Cooperative Learning adalah suatu  strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku  bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur  kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau  lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu  bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran  kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai  anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam  menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus  saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.  Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika  salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya  “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning  tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar  yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan  asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja  kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan  lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
1.Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat  bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok  kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa  sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri  agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
2.Tanggung jawab perseorangan.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat  menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa  akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar  yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat  persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing  anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas  selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3.Tatap muka.
Dalam pembelajaran Cooperative Learning  setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan  berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk  membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi  ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi  kekurangan.
4.Komunikasi antar anggota.
Unsur ini menghendaki agar para  pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena  keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para  anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk  mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok  juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang  sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar  dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5.Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus  bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja  sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Urutan langkah-langkah perilaku guru  menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997)  adalah sebagaimana terlihat pada table berikut ini

Tabel Sintaks Pembelajaran Kooperatif
B. Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda  dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana  keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain.  Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi  di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh  keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
Model pembelajaran kooperatif  dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran  penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:
1.Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun  mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau  tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa  model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para  pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan  kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik  dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping  mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran  kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah  maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas  akademik.
2.Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif  adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan  ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.  Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar  belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada  tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan  belajar saling menghargai satu sama lain.
3.Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran  kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama  dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh  siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan  sosial.
C. Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan  diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas,  dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John  Hopkins (Arends, 2001).
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh  Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat  digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun  berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan  skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa  mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.  Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong  royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan  meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw  adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa  anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan  bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada  anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw  merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam  kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan  bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab  atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan  menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,  1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa  tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga  pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang  diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan  materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian,  “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama  secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A.,  1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda  dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu  satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.  Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk  menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah  mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe  Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu  kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal,  dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan  gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang  terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk  mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas  yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada  anggota kelompok asal.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997) :
Kelompok Asal

Kelompok Ahli
Gambar. Ilustrasi Kelompok Jigsaw
Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :
- Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

Gambar Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw
- Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
- Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
- Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
- Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
- Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah  tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang  sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran  terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning  diantaranya adalah sebagai berikut :
- Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative Learning.
- Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
- Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
- Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
- Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative  Learning dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan  adalah sebagai berikut :
- Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran Cooperative Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
- Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.
- Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
- Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
- Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar