Mahalnya kesehatan. Baru saja aku bersama istri menjenguk tetanggaku yang sakit. Tetangga dekatku tersebut, sudah lebih dari seminggu harus dirawat di rumah sakit karena penyakit komplikasi. Mengenaskan sebenarnya, sudah secara ekonomi pas-pasan, berumur lebih dari 60 tahun dan tidak memiliki penghasilan yang menetap. Kini, dia harus merasakan sakit bermacam-macam penyakit.
Lebih memprihatinkan lagi, anak laki-laki yang dibiayai dari kecil tidak mau menunggui. Alasanya sibuk kerja. Sedangkan anak yang satunya merantau di Bogor.
Beberapa tahun lalu, keluarga ini menjadi korban PHK, ditambah lagi, setelah mendapat pesangon, dia tertipu dengan iming-imgin bedah rumah. Cukup sudah penderitaan kelaurga ini.
Tetanggaku ini rumahnya berhadapan dengan rumahku. Kebetulan aku memiliki istri yang baik, tidak bosan-bosan istriku memberikan bantuan baik dana ataupun berupa makanan, walau nilainhya tidak terlalu besar setidaknya bisa meringankan beban. Aku selalu memotivasi istriku untuk tetep istiqomah dalam berderma, dan supaya menjaga keikhlasan. Aku mengingatkan betapa mahal nilai kesehatan,betapa besar pula nilai atau harga anak shalih dan shalihah.
Kebetulan anak tetanggaku tadi termasuk belum kategori sahalih, karena waktu ortunya sehat mau sakit dia tidak peduli, dia alasan terlalu sibuk. KAmi berdoa supaya hidup kami diberkati dengan kesehata lahir dan bathin dan memiliki anak yang sahalih dan shalihah. Amien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar