Menjalani hidup dengan pola makan sehat dan diimbangi dengan olahraga dapat memperpanjang usia harapan hidup seseorang. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa makan banyak sayur dan ikan dapat memperpanjang usia hingga 3 tahun.
Orang dengan menu diet sehat dengan mengurangi produk daging dan memperbanyak makan sayur dan ikan, memiliki kesempatan 20 persen hidup dengan usia lebih banyak, dengan perkiraan 2 hingga 3 tahun.
Manfaat kesehatan menu diet yang sering disebut dengan diet Mediterania sebenarnya telah lama diketahui, tetapi baru-baru ini ilmuwan telah mempelajari efek pada orang tua dengan menggunakan studi unik untuk membandingkan pola makan dan kesehatan ribuan orang usia 70 tahun.
Studi yang dikenal dengan H70 ini dilakukan selama 40 tahun. Hasilnya, praktik diet Mediterania yang memperbanyak makan sayur dan ikan dapat menjadi rahasia untuk panjang umur.
"Orang tua yang menjalani diet Mediterania diperkirakan berumur 2-3 tahun lebih lama daripada mereka yang tidak menjalaninya," ujar Gianluca Tognon, ilmuwan di University of Gothenburg, Swedia, seperti dilansir Indiavision, Sabtu (24/12/2011).
Menurut Tognon, dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan tidak ada keraguan bahwa diet Mediterania dikaitkan dengan manfaat kesehatan yang lebih baik, tidak hanya untuk orang tua, tetapi juga untuk dewasa muda, remaja dan anak-anak.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Age.
Minggu, 25 Desember 2011
Selasa, 13 Desember 2011
MENJADI SEORANG GURU BERKARAKTER BAIK Oleh Sukatno Wonogiri
Dalam bentuk pekerjaankulah aku diamanati oleh Allah Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjadi insan yang berguna tidak hanya untuk diri sendiri namun juga untuk orang lain. Karena itulah aku bahagia, aku telah temukan keunggulan dan kemuliaan suatu jenis pekerjaan yakni sebagai seorang guru.
Mengajar hakikatnya adalah belajar. Aku senantiasa berdoa agar Allah melimpahkan rahmatnya berupa warisan yang bersumber dari sifat 99 asmaNya. Aku ingin menjadi insan arif bijak, cerdas, memaafkan, membelajarkan dsb.
Guru berkarakter baik hakikatnya adalah mewarisi sifat-sifat Allah yang Maha Mulia. Aku seorang guru yang sedang berproses menuju keunggulan yang bersumber dari kemulianNya, cuma percepatan prosesnya saja dalam penantian, semoga Allah menambahnya.
Setelah melalui perenungan dari berbagai sumber, ternyata aku bukan guru yang ideal, tapi aku ingin menjadi guru yang ideal.
Aku telah mendapatkan ilmu untuk menjadi guru ideal, lalu bagaimanakah ciri-ciri guru yang ideal,?W
alau hanya pada tataran teoritis, namun aku bisa berevaluasi diri dari nasihat guruku tersebut. Berikut ini guru ideal menurut kacamata guruku tercinta:
alau hanya pada tataran teoritis, namun aku bisa berevaluasi diri dari nasihat guruku tersebut. Berikut ini guru ideal menurut kacamata guruku tercinta:
1. Bertaqwa kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa. Berkaca pada arti GURU memiliki arti harus sanggup digugu lan ditiru, disinilah guru yang bertaqwa diharapkan melahirkan peserta didik yang bertaqwa pula.
2.Berenergi positif dalam pembelajaran Seorang guru yang baik memiliki semangat positif dalam bertingkah, berfikir, bersikap. Karena .energi positif guru akan menular ke energi siswanya.
2.Bertujuan jelas dalam pembelajaran. Seorang guru seharusnya meyampaikan ke siswa tujuan apa yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Tujuan tersebut mencakup kognisi maupun afeksi siswa, ini perlu disampaikan sebagai acuan guru maupun siswa untuk saling berefleksi diri. Keberhasilan pembelajaran dapat dicapai bila ada kerja sama saling berrefleksi antara guru dan siswa.
3. Berketerampilan dalam mengolah kelas. Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.
5. Berkomunikasi dengan Baik.Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka tidak mudah saling tersinggung dengan para siswa dan membuat para siswa nyaman dalam mendengar , melihat bentuk komunikasi dengan gurunya baik lisan maupun non lisan.
6. Berharap yang tinggi pada siswanya Seorang guru yang baik adalh motivator yang bik, ia hatrus memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Berpengetahuan luas. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tidak hanya masalah kurikulum dan pengetahuan subyek pelajaran h dan standar-standar lainnya, namun mereka harus memiliki banyak pengetahuan di luar kurikulum. Guru adalh salah satu sumber inovator untuk para siswa.
9. Berperfoma baik terhadap Anak-anak dalam proses Pembelajaran Seorang guru yang baik seharusnya berkinerja baik dalam mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa bertatap muka dengan siswa .
10. Berkualitas baik dalam bergaul dengan sesama guru dan dengan Siswa Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati dengan sesama guru dan siswa .
Sekelumit renungan setidaknya menjadi bahan bagi aku sendiri untuk menuju kesempurnaan. Aku memang insan yang banyak kelemahan, namun Tuhan maha Kuat, Dia terlalu mampu menjadikaknku untu menjadi guru luar biasa yang berguna bagi manusia lain.
Sekelumit renungan setidaknya menjadi bahan bagi aku sendiri untuk menuju kesempurnaan. Aku memang insan yang banyak kelemahan, namun Tuhan maha Kuat, Dia terlalu mampu menjadikaknku untu menjadi guru luar biasa yang berguna bagi manusia lain.
Jumat, 09 Desember 2011
DICARI:ORANG TUA CERDAS SECARA EMOSIONAL DAN SPIRITUAL Pernah dimuat di majalah RESPON oleh SUKATNO WONOGIRI
Tulisan ini terinspirasi dari pengalaman penulis setelah mengikuti training ESQ (Emotional and Spiritual Quotient) peduli pendidikan yang diprakarsai oleh oleh Ary Ginanjar Agustian. Sebagai orang tua, penulis berkeyakinan bahwa untuk melahirkan generasi tangguh baik jasmani maupun ruhani dibutuhkan para orang tua (baca: pendidik) yang excellent (unggul). Pengertian unggul di sini, menurut Ary tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual namun dibutuhkan kecerdasan yang holistic (paripurna) yang mencakup juga kecerdasan spiritual dan emosional. Beliau menambahkan bahwa kecerdasan ESQ seseorang akan menentukan kesuksesan hidupnya untuk jangka panjang.
Tantangan di jaman global tidak semakin ringan, maka kebutuhan generasi handal yang memiliki ESQ baik semakin urgent. Generasi yang baik tidak mungkin muncul tanpa campur tangan dari para pendidik yang memiliki ESQ yang baik pula.
Di luar kekurangan training ESQ , training tersebut bertujuan mulia yakni memberikan pelatihan instant bagi para orang tua, namun hasilnya diharapkan berdampak luar biasa bagi para anak dan orang tua di masa datang. Training ESQ adalah pelatihan tidak hanya untuk meningkatkan kepekaaan dan kecerdasan jiwa (ruhani) dalam kehidupan sosial namun juga untuk meningkatkan kesadaran manusia untuk meningkatkan keimanan terhadap keberadaan dan keagungan Allah S.W.T. Untuk memperoleh dampak jangka panjang, para peserta pelatihan diharapkan belajar dan melakukan evaluasi diri tanpa henti, untuk meraih derajat sebagai pendidik sejati yang memiliki ESQ tinggi. Sebagai orang tua seharusnya selalu bertanya pada diri sendiri, sudahkah mereka on the right track (jalur yang benar) apa belum dalam mendidik para putranya ?. Kalau belum, seharusnya para orang tua segera berbenah diri, bahwa mereka harus segera belajar untuk menjadi orang tua yang lebih baik.
Membahas pola pendidik ideal, referensi kita seharusnya rasulullah S.A.W. Beliau mengajarkan sifat mulia dalam menerapkan metode pendidikannya, yakni shidiq, fathonah, amanah, dan tabligh, yang disingkat dengan SHIFAT. Sebagai pendidik idealnya mewariskan sifat-sifat luhur nabi tersebut yakni: pertama, dia harus memiliki sifat senantiasa mau mencari kebenaran dan kejujuran berusaha keras meninggalkan dusta dan kemungkaran, sebagaimana rasulullah telah memberi keteladan berupa sifat shidiq. Kedua, memiliki jiwa mau menyampaikan nasihat yang dimulai dari bagian yang kecil yakni keluarga, beliau rasulullah telah memberikan contoh sifat tabligh. Ketiga, sifat bertanggung jawab dan kepeduian terhadap lingkungan yang berawal dari kepedulian dari ligkungan keluarga, sebagaimana beliau telah mewariskan sifat amanah. Keempat, memiliki kemauan untuk belajar, melalui belajar orang tua akan memiliki sifat cerdas, rasulullah telah memberikan keteladan berupa sifat fathonah.
Secara ideal, manusia biasa sulit rasanya untuk menyamai sifat rasulullah S.A.W., namun kita bisa belajar untuk memiliki sifat-sifat mulia seperti sifat beliau, walaupun tidak bisa sempurna. Orang tua harus menjadi panutan sebagaimana rasulullah telah memberikan keteladanan, beliau dipastikan telah memiliki kecerdasan comprehensive, karena telah dipilih oleh Allah S.W.T. Kecerdasan comprehensive adalah kecerdasan yang tidak hanya mencakup kecerdasan intelektual, namun emotional dan spiritual. Orang tua memang seharusnya selalu mengasah segala kecerdasannya sebagaimana misi training ESQ, yaitu untuk melahirkan generasi yang kuat dalam iman, unggul dalam prestasi dan luhur budi pekerti.
Untuk memiliki kecerdasan yang lengkap (comprehensive Quotient) yang memadai orang tua seharusnya memulai suatu proses pembelajaran dengan megembangkan sedikitnya 7 sifat yang disingkat dengan sifat 7B/JUBER yakni:
1. Berilmu
Dalam Al Hajj: 54.’’ dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang berimankepadajalanyanglurus’’.
Sebagai orang tua seharusnya memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar pendidikan menurut syariat Islam, memahami hukum dan prinsip-prinsip etika Islam dan kaidah syari’at Islam. Ilmu pengetahuan lain yang perlu dimiliki orang tua antara lain ilmu tentang kebutuhan anak untuk membantu kesulitan belajar atau memahami sesuatu dalam perkembangan pendidikan baik di rumah maupun di lembaga sekolah. Ilmu yang dimiliki orang tua merupakan ilmu yang mampu memenuhi kebutuhan fisik, fikir dan jiwa anak.
Sejak sebelum mengandung, seorang ibu mestinya mulai meluaskan wawasan tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik agar dapat mendidik anak dengan optimal. Begitu juga dengan seorang ayah, perlu meluaskan wawasan sejak sebelum memiliki keturunan. Keseimbangan pengetahuan yang dimiliki ibu dan ayah akan semakin mendukung pendidikan anak di rumah. Jika ada ketidakseimbangan pengetahuan tentang membesarkan dan mendidik anak maka bisa terjadi misleading atau salah dalam penuntunan. Misalnya seorang ayah mengajari A namun ibu tidak mendukung atau malah justru melarang. Peristiwa tersebut bisa menjadikan pendidikan yang tidak efektif, karena anak mengalami kebingungan.
2. Bertaqwa
Dalam Surat Ali Imran :102 ’’ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam’’.
Bila seorang beriman menuntut ilmu maka seharusnya akan bertambah keimanannya dan ketakwaanya. Orang tua yang bertakwa akan mendidik anak-anaknya bertakwa juga pada Allah dengan benar. Orang yang berilmu dan bertakwa menjadi yakin akan kebesaran Tuhannya.
Suasana keluarga yang penuh nilai-nilai ketakwaan amat berpengaruh dalam menyiapkan pribadi anak. Adanya ketakwaan dalam mendidik dan memperlakukan anak-anak akan menghasilkan anak-anak yang juga bertakwa. Suasana rumah yang sakinah, dipenuhi suasana untuk banyak mengingat Allah, akan mendukung anak menjadi tenang yang membentuk pribadi yang percaya diri (confident) . Melalui suasana rumah tersebut akan melahirkan sikap dan kepribadian anak yang penuh kemuliaan.
3. Berhati tulus
Berhati tulus dalam bahasa agama Islam dikenal sebagai jiwa ikhlas. Jiwa ikhlas akan memberikan semangat pada orang tua untuk tidak berputus asa memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Ibu maupun ayah akan lebih merasa bahagia dengan keberhasilan yang dicapai anak, beliau hanya berharap kepada ridlo Allah S.W.T Keikhlasan orang tua akan menular ke pribadi anak menjadi ikhlas dalam perkataan dan perbuatan .
”Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya”. Al Maidah :125
Anak yang tumbuh dan berkembang di dalam naungan orang-orang yang ikhlas, dia adalah calon generasi mulia. Anak tidak biasa mendengar kata-kata yang buruk melainkan kata-kata mulia sebagai refleksi rasa kasih sayang, doa dan harapan kapada Allah SWT, suasana ini akan membentuk jiwa yang bersih, lembut dan penurut pada orang tua dan patuh pada perintah Allah.
4. Berbudi luhur
Rasulullah SAW bersabda : ’’Sesungguhnya orang yang mu’min itu dengan budi pekertinya yang baik dapat mengejar derajat orang yang selalu berpuasa dan shalat malam’’.
Sikap luhur budi adalah suatu pembiasaan baik di dalam rumah atau di masyarakat yang menampilkan keagungan, penyayang dan suka menolong. Karena dari sikap keluhuran budi dapat menunjukan kepribadian seseorang dalam memahami sifat Allah yaitu menyayangi orang-orang yang beriman (ar rahnman dan ar rahiim)
Orang tua sebaiknya memiliki luhur budi baik perkataan dan perbuatan. Keluhuran budi ini bisa terlihat dalam kesantunan dalam perbuatan dan perkataan. Lisannya senantiasa mengucapkan hal-hal yang baik saja, lembut, merendahkan suaranya. Sedangkan perbuatan adalah menunjukkan kebaikan aklaq dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kesantunan, orang tua mendidik dan menurunkan sifat penyayang kepada anaknya. Bahkan kesantunan yang dimiliki ibu sejak masih mengandung, maka Insya Allah dapat melahirkan anak-anak yang santun baik perkataan amaupun perbuatan.
5. Bertanggung jawab .
Rasulullah SAW bersabda :’’Kamu semua adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin di dalam keluarganya dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Istri adalah adalah pemimpin didalam rumah suaminya dan akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya’’ . ( HR. Bukhari dan Muslim )
Tanggung jawab akan mendorong pendidik untuk memperhatikan, mengarahkan anak kepada hal-hal yang baik. Allah SWT telah memerikan amanah bagi setiap orangtua. Sudah seharusnya sikap tanggung jawab akan tampil dalam setiap tugas atau amanah yang telah dibebankan pada orang tua. Muslim yang baik akan melakukan tanggung jawabnya dengan yang terbaik karena semata merasa Allah SWT mengawasinya dan yang memberikan penilaian dan ganjaran yang sesuai dengan perbuatannya.
Rasa tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan bisa ditunjukkan dengan memperhatikan kebutuhan anak dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tanggung jawab dunia seperti mendidik keilmuan duniawi, kebutuhan kehidupan, sampai anak-anak berhasil dan bahagia di dunia. Sedangkan tanggung jawab akhirat seperti memenuhi kebutuhan spiritualnya, agar anak juga terpenuhi kejiwaan, akhlak baiknya, hingga mendidik anak meraih kebahagiaan kekal di syurgaNya.
6. Beristiqomah
Dalam Al Qur’an surat Al Fushilat 30, “Adapun orang-orang berkata; “Tuhan kami adalah Allah, lalu beristiqomah atau tetap berlaku lurus. maka para malaikat akan turun dengan mengatakan:” Janganlah kamu takut dan kawatir, bergembiralah dengan surga yang dijanjikan kepadamu”.
Sifat konsisten dalam kebaikan dalam bahasa Agama Islam dikenal dengan istilah istiqomah, sifat tersebut akan mendorong para orang tua untuk selalu berlaku lurus secara terus menerus untuk mengarahkan dan mendidik tanpa rasa putus asa. Sudah seharusnya sikap istiqomah akan tampil dalam setiap tugas atau amanah yang telah dibebankan pada orang tua. Muslim yang baik akan selalu istiqomah dalam kebaikan. Janji Allah s.w.t akan menurunkan para malikat untuk membantu setiap langkah kebikan kita.
7. Bersabar
Dalam surat Al Baqarah ayat 153; “ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Melalui kesabaran orang menjadi tegar dalam mempertahanan prinsip dan kebenaran, mengupayakan langkah-langkah pendidikan dan menghadapi kesulitan dalam mendidik. Kedewasaan orang tua tercermin dari kesabaran dan ikhtiarnya. Orang tua yang sabar dapat mengendalikan diri, siap menghadapi kendala dalam menegakkan kebenaran. Ketika anak mulai menunjukkan jati dirinya dengan memancing kemarahan orang tua, orang tua bisa kalut menghadapinya. Namun ketika orang tua mampu sabar, emosi bisa terkendali. Sifat sabar orang tua dalam membimbing anak, menerima kelebihan dan kekurangannya, akan membuat anak merasa diterima dan mau mengikuti arahan orang tua.
Sikap sabar akan membuahkan kebahagiaan. Ketika anak membuat kesalahan, orang tua tidak langsung marah, dia harus sabar menghadapinya, dengan menegur dengan cara bijak, maka kebahagiaan hidup dapat ditemui. Sikap sabar akan memberikan kekuatan jiwa dan menimbulkan tenaga atau semangat baru. Semangat untuk tidak menyerah dalam memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak. Bahkan sifat sabar mudah menular pada orang-orang disekitarnya. Sikap sabar pada orangtua pada akhirnya dapat melunakkan hati yang keras, dan menjadikan anak mau mengerti apa yang diarahkan dari orang tua mereka.
Sifat-sifat mulia yang dijabarkan di atas, harus dimiliki oleh semua orang tua, mereka harus memiliki tanggung jawab sebagai teladan untuk putra-putrinya. Sebagaimana rasulullah S.A.W. yang telah memberikan teladan mulia baik sebagai orang tua dan pendidik untuk para sahabat beliau. Beliau adalah pribadi telah mewariskan sifat-sifat mulia yang harus diteladani untuk kita semua.
Penulis adalah Alumni Pasca Sarjana P.Bhs. Inggris UNS sebagai Guru di SMANI Girimarto, Wonogiri)
Rabu, 07 Desember 2011
PERSISTENCE ALWAYS WINS Resent by maskatno
I always remember,....when my teacher told me “ You don’ have anything, you only have “modal dengkul thok” From that time I got awareness that my capital is not only zero capital but minus capital. In any cases my mind still stays optimistic that Allah is really rich. So I must wait for Allah’s blessing. He also reminds me that I must have non physicalcapital, in this case persistence capital is vital capital.
Do you know what Persistence is ?
As short I know: Persistence is persistence I mean that persistence is any great achievement that has ever been achieved , has been brought about and made possible by an all important characters.
There is a question. What is impotant character in this case? Ya of course character coming from the inner power . Inner power has been created by spiritual, emotional and intelectual experience.
As our contemplation, How many times we have given up to implement a positive idea, willingnes and also to do good things ?
The fact shows us , we don't belong to powerful enough to act positively. WE ARE POOR IN ACTING AND LEARNING.
Do you know what Persistence is ?
As short I know: Persistence is persistence I mean that persistence is any great achievement that has ever been achieved , has been brought about and made possible by an all important characters.
There is a question. What is impotant character in this case? Ya of course character coming from the inner power . Inner power has been created by spiritual, emotional and intelectual experience.
As our contemplation, How many times we have given up to implement a positive idea, willingnes and also to do good things ?
The fact shows us , we don't belong to powerful enough to act positively. WE ARE POOR IN ACTING AND LEARNING.
I always remember much more lessons after watching film titled
CHILDREN OF HEAVEN , this film educates us, How important persistence is
Senin, 05 Desember 2011
DIBUTUHKAN GURU BINTANG Telah dimuat di harian JOGLOSEMAR oleh Sukatno
Andy F.Noya (08 /2/2010) menggambarkan salah satu sosok guru bintang, dia adalah Pak Ciptono dari Semarang. Dia digambarkan sebagai sosok guru yang sangat peduli pada perkembanganan anak-anak berkebutuhan khusus (www.kickandy.com). Pak Ciptono adalah peraih Kick Andy Heroes di bidang pendidikan, karena telah berhasil mendidik anak didiknya menjadi luar biasa, walau mereka memiliki banyak keterbatasan baik mental maupun pisik.
Negeri ini sangat membutuhkan sosok guru bintang yang sanggup memberi keteladanan. Keteladanan merupakan kebutuhan vital di dunia pendidikan. Anak sekolah di jaman global saat ini sungguh berbeda dengan jaman dahulu. Mereka sudah terkena imbas arus informasi dan pengetahuan dari sumber yang bisa diakses secara cepat, bahkan lebih cepat dari yang telah diterima dari orang tua maupun gurunya. Jadi keberadaan guru, lambat laun tidak dianggap penting, bisa lebih parah lagi guru akan ditinggalkan oleh peserta didik. Mereka berpikir bahwa tanpa gurupun mereka bisa pandai. Namun keprihatinan kita bisa terobati karena kehadiran guru bintang yang sanggup membekali peserta didik untuk menjadi generasi bintang.
Guru bintang adalah aset bangsa yang sangat berharga. Mereka menjadi tumpuan harapan untuk meraih cita-cita. Kehadirannya sangat dinantikan oleh para siswa. Merekalah tokoh agent of change di dunia pendidikan. Guru bintang adalah guru yang memiliki jiwa maikem yakni membelajarkan, aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Jiwa guru bintang adalah jiwa mulia , tujuannya jelas untuk menuju masa depan cerah.
Anak-anak bintang akan lahir dari guru-guru bintang, salah satu modal guru untuk menjadi bintang adalah kreatifitas. Setiap guru idealnya memiliki kecerdasan kreatif. Tony Buzan (1989) dalam buku The Power of Creative Intelligence, menyatakan bahwa kecerdasan kreatif adalah kemampuan untuk memunculkan ide-ide baru, menyelesaikan masalah dengan cara yang khas, dan untuk lebih meningkatkan imajinasi, perilaku, dan produktivitas. Kecerdasan kreatif melibatkan sejumlah faktor dimana faktor-faktor tersebut bisa dipelajari dan dikembangkan sehingga dapat meningkatkan kreatifitas. Salah satu faktornya yakni fleksibilitas. Fleksibilitas yaitu kemampuan untuk memproduksi berbagai gagasan, kemudian beralih dari satu cara ke cara lain dengan menggunakan berbagai strategi. Cara mencapai fleksibilitas berpikir yakni dengan cara mengubah sudut pandang, guru bintang adalah manusia kaya cara. Melalui kreatifitas dalam pembelajaran para peserta didik tidak akan pernah bosan, karena di sanalah sumber pengalaman yang tak pernah habisnya laksana ”sumur kang lumaku tinimba”, yang berarti sumber mata air yang tak pernah habis. Guru bintang adalah sosok yang tidak pernah berhenti belajar.
Kompetensi Guru Bintang
Guru bintang adalah guru yang memiliki doyo linuwih atau extra competence. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru bintang harus lebih dibandingkan dengan guru konvensional, minimal ada empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru bintang yaitu; kompetensi pedagogik yakni kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian, yakni memiliki kepribadian yang siap memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” dan “ditiru” . Zakiah Darajat dalam Syah (2000: 225-226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi penghancur bagi masa depan anak didiknya. Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Yang terakhir adalah kompetensi sosial yaitu kompetensi yang mencakup keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial. Gumelar dan Dahyat (2002: 127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.
Karakter Guru Bintang
Guru bintang adalah guru efektif yang mampu menyederhanakan sesuatu tidak sederhana. Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas (1989), berpendapat bahwa guru paling tidak memiliki empat karakter, yaitu;
Pertama, kemampuan yang terkait dengan pembelajaran, yang kemudian dapat dirinci lagi menjadi (1) memiliki keterampilan interpersonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan; (2) memiliki hubungan baik dengan siswa; (3) mampu menerima, mengakui, dan memperhatikan siswa secara tulus; (4) menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar; (5) mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerja sama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok siswa; (6) mampu melibatkan siswa dalam meng-organisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran; (7) mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi; (8) mampu meminimalkan friksi-friksi dalam proses pembelajaran jika ada.
Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang meliputi: (1) memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran; (2) mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua siswa.
Ketiga, kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri dari: (1) mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa; (2) mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap siswa yang lamban belajar; (3) mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang memuaskan; (4) mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika diperlukan.
Keempat, kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari: (1) mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif; (2) mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pengajaran; (3) mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan metode pengajaran yang relevan.
Beberapa karakter guru yang diuraikan di atas mestinya dimiliki oleh setiap guru dalam menjalankan tugas mulianya. Guru merupakan tokoh penting di dunia pendidikan, mutu pendidikan yang baik dipastikan menentukan keunggulan suatu bangsa. Demikian juga keterpurukan bangsa diawali dari kebobrokan di bidang pendidikan. Penjelasan tentang guru bintang setidak-tidaknya memberikan gambaran bahwa kebutuhann terhadap generasi bintang merupakan kebutuhan yang urgent. Guru bintang diharapkan akan melahirkan generasi bintang untuk meraih masa depan gemilang.
SUKATNO Guru Bahasa Inggris SMANI Girimarto Wonogiri
Rabu, 16 November 2011
MENDAMBAKAN “HOME SWEET HOME”
Telah dimuat dimajalah RESPON Juli 2011
Oleh: Sukatno Guru SMANI Girimarto
Home sweet home merupakan ungkapan yang memiliki kedekatan arti dengan baitii jannatii atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan rumahku surgaku.
Kita sering mendengar ungkapan rumahku surgaku yang artinya tidak ada tempat yang paling nyaman selain rumahku. Dalam ungkapan tersebut bisa difahami bahwa bentuk fisik rumah tidaklah begitu penting. Rumah besar–kecil, mewah–sederhana, berdinding kayu atau tembok, berpekarangan atau saling berhimpitan dengan dinding tetangga, semuanya tidak mengurangi makna surga atau istana yang identik dengan kesan indah nyaman, dan penuh kebahagiaan.
Rumah yang bernuansa surga adalah harapan bagi setiap manusia yang berusaha memilki jiwa-jiwa mulia laksana malaikat bukan setan yang terlaknat. Dari kumpulan jiwa-jiwa mulia yang selalu dekat dengan Tuhannya akhirnya terbentuklah rumah tangga yang penuh berkah. Sedangkan rumah tangga yang jauh dari keberkahanNya laksana neraka yang dikenal dengan “broken home”.
PERAN RUMAH
Rumah yang dimaksud adalah bukan semata-mata bangunan fisik, atau sekedar bangunan untuk tempat berteduh, namun rumah tempat penghidupan keluarga untuk tumbuh dan berkembang dalam artian yang lebih luas. Kalau diibaratkan rumah itu sebagai makhluk, dia mampu untuk memberdayakan dan juga sebaliknya dia juga mampu menyengsarakan penghuninya. Menurut pendapat penulis peran rumah setidak-tidaknya ada lima yang disingkat denagan 5 M yaitu: mengukir sejarah hidup, melambangkan perjuangan hidup, membentuk budaya, membangun komunitas belajar, dan meningkatkan ibadah. Berikut ini penjabaran singkat mengenai peran rumah bagi penghuninya:
Mengukir sejarah hidup
Rumah adalah tempat kita berkumpul bersama keluarga, bersama orang-orang yang kita cintai dan yang mencintai kita. Rumah seringkali merupakan tempat kita atau anak-anak kita lahir, tumbuh besar dan dewasa. Rumah tak ubahnya album memori atau catatan harian yang menyimpan banyak kenangan atas berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya. Apalagi jika rumah tersebut adalah rumah yang diwarisi secara turun temurun. tentunya kesan mendalam lebih terasa. Mungkin tidak ada yang menduga sebelumnya bahwa salah satu penghuni rumah tersebut tumbuh menjadi orang besar dan berguna, atau lebih jauh lagi karena amal ibadah dari para penghuni menghantarkannya masuk surga.
Melambangkan perjuangan hidup
Rumah dengan segala bentuk dan isinya juga merupakan simbol perjuangan baik fisik maupun non fisik. Sebagai contoh perjuangan fisik, berkat kerja keras untuk menjemput rejeki dari Allah S.W.T, pemiliknya mampu membangun pondasi rumah, melengkapi bagian pagar, mengisinya dengan benda-benda pelengkap kebutuhan kita seperti lemari, kursi, dan lainnya.
Sedangkan perjuangan non fisik mencakup pemebentukan mental spiritual yang mencakup keimanan, sehingga kebaikan akhlaq terhadap Tuhannya dan sesame manusia terbentuk. Dari perjuanagan yang bersifat non fisik, akhirnya menjadikan penghuninya termasuk pribadi terpuji di mata Allah S.W.T.
Membentuk budaya
Rumah kita memiliki ukuran, bentuk, dan gaya tertentu. Rumah dan penataanya selain dipengaruhi oleh ekonomi dipengaruhi juga oleh budaya yang dikembangkan oleh penghuninya, misalnya apakah mereka terbiasa budaya Islami apa tidak, bersih dan teratur apa tidak, apakah penghuninya bersifat materialistis apa tidak, semuanya bisa terlihat. Budaya yang sudah terbentuk dalam rumah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dari hari ke hari. Kebiasaan-kebiasaan akan terbentuk selaras dari sisi ide, impian, dan cita-ita bersama dari para penghuninya terutama dari orang tuanya.
Membangun komunitas belajar
Komunitas belajar yang efektif bisa terbentuk di dalam rumah, jika rumah dipimpin oleh kepala rumah tangga yang sadar pentingnya belajar. Rumah yang layak untuk belajar adalah rumah yang menyediakan berbagai sarana pembelajaran misalnya buku-buku yang bermanfaat dan ruangan yang memadai untuk sarana belajar. Keberhasilan pembelajaran di rumah banyak ditentukan oleh gurunya dalam hal ini kedua orang tuanya. Bimbingan secara itensif di dalam rumah menjadikan para putra benar-benar telah siap mendapat pembelajaran formal di sekolah.
Meningkatkan ibadah
Tidak diciptakan jin dan manusia selain untuk beribadah kepada Allah S.W.T, itulah salah satu misi diciptakan alam raya ini. Apapun profesi manusia baik penguasa maupun rakyat biasa, mereka berkewajiaban beribadah kepadaNya. Terwujudnya kesadaran untuk beribadah di rumah merupakan tanggung jawab awal dari kepala rumah tangga. Demikian juga bila para penghuni rumah jauh dari nilai-nilai ibadah, pertanggungjawaban ada pada orang tuanya. Mestinya sebagai orang tua memiliki misi untuk selalu berlomba meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah S.W.T.
MODAL UTAMA ORANG TUA
Terciptanya home sweet home sangat ditentukan oleh peran kepala rumah tanngga. Suasana “surga” di dalam rumah dibutuhkan modal, sebagai kepala rumah tangga paling bertanggung jawab atas modal tersebut. Lalu modal apa harus dimiliki untuk menciptakan rumahku surgaku ?
Banyaknya harta benda bukan merupakan modal utama untuk meraih kebahagiaan rumah tangga. Menurut pendapat penulis modal non materi lebih utama ketimbang materi. Modal utama yang harus dimiliki kepala rumah tangga antara lain adalah: hope, organizing skill, learning willingness, inventing ability , spiritualistic quoetientr, training ability, and creativity yang disingkat dengan (HOLISTIC). Hope yang diartikan sebagai pengharapan yang disertai doa dan usaha. Dalam hal ini dianalogikan bahwa pengharapan apa yang kita tanam akan ada hasil yang akan kita petik, atau dalam falsafah Jawa sapa nandur bakale ngunduh. Organizing skill yaitu keterampilan dalam mengatur dan mengendalikan seluruh penghuni rumah. Jadi seluruh penghuni rumah baik anak maupun istri tidak berjalan sendiri-sendiri tanpa kendali. Learning willingness yaitu kemauan mengajak, membelajarkan seluruh penghuni rumah untuk terus menerus belajar, dalam hal ini belajar dalam artian yang lbih eluas, belajar untuk saling memahami, belajar menjadi lebih baik, dll. Inventing and evaluating ability yaitu kemampuan untuk menemukan sesuatu yang baru dan inropeksi diri yang bermanfaat bagi bekal dalam menjalani hidup yang lebih baik, spiritualistic quotient yaitu kecerdasan ruhani yang berhubungan dengan keimanan terhadap keberadaan yang pencipta, sehingga semua penghuni rumah baik anak maupun istri diajak senantiasa sadar untuk beribadah dan bersyukur kepada Allah S.W.T. Training ability yaitu kemampuan untuk melatih diri sendiri dan orang lain mampu berubah kearah yang lebih positif. Yang terakhir, Creativity yaitu kemampuan berkreasi atau memiliki kaya daya cipta atau ide dalam memecahkan masalah
Memperoleh kebahagian dalam rumah tanggga merupakan hak setiap manusia. Dengan memiliki sifat-sifat mulia yang selalu sadar atas kewajiban terhadap orang lain maupun Tuhanya merupakan modal utama untuk menikmati rumahku surgaku.
Langganan:
Postingan (Atom)