Bersantai ria di malam Minggu, mau tidur belum mengantuk. Ini justru kesempatan berharga untuk berkarya. Aku bisa menulis apa adanya. Minimal aku bisa evaluasi diri bahwa karya hidupku di dunia kepenulisan belum seideal yang diharapkan.
Namun, segala sesuatu membutuhkan proses. Kebetulan prosesku lumayan lambat. Lambat tidak jadi soal yang penting telah memulai berkarya. Sebetulnya, salah satu hal yang memotivasi aku berkarya lewat tulisan berangkat dari rasa iri yang positif. Sering aku bertanya-tanya kenapa ada benyak orang berlatar belakang biasa saja tapi karyanya bisa luar biasa.?
Keirianku ternyata ada manfaatnya, aku termotivasi bahwa orang biasa yang berlatar belakang biasa saja sepertiku ternyata masih bisa dioptimalkan. Tentu, asal mau. Ya aku mendapat motivasi dari guruku bahwa pengharapan adalah modal untuk luar biasa, pengharapan bisa diartikan optimisme kedepan bahwa kita bisa melakukan dan berkarya lebih baik.
Prestasiku dalam kepenulisan baru bersifat kedaerahan, padahal pernah membayangkan menjadi juara tingkat nasional. Untuk memotivasi orang lain dan anak-anakku, kutunjukkan bahwa aku memiliki tekat dan nekat. Kenekatanku, aku pernah ikut lomba di antaranya menulis karya ilmiahsekitar 15 kali. Walau pernah juara di tingkat propinsi dan kabupaten, aku merasa belum ada apa-apanya. Aku merasa kualitas tulisanku biasa saja. Kenapa biasa juara ? Yang sering baru tingkat kabupaten. Karena daya saing di kabupaten atau provinsi tidak begitu berat.
Kata seorang penulis Afifah, dia menyatakan kita bisa menjadi juara sepanjang masa jika kita menjadi hamba Allah yang bersyukur secara maksimal. Kok bisa? Ya bisa, dengan bersyukur orang akan menggunakan waktunya secara maksimal, dengan bersyukur dia bisa efektif dalam bekerja dll. Prestasi hidup erat hubungannya dengan penggunaan waktu secara maksimal.
Mari kita menjadi juara sepanjang masa denagn bersyukur.
Minggu, 18 November 2012
Sabtu, 17 November 2012
LOMBA MENULIS ARTIKEL TANPA DIKETIK ALIAS DITULIS TANGAN
Wonogiri. VOICE of Wonogiri(VoW). Menulis artikel
melalui tulisan tangan langsung dan ditunggui oleh pengawas merupakan
tantangan tersendiri. Sabtu 17/11/12
pukul.08.00 suasana aula di SMPN1
Wonogiri penuh sesak dengan
bapak-ibu guru dari SD sampai SMA.
Hampir seratus guru menjadi peserta lomba penulisan artikel ilmiah secara
langsung.
Lomba ini terselenggara
dalam rangka menyambut HUT PGRI. Menurut panitia lomba Drs. Tarmo, M.Pd,
bahwa lomba ini diikuti oleh para perwakilan
semua cab. PGRI Se kab. Wonogiri. Namun, penentuan kejuaraan hanya diambil 3 dari seluruh guru SD sampai
SMA. Ini dikarenakan keterbatasan dana.
“Wah peluangku menjadi juara agak berat!” Demikian gumam
Maskatno giri yang merupakan reporter lepas VoW sekaligus peserta lomba. Namun, bagi
MasKatno Giri menjadi juara dan tidak itu urusan rezeki yang di atas, yang
terpenting MODAL NEKAT. Ternyata modal
nekat atau kemauan ikut lomba tidak dimiliki
setiap orang.
Lomba menulis artikel
dengan tulisan tangan secara langsung
dibatasi selama dua jam, bagi Mas Katno Giri waktu tersebut terasa kurang.
Karena dia berencana menulis empat
halaman. Setelah dua jam berlalu panitia
mengumumkan waktu habis, sedangkan Maskatno Giri terlihat masih mngecek nama dan unit kerja
serta mengoreksi tulisan. Grogi, itu biasa
karena kebanyakan peserta sudah selesai tepat waktu.
“Ora sah akeh-akeh pak Katno, aku Cuma dua halaman” Itulah kalimat salah satu
peserta.
APAKAH MASKATNO GIRI ORANG HEBAT?
Namaku aslinya singkat saja Sukatno. Aku dilahirkan di Wonogiri. Maka aku dikenal Sukatno Giri atau Mas Sukatno Giri atau Maskatno Giri. Hobiku menulis, pokoknya menulis dengan MODAL NEKAT. Aku berharap dengan kenekatanku aku bisa hebat. Pilihanku untuk menjadi penulis modal nekat semoga tepat.Semoga yang mau membaca tulisanku kudoakan dapat berkat dan rahmat.
Kalau mas Katno Giri disebut sebagai orang hebat itu jelas fitnah. Kalau dia merasa hebat itu namanya kesombongan. Terus, yang sebenarnya itu bagaimana?
Kalau mas Katno Giri disebut sebagai orang hebat itu jelas fitnah. Kalau dia merasa hebat itu namanya kesombongan. Terus, yang sebenarnya itu bagaimana?
Yang sebenarnya, dia itu tak ada apa-apanya. Banyak yang
kurang tahu modalnya yang asli. Maka dari tulisan ini kamu-kamu akan tahu tentang dia sebenarnya.
Hidupnya biasa-biasa saja. Modalnya sudah sering disampaikan
di mana-mana, hanya modal nekat. Tidak ada yang istimewa, dia bukan orang
hebat. Tapi, berusaha menjadi hebat. Dia bukan orang yang tegar, tapi
ditegar-tegarkan.
Ketegarannya sudah dia mulai dari usia remaja. Dia sudah
berlatih mandiri di usia remaja. Misalnya, dia sekolah SMA hampir seluruh biaya
sekolah dia mencari sendiri . Dia menjadi wira usahawan sebagai loper dan
penjual koran. Bahkan kuliah pun dia juga mampu membiayai sendiri, terlebih
lagi dia kuliah di jurusan bahasa Inggris UNS. Di samping sebagai peloper koran dia juga sebagai guru bahasa Inggris
privat. Maka sampai lulus S1 sampai S2
dia mencari biaya sendiri. Hebat bukan?
Bukan, hebatnya itu
karena dituntut oleh keadaan. Keadaanya menghendaki menjadi orang yang nekat.
Coba kalau Mas katno dilahirkan
dari keluarga pejabat, tentu ceritanya
bisa lain. Dari mana ya sumber kekuatan, sehingga dia bisa melewati masa-masa
berat?
Ternyata kekuatan doa bisa mengalahkan segalanya. Allahlah
yang Maha Kuat dan Hebat. Kalau Allah telah memberi kekuatan tak ada yang bisa menghalanginya. Mas Katno diberi setitik kekuatan yang luar biasa. Kini
dia sudah semakin bahagia.Alhamdulillah
Jumat, 16 November 2012
KUALITAS AKHIRNYA DICARI olehMasSukatnoGiri
Pada tahap puncak, orang akan berlari mengejar kualitas atau
keunggulan. Saya pikir ini berlaku untuk seluruh bidang. Bidang pendidikan
misalnya, orang yang pintar akan memilih jenis lembaga pendidikan yang bermutu walau mahal,
daripada murah tapi tidak bermutu.
Bidang makanan juga demikian, orang lebih memilih makanan yang sehat, bergizi
dan bersih walau agak mahal sedikit, daripada murah, enak, tapi merusak kesehatan.
Demikian dalam memilih
yang bersifat benda hidup, misal
istri, sahabat, guru, penasihat dll, tentu kita akan memilih yang
berkualitas, walaupun modalnya perlu mahal sedikit. Kualitas di luar diri kita, sedikit atau banyak dipastikan berpengaruh terhadap diri kita sendiri.
Selanjutnya, untuk
pilihan jenis pribadi kita sendiri, tentu kita juga akan memilih pilihan
hidup kita menjadi lebih bermutu. Orang
yang suka berbuat baik, dalam artian baik kepada yang Maha kuasa juga baik kepada sesama manusia, pada
hakikatnya mereka telah memutuskan pilihan hidup untuk berkualitas diri yang baik pula. Sebaliknya orang
yang suka maksiat tentu orang tersebut tidak peduli dengan kualitas diri.
Lebih jauh lagi sebagai manusia yang beriman(baca= manusia yang
berkualitas baik) tentu akan menuntut kepada dirinya sendiri untuk
istiqomah dalam kebaikan melalui proses pemebelajaran. Jadi orang yang rajin
belajar adalah orang yang berkualitas baik. Sebaliknya oraang yang pemalas pada
hakikatnya orang yang tidak peduli arti kualitas, lambat laun bisa disimpulkan bahwa orang pemalas adalah orang yang berbahaya, dia penghancur
masa depan mereka sendiri dan berpengaruh pada orang-orang sekitarnya.
Kamis, 15 November 2012
Terinspirasi Proposal Hidup Jamil Azzaini oleh: Mas Sukatno Giri
Setelah membaca proposal hidup Jamil Azzaini, aku terinspirasi
dari hasil tulisan proposalnya. Dia telah menuliskan proposal hidupnya sejak muda.
Kita memang seharusnya memilki proposal
hidup. Kang Jamil telah membuktikan bahwa apa yang ditulis dalam proposal
hidupnya dan disertai doa kepada Allah s.w.t, hidupnya bisa sukses luar biasa.
Kisah hidupnya yang menginspirasi bisa dibaca di http://www.jamilazzaini.com
Kalau boleh menyesal kenapa aku baru di usia tua mengenal
sosok hebat seperti kang Jamil. Sesal kemudian
kurang berguna. Setidak-tidaknya aku telah mengenal orang hebat dan akan
kutularkan ke anak-anaku dan para siswaku.
Aku mendapat bisikan, semoga bisikan dari malaikat bahwa
lebih baik telat dari pada tidak sama sekali. Demikian juga, niat yang baik tidak ada telatnya. Akan
kubuktikan bahwa aku bisa luar biasa, jika Allahs.w.t memberikan energi dan
kemampuan luar biasa, tidak ada satupun makhluk di dunia ini sanggup
menghentikannya. Aku bisa,,, aku bisa.
Kini aku pun termotivasi, bahwa aku juga punya pengalaman
memotivasi orang lain. Aku adalah motivator kepenulisan MODAL NEKAT. Aku pun
masih bisa berkembang. Aku sudah memulai
menjadi motivator kepenulisan dalam
skup kecil-kecilan.
Langganan:
Postingan (Atom)