SEKILAS TENTANG
MULTIPLE INTELLIGENCE DAN PENERAPAN DALAM PEMBELAJARAN
Gardner yang
terkenal dengan multiple intelligence tidak memandang kecerdasan manusia sema
berdasar secor tes standar, tetapi meliputi tujuh macam kecerdasan manusia
yaitu: (1) Linguistik intelligence (kecerdasan lnguistik); (2)
Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika-matematika); (3) Spatial
intelligence (kecerdasan spasial berpikir dalam tiga dimensi); (4)
Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik-tubuh); (5) Musical
intelligence (kecerdasan musik); (6) Interpersonal intelligence (kecerdasan
interpersonal); dan (7) Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal)
(Campbell, Campbell dan Dickinson, 2002,2-3). Pemikiran Gardner tentang
multiple intelligence mengenai kecerdasan inerpersonal di atas ditempatkan oleh
Salovey dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional. (Goleman,
2001,57-59).
Ketujuh
kecerdasan ini, kini banyak dikembangkan baik dalam pendidikan maupun
pelatihan, serta pengembangan sumber daya manusia. Bagaimana sebenarnya pengembangan
ketujuh kecerdasan terkait dengan pilihan profesi yang dapat diberikan pada
kegiatan pembelajaran, hal ini dapat dilihat sebagaimana uraian tabel berikut
dibawah ini.
Tabel
Pengembangan Multiple Intelligence
No
|
Kecerdasan
|
Pengertian
|
Aktualisasi
|
1
|
Linguistic intelligence (kecerdasan lingkuistik)
|
Kemampuan dalam bentuk berfikir tentang kata kata, menggunakan bahasa
untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks.
|
Novelis, pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, penyiar berita
|
2
|
Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika-matematika)
|
Kemampuan dalam menghitung, mengukur, mempertimbangkan proposisi dan
hipotesis serta menyelesaikan masalah operasi matematis.
|
Ilmuwan, ahli matematika, akuntan, insiyur, programing komputer
|
3
|
Spatial intelligence (kecerdasan spasial berpikir dalam tiga dimensi)
|
Kemampuan berpikir dalam tiga dimensi yakni; membayangkan keadaan
internal dan eksternal, melukiskan kembali, merubah atau memodifikasi
bayangan, mengemudiakan diri sendiri dan obyek melalui ruangan dan
menghasilkan menguraikan informasi grafis
|
Pilot, pelaut, pemahat, pelukis dan arsitek
|
4
|
Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik-tubuh)
|
Adalah kemampuan menggerakan obyek dan keterampilan ketrampilan fisik
yang halus.
|
Atlet, penari, ahli bedah dan seniman.
|
5
|
Musical intelligence (kecerdasan musik)
|
Adalah kemampuan dalam sensitivitas pada pola titinada, melodi, ritme dan
nada.
|
Komposer, konduktor, musisi, kritikus, pembuat alat musik, dan pendengar
musik
|
6
|
Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal)
|
Adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara
efektif
|
Guru, pekerja sosial, artis atau politisi yang sukses.
|
7
|
Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal)
|
Adalah kemampuan untuk membua persepsi yang akurat tentang diri sendiri
dan menggunakan pengetahuan semaca itu dalam merencanakan dan mengarahkan
kehidupan seseorang.
|
Agamawan, ahli psikologi dan ahli filsafat.
|
Diadaptasi
dari Gardner 1983.
Namun demikian Lazear (1998)
selangkah lebih maju dimana ia menemukan kecerdasan jamak dengan istilah “8
ways of knowing”. Kedelapan tersebut meliputi: (a) kecerdasan
verbal/linguistik, (b) kecerdasan logika matematika, (c) kecerdasan
intrapersonal, (d) kecerdasan interpersonal, (e), kecerdasan naturalis, (f)
kecerdasan tubuh kinestetik, (g) kecerdasan musik irama, dan (h) kecerdasan
visual spaial. Dengan demikian hampir tidak berhenti para ahli untuk meneliti
dan mengembangkan kecerdasan manusia. Oleh sebab itu benar bila dikatakan bahwa
multiple intelligence atau intelligensi jamak merupakan perkembangan mutakhir
dalam bidang intelligensi menjelaskan hal hal yang berkaitan dengan jalur jalur
yang digunakan oleh manusia untuk menjadi jerdas. (Jamaris,2002:74).
Penerapan Multiple Intelligence dalam Pembelajaran
Memperkenalkan
multiple intelligence dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam tiga
bentuk utama yakni; orientasi kurikulum, metodologi pengembangan pembelajaran,
dan evaluasi hasil pembelajaran.
1. Orientasi Kurikulum
Kompentensi
merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara
konsisten dan terus menerus memungkinkan seorang menjadi kompeten, dalam arti
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan
sesuatu.
Dasar
pemikiran untuk menggunakan konsep multiple intelligencei dalam kurikulum
adalah sebagai berikut:
1) Multiple intelligence berkenaan dengan kemampuan
peserta didik dalam melakukan sesuatu dalam berbagai konteks.
2)
Multiple
intelligence menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui peserta didik untuk
menjadi standart kompentensi.
3)
Multiple
intelligence merupakan hasil belajar (leraning
outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah
melalui proses pembelajaran.
4)
Kehandalan
kemampuan peserta didik melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan
luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.
5)
Penyusunan
standart kompetensi, kompetensi dan hasil belajar hendaknya didasarkan pada
kecerdasan jamak yang ditetapkan secara proporsional, tidak melulu hanya apsek
kognitif atau spritual belaka tetapi seimbang dan tepat sasaran.
Pengembangan
Metodologi Pembelajaran
1) Metode bercerita, adalah salah satu bentuk untuk
mengembangkan intelligence lingusitic, dimana siswa diajak menyenangi dan
mencintai bahasa, dimana siswa dapat menikmati suara dari kata kata, menghargai
dan memakai kekuatan dengan penuh tanggungjawab.
2) Problem solving: Siswa dihadapkan pada masalah
konkret. Misalnya adanya perkelahian antar pelajar, sering terlabat sekolah,
prestasi kelas merosot, komunikasi dengan guru kurang lancar. Siswa diajak
untuk memikirkan bersama, mendiskusikan bersama, dan memecahkan masalah secara
bersama-sama. Metode ini dapat mengasah kecerdasan interpersonal
3) Reflective thinking/critical thinking, siswa secara
pribadi atau berkelompok dihadapkan pada suatu artikel, peristiwa, kasus,
gambar, foto, dan lain sebagainya. Siswa diajak untuk membuat catatan refleksi
atau tanggapan bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan bisa diplih sendiri oleh
siswa. Cara ini dapat mengembangkan kecerdasan bodily kenisthetic, juga
inteersonal intligence.
4) Group dynamic, siswa dibimbing untuk kerja kelompok
secara kontinyu dalam mengerjakan suatu proyek tertentu. Metode ini dapat
diterapkan untuk mengembangkan kecerdasan logical mathematical, dan kecerdasan
interpersonal.
5) Community bulding, siswa satu kelas diajak untuk
membangun komunitas atau masyarakat mini dengan aturan, tugas, hak, dan
kewajiban yang mereka atur sendiri secara demokratis. Cara ini dapat
dikembangkan untuk membangun kecerdasan intrapersonal.
6) Responsibility building, siswa diberi tugas yang
konkret dan diminta membuat laporan pertanggungjawaban secara jujur. Cara ini
juga dapat dikembangkan untuk membangun kecerdasan intapersonal.
7) Picnic, siswa merancang kegiatan santai di luar
sekolah, tidak harus ke tempat jauh dan biaya mahal. Untuk menggali nilai-nilai
social, spritual, keindahan, dsb. Ini adalah cara yang tepat untuk
mengembangkan kecerdasan spatial, dan kecerdasan musical.
8)
Camping
study, siswa di ajak melakukan kegiatan kamping dalam rangka belajar. Kegiatan
ini juga tidak harus jauh, bisa di halaman sekolah. Seperti hal di atas, ini
dapat diterapkan guru untuk membangun kecerdasan spatial, juga intrapersonal.
9)
Kerja
individu dan kelompok, proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian
layanan kepada setiap individu siswa agar mereka berkembang segara maksimal
sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Pelayanan secara individual bukan
berarti mengajari anak satu persatu secara bergantian, melainkan dengan
memberikan peluang sebesar-besarnya kepada setiap individu untuk memperoleh
pengalaman belajar sebanyak-banyaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengaktifkan siswa baik secara individu maupun beregu. Satu dari cara yang
paling biasa untuk mendorong kerja-regu adalah meminta siswa-siswa untuk
bekerja dalam suatu regu atau kelompok untuk mencari jawaban-jawaban pada
pertanyaan-pertanyaan, untuk memecahkan suatu masalah, untuk melaksanakan suatu
eksperimen atau meneliti suatu topik proyek. Namun, guru harus berhati-hati
agar harapan akan kerjasama, toleransi, semangat regu dan pengertian tentang
hakikat pekerjaan hendaklah realistis mengingat ketrampilan dan pengalaman
siswa-siswa. Cara cara seperti di atas dapat dikembangkan oleh guru untuk
membangun kecerdasan siswa dalam bidang interpersonal, juga kecerdasan bodlily
kinesthetic.
10) Membedakan
antara aktif fisik dan aktif mental, banyak guru yang sudah merasa puas bila
menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika
bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan
tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih
diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang
lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat
berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut
ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena
itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang
datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut
sangat bertentangan dengan ‘PAKEM’. Cara seperti ini dapat mengembangkan
berbagai kecerdasan seperti kecerdasan lingustic, kecerdasan bodily kinethetic,
dan bahkan kecerdasan interpersonal.
11) Pertanyaan efektif, jika siswa
diminta untuk mengerti dan bukan sekedar mengingat informasi yang ditemukannya
di dalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya, maka mereka
haruslah aktif mengumpulkan informasi. Pengajuan suatu pertanyaan menggunakan
kata-kata dan ungkapan yang tidak mudah ditemukan di dalam teks atau naskah.
Sehingga mendorong siswa berpikir dan berpendaat tidak hanya untuk menyalin jawaban. Ketrampilan ini sangat tepat bila
digunakan guru untuk mengasah kecerdasan linguistic.
12) Membandingkan dan mensintesiskan
informasi, Pemahaman informasi yang dikumpulkan dari sumberdaya dapat
ditingkatkan jika siswa-siswa bekerja dalam kelompok dan setiap anggota
kelompok diberi sumber data yang berbeda untuk digunakan dalam mencari jawaban atas
pertanyaan yang sama. Dengan demikian, siswa-siswa harus membandingkan dan mendiskusikan
jawaban-jawaban yang sudah mereka tuliskan, sehingga, sebagai hasilnya, mereka
akan mampu memberi satu jawaban yang memuaskan. Ini sering merupakan strategi
yang efektif untuk dipakai oleh kelompok-kelompok pakar ketika pendekatan
(jigsaw) terhadap proyek penelitian digunakan. Cara ini juga dapat dikembangkan
untuk melatih anak dalam hal kecerdasan linguistic dan juga kecerdasan logical
mathematical.
13) Mengamati (mengawasi)
aktif, Sering siswa-siswa tidak berpikir dan belajar aktif pada waktu menonton
video. Beberapa orang guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa-siswa
untuk dijawab pada waktu mereka menonton video. Biasanya pertanyaan-pertanyaan
itu disajikan dengan susunan dimana jawaban-jawaban akan muncul didalam video
dan ungkapan-ungkapan kunci didalam pertanyaan-pertanyaan juga terjadi didalam
video, sehingga menunjuk pada jawaban. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mudah
dijawab dan jarang menuntut keterlibatan aktif. Cara ini dapat digunakan guru
untuk melatih anak mengemangkan kecerdasan linguistic, kecerdasan musical.
14) Peta akibat,
metode ini dapat digunakan sebelum atau sesudah siswa-siswa mempelajari sesuatu
topik. Hal itu dapat digunakan untuk menemukan seberapa tuntas siswa-siswa
dalam memikirkan sesuatu isu atau peristiwa, atau dapat digunakan untuk
menemukan apakah mereka sudah mampu menerapkan informasi yang sudah
dipelajarinya dalam menganalisis situasi baru. Siswa-siswa diminta untuk mempertimbangkan
semua hasil atau akibat yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan dan
kemudian hasil-hasil dan akibat-akibat sesudah itu. Mereka juga didorong untuk
berpikir tentang akibat-akibat positif dan negatif. Cara ini juga dapat
digunakan guru untuk melatih anak anak dalam mengembangkan kecerdasan
linguistic.
15) Keuntungan
dan kerugian, suatu tugas analisis yang kurang rumit dapat melibatkan
siswa-siswa untuk memeriksa informasi yang mereka temukan tentang keputusan,
sikap atau tindakan yang kotroversial (menjadi sengketa). Siswa-siswa bekerja
sebagai satu kelas keseluruhan atau dalam kelompok-kelompok untuk
menggolong-golongkan informasi yang mereka kumpulkan apakah untung atau rugi
bagi mereka sendiri, keluarganya, desa atau masyarakat umumnya. Sesudah
klasifikasi atas keuntungan dan kerugian sudah dirampungkan, siswa-siswa dapat
diminta untuk memutuskan. Ini adalah salah satu cara guru untuk mengembangkan
kecerdasan logical mathematical.
16) Permainan
peranan/ konferensi meja bundar, strategi-strategi ini meliputi permainan
peranan atau advokasi untuk kepentingan kelompok komunitas tertentu. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu siswa-siswa mengenali bahwa biasanya terdapat suatu
rentang sudut pandang mengenai sesuatu isu dan suatu rentang cara menafsirkan
informasi tentang isu itu. Pandangan-pandangan ini biasanya ditentukan oleh
pengalaman, harapan dan cita-cita, nilai pendidikan, gaya hidup dan peranan di
dalam masyarakat dari orang yang mengungkapkan pandangan itu. Guru bertindak
sebagai fasilitator (pemberi kemudahan), memastikan bahwa semua siswa
diperkenankan mengemukakan pandangan sesuai peranan yang diterimanya, bahwa
setiap diskusi berlangsung tertib dan mendorong peran serta yang jika perlu
dengan mengajukan pertanyaan.Pada akhir konperensi meja bundar, siswa-siswa
hendaklah didorong untuk memperhatikan semua sudut pandang dan tiba pada suatu
keputusan pribadi tentang isu itu. Metode ini dapat dikembangkan untuk untuk
meransang anak agar terlahit kecerdasan interpersonalnya dengan baik.
Pengembangan Evaluasi Hasil
Pembelajaran
1) Evaluasi
dikembangkan dengan prinsip untuk memberikan informasi kemajuan belajar siswa
dalam berbagai bidang intelligensi (kecerdasan jamak). Hal ini sudah harus
tergambar sejak dalam perencanaan pembelajaran pengembangan kegiatan
pembelajaran.
2) Bentuk
evaluasi harus dikembangkan dengan berbagai macam yang dapat mengakomodir
kecerdasan yang sangat kompleks, baik itu kecerdasan dalam lingusiti, logical
mathematical, interpersonal dan lain sebagainya. bentuk tes soal ujian harus
diiringi dengan tugas, jadi nilai praktek dan nilai sehari hari sangat besar
perannya dalam penentuan keberhasilan belajar.
3) Proses
penilaian benar benar berbasis kelas dan berangkat dari potensi apa yang
dimiliki anak, kemudian kecerdasan apa yang tepat untuk dikembangkan pada
dirinya. Artinya kompetensi yang ditetapkan oleh guru dalam tujuan pembelajaran
juga harus diiringi dengan pertimbangangan lain dimana masing masing anak
memiliki keunikan yang khas, sehingga pengukuran kecerdasannyapun membutuhkan
ciri khas.