BELAJAR
DARI KISAH DAHLAN ISKAN
Wonogiri VOICE
of MARON (VoM).Berkaca dari kisah hidup
Dahlan Iskan, akhirnya ada seorang novelis cerdas yang mengangkatnya menjadi
novel inspiratif “SEPATU DAHLAN”, saya
MasKatnoGiri berkeyakinan bahwa novel karya Khrisna Pabihara akan menjadi novel “super mega best seller”. Karena sampai saat ini orang-orang Indonesia merindukan novel yang inspiratif, edukatif dan
menkayakan. Kita masih ingat kejayaan novel Laskar Pelangi, Ketika Cinta
Berasbih dll. Walaupun demikian kita juga prihatin atas terbitnya novel-novel
yang tidak mendidik, contohnya cari sendiri.
“HIDUP, bagi
orang miskin, harus dijalani apa adanya." Kalimat itu ditulis oleh Dahlan
Iskan sebagai pengantar sebuah novel . Sebenarnya banyak cerita-cerita
inspiratif yang bisa dijadikan sumber bahan penulisan sebuah novel, namun di
negeri ini masih minim para penulis. Termasuk MasKatnoGiri sendiri mengalami
kebingungan bagaimana memulai, meracik supaya cerita sebenarnya memberikan motivasi dan edukasi menjadi novel yang apik. PR besar bagi para
orang tua dan guru pendidik, supaya mereka memotivasi pada anak-anaknya agar
mampu menulis atu setidak-tidaknya membentuk cerita sederhana yang berguna bagi
orang lain.
Sosok Dahlan
kecil yang digambarkan oleh penulis dalam novel itu bukanlah orang yang pasrah
terhadap keadaannya. Dahlan kecil dalam novel itu adalah seorang pejuang,
pejuang bagi masa depannya tak peduli jalan berliku. Kisah Dahlan ini sebenarnya agak mirip den gan kisah
MasKatnoGiri dan pasti banyak juga yang memiliki kemiripan dengan kisah ini.
Dahlan, bocah asal
Kebon Dalem, Jawa Timur, berpeluh untuk mewujudkan mimpinya,
yang semula sangat sederhana untuk ukuran sebagian besar anak Indonesia saat
ini, yaitu sepasang sepatu dan sepeda.
Tapi dia
tidak menyerah. Dari Kebon Dalem, kampung yang dilukiskan sebagai hanya
memiliki enam buah gubuk yang letaknya saling berjauhan, Dahlan tekun menyusun
langkah hingga akhirnya kini tertambat di salah satu kursi Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagai Menteri BUMN.
Sebuah lompatan
yang sangat mengagumkan jika merujuk pada novel "Sepatu Dahlan" yang
menyebutkan bahwa nyaris seluruh lelaki dewasa di Kebon Dalem bekerja sebagai
buruh .
Berkat
kerja kerasnya, Dahlan berhasil mengumpulkan uang untuk membeli sepeda secara
mencicil dan kemudian dia bahkan mampu membeli dua pasang sepatu untuk dirinya
dan adiknya. Sekalipun semua itu baru dapat diwujudkannya ketika ia duduk di
kelas tiga SMA (Aliyah). Suatu jalan yang panjang untuk sepasang sepatu.
Sepasang sepatu yang kemudian lebih banyak ditenteng oleh Dahlan karena ia
merasa sayang menggunakannya.
Di tengah
tengah kehidupan yang manja dari para pemuda dan kemanjaan para pejabat yang
korup. Novel "Sepatu Dahlan" adalah satu bentuk teguran dan
motivasi bagi pemuda dan pejabat
untuk tidak bermanja-manja. Dahlan sanggup menjadi contoh. Dahlan
kemudian mengawali Gerakan Sepatu untuk Anak Indonesia dengan membagikan
sekitar 1.000 sepatu untuk anak-anak Sekolah Dasar di seluruh sudut Jakarta.
Aksi
"bagi-bagi" sepatu itu memperoleh rekor dari Museum Rekor Indonesia
sebagai gerakan berbagi sepatu terbanyak karena ditargetkan akan memberikan
lebih dari 3.600 pasang sepatu bagi anak-anak Indonesia. Kisah ini mestinya
menjadi teladan untuk kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar