Sudah menjadi kebiasaan berpuluh tahun, aku bangun pagi  sering sebelum shubuh. Setelah berwudlu aku
langsung menuju Masjid di desaku. Al hamdulillah kebiasaan ini hampir tak
pernah terlewatkan.
Masa-masa mendekati ujian 
semester atau  ujian nasional  berarti masa kerja keras.  Aku harus mengajar pagi  jam ke 
nol tepatnya jam 6.20. Karena 
rumahku teletak paling  jauh di
antara guru di  SMAN 1 Girirmarto, dii
sinilah  tempat  aku berkantor. Aku tentu berangkatnya lebih awal dibanding teman-temanku.
Pagi ini musibah 
datang tanpa undangan. Sepeda motorku macet dalam perjalanan.
Tepat di jalan tanjakan,  aku harus turun dan mengecek. Ternyata rantai lepas, aku  mencoba membenahi rantai
yang lepas. Setelah sekitar 10 meter rantai lepas lagi dan putus. Sabar aku
tidak boleh mengeluh. Waduh..! ini masih pagi jam 6 kurang. Tak ada satu pun
benkel yang buka. Aku harus menuntun sepeda motor. Betapa beratnya di jalan
tanjakan dan buruk . Napasku benar-benar tersengal-sengal.
Untuk sampai  di Girimarto masih sekitar 30 km lagi. Aku
menelpon salah satu siswa bahwa aku telat datang. Di tengah tersengal-sengal
nafasku, aku terasa buang air besar.Aduh beratnya. Dimana ya aku temukan toilet?. Kupinggirkan motorku dan aku
mecari-cari masjid terdekat untuk buang hajat.
Selesai dari toilet, tahu-tahu motorku sudah diamankan, seseorang,  dekat
bengkel motor yang masih tutup. Sebentar kemudian motorku diganti rantainya oleh pemilik bengkel.
.” Pak ini rantainya  harus diganti Cuma 45 ribu!” kata tkg reparasi
“ya silakan mas”
Cukup  cepat ternyata
hanya 10 menit motor sudah Ok, “Niki mas kubayar 50.000 mbotensah susuk”
Akhirnya, aku ngebut menuju sekolah, puluhan murid menunggu.
Aku telat 20 menit.
Mohon maaf , aku telat. Motorku rusak.  
Singkat cerita  aku memotivasi
siswa”Jangan mudah mengeluh, rumahku paling jauh di antara kamu jaraknya sekitar 50 km dari sisi. Jadi aku tiap hari minimal menempuh perjalanan minimal 100 km Aku tadi baru kena musibah, tapi aku tetap senyum.  Perjalanan hidupku pun juga penuh liku-liku  aku tetap berusaha  tegak berdiri,  tanpa banyak mengeluh!”