Sebagai  warisan berharga,  cukup kisah  pengalaman atau pembelajaran hidup  di masa lalu sebagai guru. Rasanya hidup berputar secepat kilat. Kini semakin kentara bahwa " pengalaman adalah guru terbaik".
          Cukup kisah sederhana bisa menjadi  pembelajaran bermakna: Alkisah  dari  seorang kakek tua renta hidup dalam kesepian dan penderitaan di negeri  Antah Barantah. Kenapa ?
         Dia teringat masa lalunya. Di suatu hari  dia bercerita di hadapan seorang pemuda. Menurutnya cerita ini warisan  yang paling berharga  dalam hidupnya, karena dia merasa tidak ada yang paling berharga miliknya kecuali sebuah cerita.
         Penderitaan yang dia alami, merupakan buah yang harus mereka petik, dia sadar  atas semua ini karena memang sudah waktunya sadar. Penyesalan memang ada di belakang hari. Dia mengawali dengan berandai-andai:
        Andai  saja
 waktu bisa diputar ulang, aku ingin muda kembali dan aku akan menggali 
potensi melalui berkreasi dan kutinggalkan kemalasan untuk belajar dan 
beribadah.
         Andai saja aku bisa jadi pelajar  kembali  di SMP atau SMA, aku akan memaksimalkan hidup bergaul dengan orang-orang  baik yang hebat dan yang mampu menghebatkan aku . Sehingga  di usia tua  ini aku bisa menikmati hidup bahagia,  menjadi manusia yang berguna, dan bermakna.
Andai dulu ketika anak-anak ku masih kecil kudidik untuk rajin beribadah, rajin belajar berbagai ilmu yang berguna, sehingga anak2 ku menjadi manusia kebanggaanku, berbakti kepadaku. Tidak seperti ini hasilnya saat ini. Kedua putriku tidak ada kabar berita, sepuluh tahun yang lalu digondol orang, sekarang tak jelas rimbanya.
Andai dulu ketika anak-anak ku masih kecil kudidik untuk rajin beribadah, rajin belajar berbagai ilmu yang berguna, sehingga anak2 ku menjadi manusia kebanggaanku, berbakti kepadaku. Tidak seperti ini hasilnya saat ini. Kedua putriku tidak ada kabar berita, sepuluh tahun yang lalu digondol orang, sekarang tak jelas rimbanya.
          Andai saja  aku  berhati-hati
 dalam bergaul sehingga aku tidak terjerumus kedalam kerugian dan 
kesengsaraan. Di antara kesalahan terbesarku adalah  salah memilih 
pasangan hidup. Istriku ternyata bukan istri  yang shalihah, setia dalam
 duka, dia  hanya setia di waktu aku punya harta. Kini dia pergi tanpa 
kabar berita. Kini waktu telah berlalu aku telah sadar atas semuanya. 
Namun nasi telah menjadi bubur. Hanya sesal dan kesia-siaan 
belaka.Sebetulnya aku ingin Tuhan segera mencabut nyawaku segera, 
daripada menderita tanpa tahu kapan berakhirnya.
  Wahai pemuda  semoga engkau tidak seperti kisah orang tua di atas , ini hanya  cerita sedikit  sebagai warisan pembelajaran berharga.  Salam sukses sejati!
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar