok lagi di RS, menurut info HBnya di bawah level 4.

Setelah dirawat lagi di RS, dia mendapat penambanhan darah, kondisi Pak Kidi lumayan segar dan boleh pulang.

Sampai di rumah, Pak Kidi  memang sudah  lumayan segar. Nmaun, Pak Sukidi tidak mampu berjalan. Rupanya ada masalah di tulang belkangnya. jadi di dekat bagian yang diboor katanya terasa nyeri hebat. Samapi kini pak Sukidi tidak mampu berjalan. Bahkan untuk buang air kecil pu  harus di tempat tidur.

Bagi  pembaca yang baik,  kini kuajak membantu pak Sukidi. Pertama, kami mengingtakan diri sendiri bahwa  kita yang sehat wajib bersyukur karena nikmat sehat sungguh luar biasa. Ngomong bersyukur belum cukup, harus  ada aksi nyata. Mari kita mendoakan atas kesembuhan beliau. Berikutnya, mendoakannya belum cukup,  mari sisihkan uang ( baik zakat, infaq ataupun sedekah) kita untuk membantu beliau. Pak Sukidi adalah guru PAI  masih honorer di dua SMA yakni SMAN 2 Wonogiri dan SMAN1 Girimarto. Beliau adalh tulang punggung keluarga. Istrimya adalah ibu rumah tangga. Maka sekali lagi mari kita bantu  beliau.

Tulisan ini kutulis pukul 1. 40 malam, karena aku tidak bisa tidur. Aku saat ini tidur di sekolah untuk piket malam UN SMA.  Semoga tulisan ini  menggugah kesadaran  saya dan pembaca. Untuk hidup penuh  kebahagiaan kesyukuran  adalah kuncinya.
 

Kamis, 19 Maret 2015

10 Resep Manjur Meredam Kecemasan

Teringat masa  lalu. Aku termasuk orang yang  sering cemas terhadap diri sendiri. Terutama masalah masa depanku. Maklum saja berbagai tingkat kekurangan dan kelemahan melekat padaku, pokoknya masalahnya lengkap. 

Saat usia belum dewasa, aku dipaksa oleh keadaan untuk mampu  hidup  mandiri. Karena aku tinggal di Solo, jauh dari  orang tua. Di sinilah banyak kecemasan  menghantui pikiranku. Dampak dari rasa cemas yang berlebih, berpengaruh pada rasa kepercayaan diri yang buruk. Alhamdulillah, Allah menyelamatkanku. Aku sejak remaja sudah terbiasa  mengikuti kegiatan motivasi spiritual/ pengajian-pengajian. Di sinilah sedikit banyak membantuku untuk tetap bersabar.

Teringat saat-saat kuliah di UNS SOLO, kecemasanku semakin menjadi-jadi.  Karena secara ekonomi dan prestasi akademikku yang tidak bagus memperparah kecemasanku. Maklum, aku tergolong lemah ekonomi (aku mencari biaya makan dan SPP sendiri) dan lemah prestasi.

Tak terlupakan di depan kampus pusat. Aku sering meneteskan air mata, saat-saat melihat para senior sudah memakai toga untuk wisuda. "Kapan Ya Allah aku bisa cepat selesai, lalu diwisuda seperti mereka dan bisa bekerja?".

Di semester sembilan tahun 1998 akhirnya aku diwisuda dengan nilai kurang memuaskan. Jelas aku bukan manusia sempurna yang jauh dari  kebodohan,  kelemahan, dosa dan salah. Namun, sejak remaja Insya Allah, aku bukan termasuk remaja yang nakal tanpa moral. Aku dimotivasi  oleh ustadzku  supaya aku  menjadi manusia yang baik semampu aku bisa. Pokoknya harus jadi orang baik walau modal hidupnya cuma pas-pasan, tentang rezeki Allahlah yang Maha Pengatur.

Alhamdulillah, semuanya terjawab. Tahun 2000 aku mendapat rezeki pekerjaan. Tanpa melalui seleksi, aku mendapat SK ikatan dinas  dari UNS dan aku bekerja di SMAN1 Girimarto sampai sekarang.

Kecemasan dalam hidupku makin lama makin tak ada. Sebetulnya aku tidak memiliki konsep yang tersusun rapi dalam meredam kecemasan, tapi Insya Allah aku telah melakukan berbagai cara dalam menghadapi kecemasan tersebut:

1.Berusaha tetap berbuat baik secara istiqomah semaksimalnya. Kata Ustadzku kebaikan itu membahagiakan.
2. Berusaha  membuang rasa cemas yang berlebihan dan tanpa alasan, apalagi hanya bayang-bayangan saja.
3. Berusaha dekat dengan  Allah SWT. dengan menjalankan kuajiban dan menjauhi larangaNya
4. Berkawan  dengan oranr-orangyang bisa memberi energi positif pada diri  sendiri.
5. Menjauhi dari makanan yang haram dan dari minuman beralkohol yang sifatnya merusak dan  hanya sementara melepaskan keresahan hati.
6. Berusaha  mensyukuri   nikmat dari Allah SWT
7. Mendengarlah musik yang disukai.
8. Belajar  untuk ikhlas dan menyerahkan segala sesuatu di luar kontrol  manusia  hanya pada  Allah SWT semata.
9. Membaca  buku-buku yang baik.
10. Menyadari tugas manusia  hanya brdoa, berjuang-dan berjuang, pantang  menyerah . Berusaha meyakini ada kekuatan luar biasa dari Allah yang Maha Kuasa yang bisa membantu manusia lemah.

