Ada kisah nyata, suatu keluarga yang tidak peduli apa arti agama dan keimanan, ini dibuktikan dengan mereka tidak melaksanakan tunutunan Islam baik puasa maupun sholat. Padahal mereka mengaku orang Islam. Mereka tidak peduli apa arti haram dan halal, aku pernah mengetahui mereka memakan bangkai luwak atau musang dari berburu.
Kebetulan, keluarga tersebut memiliki anak empat perempuan semua. Anak pertama sudah menikah, mungkin sudah jodoh anak pertamanya menikah dengan lelaki suka mabuk, suka curang dan menipu. Satu korban penipuannya adalah kakakku. Pkoknya lengkap sudah kemaksiatannya. Beberapa tahun lalu anak menantu tersebut sudah masuk penjara karena sudah main-main dengan dnarkoba.
Anak perempun kedua menikah dengan laki-laki yang agak mirip dengan anak pertama. Tubuhnya penuh tato, tidak sholat dan puasa. Bedanya menantu yang kedua ini dia suka bekerja walau sebagai tukang batu.
Anak perempuan yang ketiga sudah menikah juga dengan pemuda tetangga menantu yang pertama. Ternyata, bentuk tubuh, perilaku hampir mirip dengan menantu yang pertama. Tubuhnya juga penuh tato, mau mabuk, mencuri dan kemaksiatan yang lain.
Anak yang keempat masih SD dia terkadang masuk TPA. Aku tidak tahu bagaimana kedepannya. Yang jelas keluarga tersebut adalah salah satu tetanggaku yang sering ribut , bertengkar suami istri dan misuh-misuh. Itu semua hal yang biasa kudengar.
Aku heran, benar-benar heran kenapa keluarga tersebut tidak mau belajar, contohnya memiliki menantu yang baik. Atau sudah rezsekinya bahwa mereka layak memiliki keluarga amburadul, dan tidak ada usaha untuk memperbaiki.
Ada sisi positif dari keluarga ini yakni bila di hari raya kurban mereka suka membantu penyembelihan kurban ke masjid-masjid. Bahkan bagiannya sampai berkilo-kilo. Sudah merupakan tradisi setiap hari raya kurban mereka menjenguk menantunya di LP dengan makanan dan menu daging kambing. Tentu tidak hanya untuk menantnya saja tapi juga untuk teman satu sel penjara.
Bagi aku dan pembaca yang ingin memiliki keluarga yang baik-baik, memiliki anak dan menantu yang baik dan shalih-shalihah, sebagai ortu harus memperbaiki dulu kualitas diri untuk menjadi pribadi yang layak diteladani. Kalau yang kuceritakan di atas sejauh pengetahuanku tidak layak untuk diteladani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar