DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Sabtu, 04 November 2017

Hoax Membikin Muak Oleh: Sukatno, M.Pd



Kemajuan teknologi dan informasi sebenarnya memiliki  dampak positif, namun tak terelakkan bahwa pengaruh negatifnya jelas-jelas ada.  Para pengguna teknologi memiliki beragam niat dalam memanfaatkannya. Ada yang menggunakan sebagai sarana pembelajaran, mengisi waktu luang dan terkadang tanpa sengaja melakukan hal-hal buruk.
Melalui teknologi berbagai informasi tersebar secara meluas dan  cepat. Ribuan bahkan jutaan orang telah dengan mudah  berbagi informasi, dan informasi yang begitu cepat tersebut melalui beberapa media sosial seperti facebook, twitter, instagram ataupun pesan telepon genggam seperti, whatsapp dan lain sebagainya. 
Sedangkan banyak para pengguna media dengan mudah menerima informasi  tanpa proses screening atau filtering. Bahkan sering terjadi pula  para penerima informasi tanpa mengecek ulang kebenaran informasi, lebih parah lagi mereka turut serta menyebarkan informasi ke orang lain. Padahal informasi tersebut belum tentu  benar. 
Sangat disayangkan apabila informasi yang disebarkan tersebut adalah informasi sampah,  tidak akurat terlebih informasi tersebut adalah informasi menyesatkan, berita  bohong  atau biasa disebut hoax.

A.    Penyebab hoax tersebar luas
Penyebar berita sesat (baca: hoaxer) merasa dirinya sukses bila berita bohongnya tersebar luas. Banjirnya hoax atau informasi tidak akurat tersebut akhirnya  menjadi  konsumsi publik. Sebagian publik pun ada yang menjadi kurban, namun sebagian orang memiliki data akurat, sehingga tidak mudah tertipu. Sebagian dari warga masyarakat pun sudah bisa merasakan dampak yang ditimbulkan: saling curiga, permusuhan dan bahkan bisa terjadi saling bunuh. Jelas ini agar segera diakhiri.
            Kita pun akhirnya bertanya-tanya: bagaimana berita bohong dapat tersebar dan dipercayai oleh masyarakat?
            Menurut penulis, setidak-tidaknya ada beberapa  perilaku hoaxer   dalam menjalankan aksinya yang diringkas dalam 5M characters of hoaxer :

  1. Memprovokasi
      Penyebar hoax biasanya menggunakan judul yang provokatif dan  kontroversial agar dapat menarik perhatian pembacanya. Pembaca digiring pikiran dan emosinya agar mereka  merasa penasaran dengan judul bacaan tersebut.
  1. Mengangkat isu populer  atau  situasi terkini
            Isu populer dan terkini menjadi makanan empuk bagi hoaxer. Setelah memprovokasi pembaca, hoaxer  juga dapat dengan mudah menyinggung atau menyangkut isu-isu yang sedang ramai dibicarakan, seperti kondisi alam, wabah penyakit, pemilu, informasi tentang publik figure dll.  Selain itu, bahasa yang digunakan oleh hoaxer ini juga berpengaruh. Kita “terhipnotis” oleh bahasa yang digunakannya dalam menyampaikan  informasi.
3.      Mencantumkan nama  tokoh, ahli dan menggarisbawahi opininya
            Hoaxer  meyakini bahwa masyarakat percaya dengan perkataan yang bersumber dari tokoh dan ahli.  Kita mungkin pernah menerima pesan berantai yang mengatasnamakan ketua MUI, KAPOLRI atau Ikatan Dokter Indonesia mengenai larangan untuk mengkonsumsi beberapa merk obat, minuman dan  makanan karena mengandung barang  haram, narkoba ataupun zat berbahaya lainnya. Sepintas   publik akan berpikiran bahwa ternyata sudah ada pernyataan  dari  tokoh dan ahli, berarti ini benar, padahal, setelah dikonfirmasi,  pernyataan tersebut ternyata bohong.
4.      Memanipulasi data pendukung
            Hoaxer sering juga menggunakan data pendukung atau referensi. Referensi ini bisa  berupa pernyataan, gambar, foto, video dll,. Sebenarnya data pendukung di zaman yang serba digital ini sangat mudah untuk dipalsukan. Lalu menimbulkan kegoncangan  di dalam masyarakat umum. Biasanya hoaxer melakukan semacam propaganda dengan merujuk   data kadaluarsa.
5.      Meyakinkan orang terdekat sebagai penyebar berita
            Hoaxer memulai aksinya melalui orang terdekatnya, bisa melalui grup media sosial   seperti WhatsApp, facebook dan blog dll. Disinilah hoaxer bergabung dan memaksimalkan potensi komunitasnya.   Hoaxer  memanfaatkan  orang terdekat untuk meyakinkan bahwa informasinya akurat. Kalau orang terdekatnya yakin,  inilah  modal awal sukses hoaxer.

           
B.     Cara mengidentifikasi hoax
            Tersebarnya informasi membutuhkan antisipasi. Kemajuan inovasi dalam teknologi membutuhkan  solusi yang inovatif dan kreatif dalam menghadapi dampaknya.
            Lalu, bagaimana cara agar kita bisa mengidentifikasi hoax,  sehingga kita tidak menjadi korban? Setidak-tidaknya ada  beberapa langkah  dalam mengidentifikasi mana  informasi hoax dan mana informasi  akurat.  Langkah identifikasi tersebut disingkat dengan langkah ABCD:
1. Amati judul informasi
            Berita hoax kerapkali dibumbuhi judul sensasional atau provokatif, misalnya dengan langsung tembak ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang hoaxer.
2.  Berdiskusi sesama kelompok anti-hoax
            Untuk mengantisipasi tersebarnya hoax, banyak bermunculan forum diskusi.  Salah satunya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH).  Di grup-grup diskusi  dunia maya, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain.
3. Cermati alamat situs dan cek keaslian video, foto atau gambar
            Menurut Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 40.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 500. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan hoax. Maka pembaca perlu waspada.
            Pengguna internet perlu mencermati keaslian Video, foto dan gambar. Perlu mudah hati-hati dan jangan mudah terprovokasi.  Di era digital, tidak hanya konten tulisan yang dipalsukan,  foto, video dan gambar  tersebut bisa dimanipulasi baik isi maupun tanggal pembuatannya.  
4.  Dalami Berita
            Pembaca informasi harus jeli dan banyak-banyak menggali pertanyaan: dari mana berita berasal? Siapa sumbernya? Apakah dari lembaga resmi seperti MUI, KPK, Polri  dll? Sebaiknya kita tidak mudah percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat. Perhatikan keberimbangan sumber berita. Apabila  hanya berasal dari satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran lengkap. Pembaca juga perlu mengetahui perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini.
C.       Dampak negatif hoax
Hoax adalah sampah. Hoaxer adalah penyebar penyakit masyarakat. Karena penyebar kekacauan, baik hoax  maupun hoaxer jelas membuat muak. Dampak dari hoax jelas menimbulkan kerugian. Kerugian di sini bisa materi dan non materi. Bila tidak ada upaya pemberantasan hoax, jelas masyarakat akan menjadi kurbannya.
 Secara garis besar hoax menghasilkan kerugian-kerugian antara lain:
1. Kepanikan publik. Hoax bisa mengakibatkan kepanikan di masyarakat. Contohnya beberapa waktu lalu ada berita  dari Whatsapp dan face book  tentang pendaftaran CPNS secara nasional. Setelah ramai tersebar, barulah pemerintah mengklarifikasi bahwa  belum ada   pendaftaran CPNS dalam waktu dekat ini.
2. Produktivitas perorangan dan masyarakat menurun. Terlalu fokus pada  hoax dapat menimbulkan kerugian yang bagi anggota masyarakat atau suatu lembaga  di mana mereka bekerja. Hal ini terjadi akibat efek kontroversi  kabar hoax.
3. Pengalihan masalah/ isu penting. Hoax adalah pengalih isu atau berita penting.  Khususnya bagi para pelaku kejahatan. Hoax dapat digunakan untuk memuluskan aksi ilegal mereka. Di dunia maya, penjahat dunia maya diketahui sering menyebar hoax soal adanya kerentanan sistem di sebuah layanan internet, misalnya Google Gmail.
4. Penyebaran virus. Dalam hoax si hacker bisa saja menyertakan tautan tertentu yang disarankan untuk diklik agar terhindar dari kerentanan sistem di internet. Padahal, tautan tadi justru berisi virus  yang meresahkan.
5. Penipuan publik. Hoax adalah  kebohongan dan kesesatan. Selain kehebohan, ada jenis hoax yang dibuat untuk mencari simpati dan uang.  Seperti pernah terjadi   di Indonesia, kabar hoax yang banyak menipu publik beberapa waktu lalu adalah pesan pembukaan pendaftaran CPNS nasional yang dikirim lewat WhatsApp. Setelah ramai tersebar, barulah pemerintah mengklarifikasi bila pihaknya belum membuka pendaftaran CPNS.

            Secara umum  tujuan penyebaran hoax  adalah memicu terjadinya kepanikan publik. Maka perlu upaya penghentian kepanikan. Di sinilah media massa atau media online harus bekerja sama  saling membantu untuk  mengklarifikasi bila kabar-kabar tadi hanya kebohongan (hoax).

D.       Cara mengedukasi siswa, keluarga, kolega dalam memerangi hoax
            Sebagai masyarakat terdidik seharusnya mampu menjadi teladan dalam mengedukasi masyarakat. Berikut ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam mendidik masyarakat dalam memberantas:
1.    Memulai dari keluarga, untuk memerangi hoax          
Keluarga adalah komunitas terkecil dalam suatu Negara. Bila keluarga tersebut baik, baik pula Negara tersebut. Setiap anggota keluarga seharusnya membiasakan diri memegang kejujuran dan saling bekerja sama untuk menjauhkan diri dari ketidakjujuran. Sebagai orang tua harus mampu mengedukasi para anaknya dalam menjaga nilai-nilai kejujuran, juga tidak  mau menebarkan kebohongan.
2.    Memberikan teladan / modelling  dalam memegang kejujuran
Cara efektif   mendidik adalah cara modelling  atau keteladanan. Seorang ayah, guru dan anggota masyarakat harus menjadi teladan (model yang baik) dalam menegakkan kejujuran.
3.    Menghadapi hoax dengan kepala dingin, tidak  mudah terpancing
Dengan tersebarnya informasi  hoax berarti tantangan bagi kita untuk tidak emosional, dan tidak mudah terprovokasi. Ini berarti tantangan bagi kita untuk lebih kreatif, inovatif dalam mengelola informasi dan  mengedukasi masyarakat.
4.    Bertindak kreatif dan inovatif dalam memerangi hoax
      Membuat berita palsu (hoax) sebetulnya tindakan kreatif yang negatif.  Maka ini justru kesempatan dan tantangan bagi kita untuk semakin positif,  berkreatif,  dan berinovatif dalam berkarya dan mengelola informasi dan  dalam mengedukasi masyarakat terutama dalam memerangi hoax.
5.    Tidak ikut-ikutan menyebarkan hoax
     Membuat berita palsu atau hoax adalah suatu kejahatan. Jadi membantu atau ikut-ikutan menyebar hoax adalah bentuk kejahatan pula. Maka apabila menerima informasi tidak jelas, tidak perlu kita ikut menyebarkannya.
E.     Tindakan yang perlu dilakukan ketika mendapati hoax
            Penulis adalah salah satu guru bahasa Inggris  di daerah terpencil, tepatnya di SMAN 1 Girimarto. Walau  sekolah kami terletak di lereng gunung, akses internet lumayan lanacar. Baik hoax. guru maupun siswa sudah terbiasa  menerima   berbagai  informasi yang benar dan tidak benar / hoax yang bersumber dari internet.
            Tindakan saya sebagai pendidik dalam memerangi informasi  hoax antara lain, mengajak anak berpikir kritis alias tidak mudah percaya atas suatu berita, tidak perlu ragu-ragu bertanya dan mencari informasi yang lebih akurat.
            Berikutnya,  kami  guru dan siswa dalam upaya membendung tersebarnya hoax adalah melalui tindakan nyata antara lain, tidak ikut-ikutan dalam menyebarkan berita palsu, dan kebohongan. Yang kedua berkampanye di dunia maya, kami sudah terbiasa membuat blog yang berisi informasi sehat, juga sebagai sarana berkampanye anti hoax, alamat blog yang kami tulis adalah:sukatnowonogiribelajar.blogspot.com. dan kompasiana.com/sukatno. Dalam blog ini berisi  motivasi berpikir kreatif, inovatif dan menjaga kejujuran.
            Pengalaman berikutnya, kami dan siswa turut berkampanye dalam memerangi hoax melalui pemasangan poster di mading sekolah dengan tema: ANTI HOAX.
            Kita memang harus bekerja sama dalam memerangi hoax baik di dunia nyata maupun maya. Hampir semua penduduk bumi ini  sudah  semakin melek dan aktif di dunia maya. Ini memang sudah menjadi  konsekuesi hidup di era global. Yang lebih penting adalah penyelamatan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa kita tercinta agar tidak  hanyut dan terpuruk masa depannya.  Segala sesuatu yang berbau kepalsuan, ketidakjujuran, kebohongan atau hoax adalah sumber kehancuran dalam jangka panjang.
            Karena sulit dihindari bahwa  semakin besarnya jumlah penguna internet dan dengan mudahnya mendapatkan informasi, berita hoax mudah tersebar. Maka perlu adanya aturan dan pasal untuk menjerat penyebar hoax/ hoaxer melalui penegakan  hukum Selam ini pemerintah belum secara maksimal  mampu mengendalikan jumlah jumlah berita hoax yang terus terproduksi setiap waktu.
            Perlu adanyanya aksi nyata secara komprehensif dari berbagai kalangan baik legislative, eksekutif, para tokoh agama, pendidik dan lain-lain bekerja sama memerangi hoax. Minimal ada kemauan berkampanye: Anti Hoax!, Say No to Hoax, Hoax Bikin Muak!, dll.

*Penulis adalah guru bahasa Inggris SMAN 1 Girimarto kab. Wonogiri
Alamat: SMAN1 Girimarto. Jl Maron Girimarto Wonogiri
HP: 085642463449 . e mail: sukatnowngiri@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berlatih kreatif melaui pembuatan komentar