Kini rasa kecemasanku semakin mereda, karena apa yang kucita-citakan sebagian sudah tercapai dan membuat bahagia. Walau   belum semua obsesiku tercapai, aku sudah bersyukur.

Rabu, 04 Maret 2015

Yang Terlewatkan

Hampir sepuluh hari aku merasakan sakit. Kini   kakiku  yang retak sudah  pada proses peneyembuhan karena telah diberi pen. Namun, 'senut-senut'  sangat mengganggu saat tidur.

Kini aku  semakin aktif  merenung bahwa terkadang keberadaan kaki, tangan dll terasa tidak begitu penting, dan terkadang  aku  merasa  ini bukan karunia yang luar biasa dari Allah SWT.  Padahal itu semua tidak sekedar penting tapi penting sekali. Sakit mengingatkanku  bahwa  nikmat Allah sungguh luar biasa. Aku  terkadang  meremehkannya.

Demikian juga, peran istri sungguh sangat berarti. Saat aku sakit seperti ini, aku bisa merasakan betapa bahagianya memiliki istri yang   baik dan setia. Aku  membayangkan bagaimana susahnya jika aku memiliki istri yang buruk perilakunya. Saat ini aku belum bisa  berjalan secara sempurna, belum bisa mandi sendiri dll. Semuanya aku membutuhkan peran istri.

Berikutnya, betapa  pentingnya arti sahabat dan saudara. Dalam minggu ini banyak sobatku yang memberi semangat kepada ku. Ada puluhan bahkan ratusan aku dikunjungi dan didoakannya.

Beberpa menit tadi ada empat sahabat dari jamaah  Masjid  At Taqwa yang telah mengunjungiku ke tiga kalinya. dan mereka menawarkan dana talangan untuk biaya hidup, karena aku belum sehat untuk mengambil gajiku ke kantor. Alhamdulillah aku tidak minta dana  talangan,  tapi mereka menawariku. 

Akhirnya, aku bisa merasakan pentingnya kehadiran orang-orang terdekatku. Kini aku semakin mantap bahwa aku tidak sepantasnya menyakiti, menyepelekan, dan  merendahkan mereka.







Jumat, 21 November 2014

Selamat Sampai Akhir Hayat (Belajar dari Kisah Bill Cozby)

Belajar dari kisah di berbagai media: usianya sudah tidak muda lagi, namun banyak di antaranya mereka bermain api: main-main dengan penyelewengan dana, mencoba dengan narkoba, tergoda dengan wanita dll. Akhirnya  semuanya  harus  ditebus dengan mendekam di penjara sampai tua.

Kompas  hari ini Jum'at, 20/11/2014  menulis kisah malang dari aktor Amerika  Bill Cosby (77), selama puluhan tahun lalu dia mengalami masa jaya. Dia adalah "star" di dunia hiburan dan pencetak dolar, menjadikan dia kaya dan terkenal.

Namun, Tuhan dengan mudah membuka aibnya, walau sudah ditutup-tutupi. Cosby tersangkut hukum karena pelecehan terhadap 13 wanita. Cosby harus siap-siap dipenjara sampai habis masa tuanya.

Anda dan saya sendiri tidak ada jaminan  bisa aman dalam "khusnul khotimah" baik secara karir dan dalam menjalani hidup yang lebih komplek. Banyak kisah di masa muda  baik dan luar biasa. Akhirnya  dalam meniti karir dan berakhir di penjara. Kita bisa belajar dari kasus Joko S, Anas U,  Nazar, Andy M, Urip T, Ahmat Fatonah dll. Syetan begitu lihainya menggoda kita.  Hanya doa, supaya kita diberi kekuatan lahir dan bathin  dalam mengarungi  kehidupan. 

 Menulis kisah berarti menasihati dan refleksi  diri sendiri, berikut ini kita bisa belajar tip pengingat tetap kuat dan selamat  terhadap godaan syetan sampai akhir hayat:
  • Allah SWT Maha melihat, tentu kita harus selalu mengingat pahitnya kepedihan yang dirasakan dampak kemaksiatan daripada kelezatan menuruti kehendak hawa nafsu/ menuruti godaan syetan
    Kedudukan dan martabatnya di sisi Allah dan di hati para hamba-Nya lebih baik dan berguna daripada kelezatan mengikuti tuntutan hawa nafsu.
  • Jelas kita harus  mengutamakan manis dan lezatnya menjaga kesucian diri dan kemuliaanya daripada kelezatan kemaksiatan.
  • Mestinya kita senantiasa berpikir bahwa kita diciptakan bukan untuk memperturutkan hawa nafsu namun kita diciptakan untuk sebuah kuwajiban yang besar, yaitu beribadah kepada Allah SWT. Perkara tersebut tidak dapat diraihnya kecuali dengan mengendalikan hawa nafsu.

    SEMOGA KITA DIBERI KEISTIQOMAHAN OLEH ALLAH SWT DALAM MENJAGA DIRI. DAN SALAM SUKSES SEJATI !

Rabu, 17 September 2014

Belajar dari Jebakan Kebahagiaan/"Istidraj"

Baru saja mengikuti pengajian on line, kuperoleh  hikmah pencerahan yang luar biasa.

Sang ustadz mengawali  kisah: ada seorang ibu sering berkomentar: “Saya sudah bahagia sekarang, anak-anak saya semuanya sudah jadi, sudah berhasil semua, saya bangga, anak pertama wakil direktur di bank, anak kedua saya jadi perwira polisi, anak ketiga saya menjadi anggota DPR pusat dan pengurus parpol”.

Tentu dong, kita tidak boleh iri. Setiap orang memiliki jatah rezeki masing-masing. Namun, Islam membolehkan iri dalam  hal amal kebaikan dan ilmu yang bermanfaat.

Singkat cerita, menurut  pemberitaan media,  salah satu dari putera ibu tertangkap  oleh KPK karena kasus berat: suap, penipuan data,  penggelapan dan pencucian uang.

Beberapa bulan kemudian ada berita lagi, ada kasus kredit fiktif  milyaran rupiah di salah satu bank suasta, kini dalam proses penyelidikan. Eeeeh ternyata anak dari ibu yang di sebut di atas terlibat kasus pemalsuan tanda tangan .

Itulah sedikit cerita yang disampaikan oleh kajian : muslim.com.  yang  aku ikuti. Ya dalam kesempatan ini sang ustadz bicara tentang “KEBAHAGIAAN SEMU” dalam kajian Islam disebut  Jebakan kebahagiaan/ Istidraj.

Sang ustadz mengingatkan kepada kita bahwa kebahagiaan semu itu menipu dan sering kali melalaikan dari akhirat. Yang tertipu oleh godaan syetan tersebut  jelas tak peduli lagi apa itu haram atau halal pokoknya yang penting enak dan banyak duit.
Sang ustadz mengingatkan kita lewat  firman Allah Ta’ala,
 Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia melalikan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.”  (QS. Luqmaan: 33)

Allah Ta’ala juga berfirman,
 Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Al Hadid: 20)

Kita kembali pada  komentar seorang ibu,
Saya sudah bahagia sekarang, anak-anak saya semuanya sudah jadi, sudah berhasil semua, saya bangga, anak pertama wakil direktur di bank, anak kedua saya jadi perwira polisi, anak ketiga saya menjadi anggota DPR pusat dan ketua parpol”.

Sebetulnya, di tengah lantangnya suara ibu bercerita, ada bisik-bisik di antara ibu-ibu, " Ora usah nggumunan lho bu!. Anaknya sudah jadi orang semua. Biar anak kita miskin, tapi juga orang  lho bu, ! dudu "jaran"!.  Aku juga pernah dengar-dengar untuk meraih jabatan dari anak-anaknya "tidak fair ". Pokoknya didengarkan saja.

Kalau benar adanya bahwa, pihak berwajib menemukan bukti  bahwa putra dari ibu di atas memang pelaku kemaksiatan, maka baik anak dan ibunya memang sudah tertipu atau terjebak pada definisi bahagia sejati.
Kebahagian semu adalah kebahagiaan tipu-tipu karena polah tingkah syetan. Dan menurut al Qur ‘an  kebanyakan manusia,  bisa juga aku sendiri mudah terkena godaan hawa nafsu syetan. Allah berfirman:
 Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al-An’am: 116).

Apakah standar  kebahagiaan kita?
Jika ada komentar, “saya hidup bahagia sekarang, punya istri yang cantik, anak dan pintar, punya rumah yang cukup besar karir saya di kantor terus naik dan bisnis lancar terus”. Maka, orang yang tidak memiliki iman/ ingkar  juga bahagianya seperti komentar di atas, oleh karena itu tidak sepantasnya seorang muslim bahagia  hanya  dengan patokan kebahagiaan seperti komentar di atas. Mengenai ayat,
 “Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” QS. Ali Imran: 196-197)
Apa itu kebahagiaan Sejati menurut Islam?
Kebahagiaan adalah bahagia jika melaksanakan perintah Allah dan merasa sedih jika melakukan kemaksiatan. Allah Ta’ala berfirman,
 Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97)
Jadi jika kita berat melaksanakan shalat, puasa, atau bahkan berat melaksanakan amalan-amalan sunnah, maka itu adalah tanda tidak bahagia. Kemudian jika kita melakukan maksiat tetapi kita tenang-tenang saja, atau yang lebih parah tidak tahu bahwa hal yang kita lakukakan adalah maksiat dan dilarang oleh agama. 

Bandingkan dengan perkataan Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu,
 “Seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia duduk di bawah sebuah gunung yang ditakutkan akan jatuh menimpanya. Sementara seorang fajir/pendosa memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di atas hidungnya, ia cukup mengibaskan tangan untuk mengusir lalat tersebut.”

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menjelaskan mengenai ciri kebahagiaan: “jika diberi [kenikmatan] maka ia bersyukur, jika diuji [dengan ditimpa musibah] ia bersabar dan jika melakukan dosa ia beristigfar [bertaubat]. Tiga hal ini adalah tanda kebahagiaan.”

 Dan mengenai bahagia yang sesungguhnya jelas letaknya adalah di hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.

Oleh karena itu mari kita mencari kebahagiaan sejati. SALAM SUKSES SEJATI

Jumat, 08 Agustus 2014

Ingin Bahagia? "Legowo ora opo-opo" Adalah kuncinya

Aku, Maskatno Giri juga manusia biasa yang ingin bahagia. Maka aku tak akan bosan berusaha menjadi bahagia dengan belajar dari manapun sumbernya. Akhirnya kutemukan bahwa "legowo" atau keikhlasan adalah kunci kebahagiaan.

Salah  satu tanda keikhlasan adalah mudah memaafkan. Kata memaafkan mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan. Betapapun sulitnya,  kita pasti bisa menjadi orang yang ikhlas. Jika kita ingin hidup pada tataran kebahagiaan sejati adalah "kita harus berusaha  memiliki keikhlasan".

Sependek yang Maskatno Giri ketahui , ciri-ciri orang yang ikhlas kurang lebih:
 
1 Mengutamakan keridhaan Allah diatas segalanya
2. Mudah memaafkan kesalahan dan kekurangan orang lain dan diri sendiri

3.  Tidak suka pamer amal kebajikan
4. Menyadari  adanya kekurangan,  aib dan kelemahan diri  
5. Tidak perduli dengan popularitas
6. Sabar terhadap usaha dan perjuangan yang panjang.
7. Merasa senang pada kelebihan yang dimiliki orang lain
 
Menjadi ikhlas tentu perlu pengorbanan. Terkadang kita sering menuntut, menasihati dan berharap orang lain supaya  ikhlas memaafkan  terhadap kesalahan kita. Tapi, kita  sering lupa pada diri kita sendiri bahwa kita sering tidak ikhlas terhadap diri sendiri. Kita tidak mudah  memaafkan atas kesalahan, kekurangan, aib diri kita sendiri.

Tak ada manusia sempurna. Jika kita menuntut kesempurnaan dimiliki orang lain terlebih lagi kesempurnaan ada  pada diri sendiri, tentu lama-lama kita  akan menjadi "stress". Sekali lagi menjadi sempurna itu tidak mungkin.

Kita tidak perlu menjadi sempuran. Tetapi menjadi lebih baik "harus'. Jelas orang yang paling baik adalah orang yang ikhlas.  Sederhana saja sebetulnya, untuk menghibur, mempercantik, dan membahagiakan diri sendiri dari hari ke hari adalah "mengiringi  perbuatan, kelemahan, dosa, aib dlll, dengan cara  memperbanyak kebaikan". Karena  Allah menegaskan "iringi keburukanmu dengan kebaikan , pasti keburukan akan tertutupi.

Kita harus berlatih untuk menjadi ikhlas  kuncinya  ” BISA KARENA BIASA “, memang betul ikhlas itu berat, tidak semudah mengedipkan mata, tak segampang membalikkan telapak tangan. Sekali lagi kita harus berusaha:

1.Teruslah berlatih dan berusaha sebisa mungkin untuk bisa menjadi sosok pribadi yang Ikhlash,
2. Terus belajar dan belajar, agar kita bisa dengan jelas memahami manfaat ikhlash ini dan menyadari betapa ruginya kita jika beramal dan beraktifitas tanpa didasari nilai keikhlasan.
3.Mohon bimbingan dan tuntunan Allah agar selalu diarah kepada jalannya orang orang yang ikhlash “ALLOHUMMAJ’ALNII MIN ‘IBAADIKAL MUKHLISHIIN”
” YAA ROBB… JADIKANLAH AKU TERMASUK GOLONGAN HAMBA HAMBAMU YANG IKHLASH …. 


SALAM SUKSES SEJATI!

Jumat, 01 Agustus 2014

Tanpa Pacaran, Akhirnya Menikah, dan Bahagia

 Mengenang masa mudaku, belasan tahun yang lalu. Aku  belum pernah sama sekali mempunyai pacar. Belum pernah juga menyatakan cinta kepada seorang wanita baik lewat lisan maupun lewat surat cinta  Bagiku pacaran, no way!. Jadi aku belum pernah  tahu rasanya seperti apa kalau bertemu   pacar, pergi bersama pacar dll.
Mungkin bagi pembaca berpendapat bahwa hidupku tidak ASYIK. Jangan begitu sobat!. Hidupku lebih asyik dari yang engkau duga. Hidupku penuh liku-liku, terlebih lagi saat ini. Hidupku terasa indah dan membikin bahagia saat-saat dikenang.

Kala itu, masa muda semakin   mendekati akhir, karena kuliahku di  S1 di Pend B. Inggris UNS  hampir kelar.  September 1998  aku diwisuda tanpa didampingi pacar atau calon istri. Aku menyelesaikan  study di semester 9 dengan IPK pas-pasan saja. Pikiranku aku harus segera lulus dan bekerja dengan  penghasilan yang cukup. Aku menghibur diri, biar nilaiku pas-pasan yang penting lulus cepat sesuai rencana, karena aku kuliah dengan 100% biaya sendiri.

Benar memang,  hidupku di usia muda banyak beban pikiran. Bahkan di saat SMA pun aku sudah bekerja.  Aku harus  memikirkan masalah biaya kuliah,  biaya makan dan kos. Itu semua sudah membikin pikiran pusing. Jujur saja aku tidak secerdas, sesabar, dan sekuat yang  kuidealkan, jadi  rasanya untuk meraih prestasi akademik sangat berat. Bisa makan dan bisa sekolah saja sudah Alhamdulillah. Pacaran? bagiku itu tidak mungkin. Aku tidak setuju "Pacaran",  dan aku tidak mau tambah beban dengan  soal "PACAR"..

Sejak kuliah di semester 3 aku sudah menjadi guru  privat Matematika dan b Inggris untuk para siswa SD dan SMP, juga aku memiliki usaha loper koran. Jadi aku punya keyakinan setelah lulus pasti aku akan mudah mencari kerja walau dengan nilai pas-pasan.  Karena aku  sudah memiliki jaringan  kerja dan  peta pekerjaan khususnya di Solo.

Setelah lulus  aku merasa sangat lega. Perasaan yang sungguh belum pernah kurasakan sepanjang hidup.  Beban pikiran tentu semakin berkurang.

Setelah merasa PLONG. Tiba saatnya  aku  menguatkan tekat dan berdoa. "Ya Allah  dua atau tiga tahun lagi, aku ingin  menikah, aku belum pernah punya pacar atau calon istri. Ya Allah karuniakanlah kepadaku seorang istri nantinya istri yang shalihah, istri yang sanggup menjadi istri setia bersedia dalam keikhlasan dalam duka dan bahagia. Dan pasti istriku harus menerima apa adanya aku.

Sebulan setelah wisuda  ibuku sakit. Semua  kakakku sudah sibuk dengan urusannya. Sehingga  tidak maksimal dalam mengurusi ibuku. Karena mereka sudah memiliki anak semua. Bahkan ada di antara kakaku memiliki   sepuluh anak.  Aku yang diandalkan sebagi pengurus ibuku yang sakit.

Tidak hanya berhari-hari, tapi lebih dari dua minggu ibuku sakit. Dan sempat juga dirawat di RSU Solo. Ada salah satu dari kakakku punya ide bahwa aku  sebaiknya dinikahkan supaya ada teman untuk mengurusi ibuku yang sakit. Oh ya kakakku sebagai  guru ngaji memiliki  beberapa murid gadis. 

Di suatu malam kakakku mendekati aku  berbicara banyak  tentang masa depan, keluarga dll. Akhirnya  ujung dari pembicaraannya bahwa bagaimana kalau aku mau menikahi salah satu dari pilihan kakakku yaitu muridnya yang paling baik, paling cantik menurut   ukuran kakakku.

Aku bingung. Belum pernah punya pacar. belum pernah ditawari pacar dan atau calon istri. Eeeh tahu-tahu aku ditawari untuk menikah. Namun, kakakku meyakinkanku  bahwa salah satu yang ditawarkan kepadaku itu orang baik, cantik dan dari keluarga baik-baik,  teman bergaulnya juga orang-orang baik.

Setealah sholat istiharoh, dalam hatiku menjawan"pokoknya nikah saja demi kebaikan keluarga dan kesehatan ibuku".

Singkat cerita. September 1998 aku diwisuda. 25 Desember 1998 aku melangsungkan pernikahan dengan seorang wanita yang belum pernah kukenal sama sekali.

Setelah menikah, beberapa minggu kemudian ibuku  sembuh dari sakitnya. Sampai saat ini pun ibuku sehat wal afiat da jarang sakit. Kini  ibuku usianya sekitar 90 tahun   tinggal dalam satu atap dengan keluargaku dan  keempat anakku.

Hidup kami sekeluarga Insya Allah  hidup yang sakinah, mawadah dan warrahmah.

Menurutku kisahku membawa hikmah,  pertama pacaran cenderung mendekati KEHARAMAN. Untuk bahagia dalam berkeluarga tidak harus melalui jalur pacaran. Kalau  kita ingin tahu siapakah calan suami atau istri cukup dengan investigasi siapakah sebenarnya  sobat dekatnya dan siapa  keluarganya .  Kedua jika kita ingin hidup lebih baik dari pada sebelumnya, kita  butuh pengorbanan, daya tahan, ketabahan,  kekuatan dll. Walau kita  tidak sabaran dan tabah  ya disabar-sabarkan. Walau kita sebenarnya lemah ya pasti harus dikuat-kuatkan. Walau kita miskin ya dinekat-nekatkan supaya semakin baik ekonominya.

Yang terakhir, tentu tepat untuk diriku sendiri. Hidup dengan wajah pas-pasan, fisik pas-pasan, cerdas pas-pasan,  dari keluarga di bawah pas-pasan ternyata membawa jutaan hikmah di kemudian hari. Maksudku, karena  aku merasa serba pas-pasan bahkan kekurangan menjadikan aku harus nekat dan  "NGRUMANGSANI, APA YANG AKAN DIBANGGAKAN". Mau hidup "sing-sing" tentu tidak pantas. Akhirnya, "sing penting urip dan nekat saja".

Selasa, 29 Juli 2014

Berbagai Hikmah Idul Fitri (Lebaran)


Secara umum banyak orang bergembira  dalam menyambut lebaran. Mungkin saja banyak di antara mereka terkena musibah, cobaan, gangguan dsb. Namun, secara umum yang miskin dan kaya lebih menyatu saat menyambut lebaran tiba.  Semangat berbagi; zakat, infaq dan shodaqoh terlihat lebih semarak di bulan ini.

Bagi kita yang mau berpikir tentu banyak pembelajaran hidup yang bisa dipetik dari hadirnya lebaran. Setidak tidaknya ada lima hikmah dalam menghadapi lebaran atau idul fitri. Hikmah  idul fitri atau lebaran kuperoleh dari keterangan Ustadz Mudzofar.

1. Hikmah Kegembiraan dan Kesyukuran
Hikmah pertama yang sangat menonjol dari momen idul fitri adalah hikmah kegembiraan dan kesyukuran. Ya, semua kita bergembira dan bersuka ria saat menyambut Idul Fitri seperti sekarang ini. Dan memang dibenarkan bahkan disunnahkan kita bergembira, berbahagia dan bersuka cita pada hari ini. Karena makna dari kata ‘ied itu sendiri adalah hari raya, hari perayaan, hari yang dirayakan. Dan perayaan tentu identik dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah menegaskan itu dalam hadits shahihnya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: (إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي) لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ” (متّفق عليه).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah ‘azza wajalla berfirman; ‘Selain puasa, karena puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang langsung akan memberinya pahala. Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.’ Dan bagi orang yang berpuasa ada dua momen kegembiraan: kebahagiaan ketika ia berbuka (baca: berhari raya fitri), dan kegembiraan lain ketika ia bertemu dengan Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah daripada aroma kesturi.” (HR. Muttafaq ’alaih).
 “مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ، وَ سَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ، فَهُوَ مُؤْمِنٌ” (رواه الطّبراني).
”Barangsiapa bersenang hati dengan amal kebaikannya, dan bersedih hati dengan keburukan yang diperbuatnya, maka berarti dia orang beriman” (HSR Ath-Thabrani).
Begitu pula kegembiraan orang berima adalah kegembiraan karena syukur atas berbagai kenikmatan Allah yang tak terhitung. Seperti firman-Nya yang artinya):
“Dan jika kamu mau menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya” (QS. Ibrahim [14]: 34; QS. An-Nahl [16]: 18).
Dan nikmat yang paling utama tentulah nikmat hidayah, nikmat keimanan, nikmat keislaman dan nikmat ketaatan.
2.                  Hikmah Ketauhidan, Keimanan dan Ketaqwaan
 “… dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa Ramadhan), dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas hidayah-Nya yang diberikan kepadamu, dan supaya kamu (lebih) bersyukur” (QS. Al-Baqarah: 185).
3.                  Hikmah Kefitrahan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ” (متّفق علَيْه).
Dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala (dan ridha Allah), maka niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Muttafaq ‘alaih).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ” (متَّفق علَيْه).
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa melakukan qiyamullail pada bulan Ramadlan karena iman dan mengharap pahala (dan ridha Allah), maka niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Muttafaq ‘alaih).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ” (متَّفق علَيْه).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang melakukan qiyamullail pada (malam) lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu… “ (HR. Muttafaq ‘alaih).
4.                  Hikmah Kepedulian
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ (متَّفق علَيْه).
Dari Ibnu ‘Abbas berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling dermawan, lebih-lebih pada bulan Ramadlan ketika malaikat Jibril ‘alaihis salam menemuinya, dan adalah Jibril ‘alaihis salam mendatanginya setiap malam di bulan Ramadlan, untuk bertadarus Al Qur’an dengan beliau. Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jauh lebih ermawan dengan kebajikan daripada angin yang bertiup (HR. Muttafaq ‘alaih).
5.                  Hikmah Kebersamaan dan Persatuan
Selama Ramadhan, suasana dan nuansa kebersamaan serta persatuan ummat begitu kental, begitu terasa dan begitu indah. Mengawali puasa bersama-sama (seharusnya dan sewajibnya), bertarawih bersama (disamping jamaah shalat lima waktu juga lebih banyak selama Ramadhan), bertadarus bersama, berbuka bersama, beri’tikaf bersama, berzakat fitrah bersama, dan beriedul fitri bersama (semestinya!).
Dan hal itu karena memang ibadah dan amaliah Ramadhan serta ‘Iedul Fithri adalah bersifat jama’iyah, kolektif, dan serba bersama-sama. Tidak bisa dan tidak boleh sendiri-sendiri.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ” قَالَ أَبُو عِيسَى وَفَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذَا الْحَدِيثَ فَقَالَ: إِنَّمَا مَعْنَى هَذَا أَنَّ الصَّوْمَ وَالْفِطْرَ مَعَ الْجَمَاعَةِ وَعُظْمِ النَّاسِ (رواه التّرمذيّ وأبو داود وابن ماجة، وصحّحه أحمد شاكر والألبانيّ).
Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: ” Berpuasa itu adalah pada hari dimana kalian semua berpuasa (secara bersama-sama), dan beriedul fitri itu adalah pada hari dimana kalian semua beeiedul fitri (secara bersama-sama), demikian juga dengan Iedul Adlha, yaitu pada hari dimana kalian semuanya beriedul adha (secara bersama-sama).” (HR Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah; dishahihkan oleh Ahmad Syakir dan Al-Albani. Imam Abu ‘Isa At-Tirmidzi berkata: sebagian ulama menafsirkan hadits ini bahwa maksudnya, sesungguhnya shaum dan iedul fitri (dan juga iedul adha – pen.) itu (harus) bersama jama’ah dan mayoritas ummat manusia (ummat Islam).
”Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (QS. Al-Hujuraat: 10).

Selasa, 13 Mei 2014

Meyesal! Ra Popo, Tapi Bisa Sebagai Pembelajaran

Menyesal juga sih sebenarnya. Tapi untuk apa menyesal.... .Apa yang disesali? Maksudku ....eeeeh tahu-tahu usiaku kok rasanya sudah tua. Kayaknya  masa remajaku seperti kemarin sore. Tapi  kenapa waktu muda tak diberdayakan secara maksimal.    EEEEh....... tahu-tahu usia anakku  yang sulung  sudah menginjak remaja.

Rasanya baru sedikit prestasi yang bisa  kubanggakan. Padahal  kupikir anak-anakku membutuhkan teladan dan motivator. Sebenarnya  sih aku bisa berkarya  sedikit-sedikit  walau berupa tulisan yang belum berbobot. 

Sesekali aku  "iri" pada yang lebih muda. Kutemukan banyak pemuda sudah mendapat pencerahan terlebih dulu. Baru saja  aku membaca  tokoh pilihan kompas, sosok manusia berprestasi,  salah satunya figur  dalam dunia tulis menulis. Sering juga Kompas membahas  tentang tokoh inspirator. Banyak di antaranya   adalah pemudi yang rajin membaca dan menulis sehingga mampu berkarya lewat berbagai  macam tulisan yang menginspirasi. 

Waaaah aku  malu sih! Kenapa aku dulu tak ada yang mengarahkan sehingga segala sesuatu serba tanggung alias kemampuan pas-pasan. Ya   memang kebayakan di antara sobatku semasaku kurang perhatian dari para pendidik  juga dari ortu. Maklum, mereka kurang faham dengan pendidikan. Akhirnya pendidkan di keluarga dan masyarakat serba tanpa arah jelas. "Yo wis ben sing penting urip!" Itulah komentar sederhana bagi orang yang kalah.

Ternyata pemuda-pemudi yang miskin  motivasi, keteladanan, pengarahan   bisa berbahaya. Mereka tumbuh menjadi manusia yang jauh dari prestasi. Ini termasuk aku sendiri. ..."Boro-boro mikir prestasi, bisa makan cukup saja sudah Alhamdulillah". Akhirnya aku bisa  manggut-manggut, entah benar apa tidak , yang jelas aku bisa menyimpulkan   bahwa kemiskinan mendekatkan kearah kebodohan, kelemahan, ketertinggalan, ketidaberdayaan, ketidakpercayaan diri. dll.

Akhirnya, menyesal dikit tak apa. Tak ada istilah terlambat dalam berkarya dan cari pahala. Pokoknya enjoy saja. Setiap  niat baik sudah suatu kebaikan....

Salam sukses sejati!.


Jumat, 18 April 2014

Mengapa Berdoa?

Pengalaman pribadi dari Maskatn Giri yang berusaha baik hati dan tidak sombong. Kalau mau sombong, yang mau disombongkan itu apa?. Wajah pas-pasan, cerdas pas-pasan, harta pas-pasan, rambut pun juga pas-pasan. Walau serba pas-pasan, pasti tidak ada yang salahnya  kalau setiap hari  tiada henti berdoa untuk menjadi orang sukses sejati. Karena kesuksesan adalah hak setiap insan. Pokoknya aku tak akan bosan dalam berdoa. Sepengetahuanku  salah satu ciri orang yang tidak sombong adalah ada kemauan untuk berdoa. Doa  bermakna pemantapan, keyakian, pengharapan, dan pemberi kekuatan dll.

Ternyata ada juga manusia yang enggan berdoa. Menurutnya, berdoa hanya menghabiskan waktu.  Manusia yang malas berdoa biasanya merasa "LINUWIH" dibanding manusia lain. Mereka merasa dirinya super. Mereka mungkin merasa bahwa dirinya tak ada kelemahan, dan segalanya bisa diatasi tanpa bantuan fihak lain.

Sebetulnya kalau kita sadar bahwa manusia adalh  gudangnya  kelemahan. Karena kelemahannya, mereka  selalu mencari-cari jalan supaya ada  pertolongan. Pada akhirnya manusia yang merasa lemah berharap kepada sesuatu Dzat  yang sanggup membantu di kala manusia lain tak sanggup membantunya.  Mereka  yang merasa dirinya lemah biasanya : membutuhkan pertolongan, putus harapan, kurang percaya diri, merasa tidak ada gunanya dll.

Tak ada yang "disombong-sombongkan", ini justru menyelamatkan. Lalu  tindakan  orang  yang merasa lemah adalah berdoa kepada yang Maha Kuasa. Mereka merasa bahwa doa adalah kekuatan, doa adalah keyakinan bahwa ALLAH pasti ada dan sangat kuat  dan sangat mudah membantu si lemah. 

Tidak sepantasnya manusia merasa pesimis dalam kehidupan, karena Allah SWT Maha Kuat, Maha Pengasih untuk membantu manusia lemah menjadi manusia sukses sejati.

Jumat, 21 Maret 2014

Berpenyakit Jiwa, Jangan dong !

"Lebih dari  75 persen penyakit fisik disebabkan oleh penyakit jiwa/ psikosomatis" Itulah pernyataan dari ahli  kesehatan dalam bukunya yang kubaca secara gratis di Gramedia beberapa hari yang lalu. 

Lebih jauh lagi dalam buku dijabarkan pula daftar penyakit fisik yang dipicu karena penyakit jiwa: terlalu kuatir bisa ke penyakit maag, takut gagal bisa ke ginjal, mudah marah bisa ke stroke dll.r

Jujur saja, kalau yang dominan  penyakit jiwaku adalah ketakutan  akan masa depan. Pernyataan ahli kesehatan benar adanya. Dikatakannya salah satu dampak dari ketakutan masa depan adalah mata minus. Ketakutanku tentang masa depan berdampak  lensa mataku minus tiga. 

Penyakit jiwa takut dengan masa depan terutama kurasakan sejak remaja. Pernah terlintas juga, " Enaknya bunuh diri saja, masa depan suram dan tak jelas". Itulah kalimat yang sering muncul di jiwaku saat remaja. Ini sungguh nyata. Namun,  aku mendapat bisikan yang lain, " Jangan menjadi pengecut, hidup ini harus dijalani dan disyukuri, orang sakit saja diobatkan kok. Sehat mau bunuh diri".

Akhirnya aku berusaha menjauhi putus asa. Nekat saja,!. Kujalani hidup dengan sempoyongan, apapun  kondisinya. Memang, aku sering meteskan air mata di samping keringat. salah satunya memang kemiskinan saat remaja.

Masa remaja ternyata berjalan dan berlalu sangat cepat. Apa yang kutakutkan di saat remaja ternyata jauh berbeda dari pada kenyataanya. Allah SWT  benar-benar Maha Adil. Sedangkan di saat remaja aku berkesimpulan Tuhan tidak adil kepada saya.

Melalui tulisan ini, aku evaluasi diri, aku mengenang kembali masa lalu untuk meraih energi kesyukuran. Memang aku dulu terindikasi ada  bibit kufur.  Sekali lagi itu masa lalu yang jauh dari pencerahan hidup.

Walau blog ini terutama untuk kepentingan pribadi. Aku mengecas diri kembali bahwa Allah SWT  dipastikan Maha Adil. SOPO NANDUR BAKALE NGUNDUH. Siapa yang menanam kebaikan atau keburukan  walau sebesar atom akan ada pengaruhnya di kemudian hari. Itulah kata yang kuyakini kebenarannya. ,,............ SALAM SUKSES SEJATI.

Selasa, 28 Januari 2014

Betapa Dekatnya Kita Dengan Kematian

Dua  hari yang lalu, budeku meninggal. Tadi pagi paman istriku meninggal. Dia adalah Lik Danuri  panggilan akrabnya. Pagi tadi, walau hujan rintik-rintik, Lik Danuri tetap ke masjid Masjid A Nur Manggaran dan menjadi imam. Beliau nekat langsung pulang walau hujan semakin deras.

Tanpa istirahat, Lik Danuri langsung menuju ke pasar Harjodaksino (psr Gemblekan Solo). Ini memang sudah jadwal rutin, bersama Lik Yanti (istrinya) jualan bumbon  di kios ps. Gemblekan. " Sudah hampir jam enam Pak e kok belum sampai di pasar?". EEEh ternyata  ada berita ada seorang bapak usia sekitar 60 th terkapar tergilas oleh bus Malam yang akan menuju Wonogiri. Setelah dicek oleh salah satu tetangga kurban yang akan ke pasar juga, ternyata  tetangga sendiri. Lik Danuri terkena musibah atas taqdir Allah swt. Bus malam yang ngebut menjadi penyebab kematiannya.

Inna lillaahi wa innaa ilaihi raji'uun. Harta, nyawa, jabatan dll adalah titipan. Semua akan kembali kepadaNya. 

Bicara kematian. Aku teringat nasihatku sendiri di hari Minggu: dua hari yang lalu. Aku  diberi kesempatan mengisi acara reuni dari sekolahan istriku dulu.  Nasihatku fokus tentang betapa dekatnya kita dengan kematian. Berbagai penyakit, musibah bencana melanda di negeri kita tercinta. So, ini menunjukkan kitaa harus siap-siap bahwa kitapun akan menghadap kpadaNya.

Lalu kenapa sebagian dari kita kurang sadar?  Kita seharusnya  banyak mengumpulkan bekal untuk menyambut kematian kita? Kenapa kita malas beramal? Kenapa kita "jungkir balik" tanpa peduli dengan halal, haram . Apakah kita merasa bahwa kita akan hidup 1000 taun lagi? Ayo kita bersama-sama merenung.


Senin, 19 Agustus 2013

Belajar dari Formulasi Sukses Richard ST John

Dari hasil membaca buku best seller  8 TO BE GREAT karya Richard ST John.Telah banyak pelajaran yang bisa kupetik.  Aku harus berterima kasih kepada beliau. Walau  beliau lain  agama denganku tapi nasihatnya luar biasa.

Beliau menuliskan formulasi kesuksesan: 1. Do what you love -Lakukan apa yang  Anda cintai, 2. Serve what someone  loves- Layani apa yang dicintai orang dan 3.  Get livelihood in return - Dapatkan rezeki sebagai imbalannya.

Akupun ingin menjadi sukses. Di suatu kesempatan aku mendapat motivasi dari Jamil Azzaini bahwa bila kita ingin sukses sukseskan orang lain. Insya Allah kita akan semakin sukses. Sebagai sumbangsihku dalam mengekpresikan cinta sesama; (SEMOGA PEMBACA BLOGKU MENJADI SUKSES LEWAT TERINSPIRASI DARI TULISANKU) Juga aku berusaha melayani secara gratis yang dicintai orang yakni 'orang suka bila dimotivasi" dan aku yakin rezekiku akan melimpah atau semakin sukses.  Aku akan berusaha tetap istiqomah  dalam memotivasi diri dan orang lain. Menulis di blog pribadi ini sebagai sumbangsihku dalam mengekpresikan cinta sesama.  Sudah menjadi keyakinanku bahwa rezeki tidak harus uang.

Semoga Allah teteap memberikan energi untukku melalui keberkahan blog pribadiku ini.

 LEARNING FROM  THE SUCCESS FORMULATION BY Richard ST John


After  reading the best seller  book  8 TO BE GREAT  written by Richard ST John. I have to thank him.  Although he is different  religion from me  but his advice is really  extraordinary.

He wrote formulations success: 1. Do what you love, 2. Serve what someone loves
 and 3. Get sustenance in return.

I also want to be successful. On
 an  occasion I got motivation from Jamil Azzaini that if we want to be successful,  make  other people to be  successful. God willing, we will be more successful.  As  my contribution of life  in expressing love for others;  I  tried to serve  others  freely. Because  people like to be motivated commonly.