Apakah kita menginginkan obsesi besar dalam hidup?
            Kalau iya, berarti kita memang calon orang besar. Orang besar adalah orang dididik dengan kebaikan Islam yang bermula  individu yang memiliki komitment menjadi pribadi besar, mereka adalah orang orang yang selalu menjaga diri dari terjerumus kepada sesuatu yang menyesatkan. mka modal kehidupannya adalah modal belajar tanpa henti. 
               Berikutnya mereka tidak hanya  mengembangkan diri menjadi sukses sendiri, mereka akan memulai lagi pada sekup yang lebih yakni di keluarga.
          Keluarga adalah unit  terkecil dalam masyarakat kita. Pembentukannya diawali dengan proses pernikahan.  Dan minimal terdiri dari suami dan istri. Karena proses pembentukan  keluarga harus diawali dengan pernikahan, maka dua orang laki dan  perempuan yang tinggal serumah tidak dinamakan keluarga. Sebutan bagi  mereka adalah “kumpul kebo”. Dari pernikahan sah mereka kemudian lahirlah  anggota keluar lain yaitu anak. Keadaan ini kemudian terus berkembang dan  berkembang. Sebagaimana firman Allah :
يَا اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ  نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا  وَنِسَاۤءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاۤءَلُونَ بِهِ وَاْلاَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ  رَقِيبًا
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah  menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan  daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang  banyak. Dan bertakwalah kepada Allah  yang  dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama  lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya  Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An-Nisa : 1)
Keluarga harus dijaga keutuhannya dan jangan  sampai tercerai berai oleh karena satu keadaan. Keutuhan, kekompakan dan  persatuan harus dijunjung tingga dalam keluarga dan juga harus dinomorsatukan.  Peninggalan atau harta warisan orang tua dan juga persoalan-persoalan lain  jangan sampai menjadi sebab hilangnya keutuhan sebuah keluarga.  Tidak dapat dipungkiri bahwa hal-hal di atas dalam faktanya sering memicu  konflik internal.
Kaum muslimin harus tahu bahwa memutus ikatan kekeluargaan  (selaturrahim) merupakan kejahatan. Dan kejahatan yang berupa memutus ikatan  persaudaraan ini identik dengan kejahatan membuat kerusakan di muka bumi yang  dilakukan oleh para penguasa. Terhadap mereka Allah mengancam dengan memberikan  laknat dan juga membuat tuli telinga dan membutakan mata mereka. Na’udzu bi  Allah! Firman Allah :
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ  وَتُقَطِّعُواۤ أَرْحَامَكُمْ. أُولَـۤئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ  فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat  kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah  orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan  dibutakan-Nya penglihatan mereka. (QS. Muhammad : 22-23)
Agar kita tidak mendapat laknat dan siksa Allah maka hindari membuat  kerusakan di muka bumi dan memutus silaturahim. Mari jalankan peran dan  fungsi masing-masing anggota keluarga dengan bertindak  :
Pertama, terhadap anggota keluarga  yang sudah meninggal maka kita harus mendo’akan. Salah satu dari tiga hal  yang tidak akan putus dari orang yang sudah meninggal adalah do’a anak shaleh  terhadap orang tua yang sudah almarhum. Sebagaimana Hadis  :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى  الله عليه وسلم – قَالَ : – إِذَا مَاتَ اَلْإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ  إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ  وَلَدٍ صَالَحٍ يَدْعُو لَهُ
Bila manusia meninggal  putuslah darinya segala amal kecuali dari tiga hal : shadaqah jariyah, ilmu yang  bermanfaat, anak shaleh yang mendo’akannya (HR. Muslim)
Kedua, peran dan fungsi yang harus  dilakukan adalah menjaga silaturrahim. Silaturahim adalah salah satu indikator  keimanan seseorang terhadap Allah dan Hari Akhir, di samping indikator-indikator  lain. Seseorang yang tidak dapat menjaga keutuhan dan hubungan harmonis antar  anggota keluarga berarti dia telah kehilangan salah satu indikator kimanannya  terhadap Allah dan Hari Akhir.
عن ابى هريرة قال قال رسول الله : وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ باللهِ  وَاليَومِ الآخِرِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barang siapa yang beriman  kepada Allah dan Hari Akhir maka jalinlah persaudaraan (HR. Bukhari-Muslim)
Ketiga, peran dan fungsi yang  harus dijalankan adalah menjaga keluarga dari api neraka. Seseorang yang  berupaya menyelamatkan diri dari api neraka tentu tidaklah cukup sebelum seluruh  anggota keluarganya terbawa selamat. Seorang ayah sangat tekun beribadah kepada  Allah, baik yang sunah maupun yang wajib selalu dkerjakan dengan baik karena  berharap selamat dari api neraka, tetapi anak dan istrinya, kakak dan adiknya  dan sebagainya tidak diajak serta beribadah kepada Allah maka tidaklah cukup  baginya. Hal ini disebabkan karena ia tidak dapat membawakan peran dan fungsinya  dengan baik sebagai bagian dari sebuah keluarga.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا  وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا  يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang  beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya  adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,  yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka  dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim : 6)
Keempat, yaitu saling tolong menolong.  Dengan orang lain yang bukan merupakan keluarga itupun diwajibkan tolong  menolong, apalagi dengan sesama anggota sendiri. Kalau bukan saudara siapa lagi  yang pertama memperhatikan nasib saudara. Harapan pertolongan tentu tidak  dijatuhkan kepada orang lain, akan tetapi saudara sendiri. Maka dari itu,  biasakanlah untuk selalu tolong menolong.
Jangan sampai hubungan keluarga sama sekali tidak pernah tegur sapa apa  lagi saling tolong menolong. Ibarat pepatah jawa : “dadi godhong emoh nyuwek,  dadi banyu emoh nyawuk”.
…وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا  تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللّٰهَ إِنَّ اللّٰهَ  شَدِيدُ الْعِقَابِ
…Dan  tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan  tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada  Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS.  Al-Maidah : 2) 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar