Aku dan istriku sebenarnya harus belajar banyak kepada ortu dan mertuaku. Ortuku tidak lulus SD. Sedangkan mertuaku cuma sekolah sampai SLTP.
Ortuku memiliki delapan anak, sedangkan mertuaku memiliki lima anak. Sejauh aku tahu, mereka tidak merasa terbebani untuk memiliki banyak anak. Dalam mendidiknya pun cukup sederhana. "Intinya kita harus menjadi orang baik, jangan sampai jadi orang neko-neko yang merugikan orang lain, apalagi mencuri". Untuk urusan keagamaan kita sudah terbiasa dididik di masjid. Jadi saudara kandungku dan saudara iparku semuanya Insya Allah menjalankan sholat dan bisa membaca Al qur'an.
Yang menjadi pelajaran berharga dari pembelajarn hidup ortu dan mertuaku adalah kita diberi kebebasan dalam menentukan masa depan. Intinya mau berekolah ke mana saja terserah, jurusannya juga terserah, tapi kalau mau sampai ke perguruan tinggi silahkan mencari biaya sendiri.
Yang menjadi keunggulan kedua dari ortu dan mertuaku adalah mereka tidak begitu kuatir (ora nggagas) tentang nasib anak di masa depan. Mungkin keyakinanya: kalau kami menjadi manusia baik, pasti rezekinya juga baik. Terbukti mereka tidak pernah menunjukkan kekuatiran dengan bertanya kepada kami nilai rapornya baik apa tidak, IPK nya baik apa tidak dsb.
Puluhan tahun berlalu. Kini usia ortuku sudah sekitar 90 tahunan. Sedangkan mertuaku sudah sekitar tujuh puluh tahun. Para putera dari ortuku dan mertuaku sudah semuanya menikah. Alhamdulillah kami semua mampu mandiri. Bahkan diantaranya sudah ke tanah suci. Yang menggembirakan lagi banyak di antaranya mampu berbagi, karena tingkat ekonominya tergolong lumayan baik.
Akhirnya, kami bisa belajar: pentingnya kepasrahan kepada Allah SWT. Tidak perlunya kita merasa kuatir akan masa depan dari anak-anak kita. Karena orang yang baik dan pasrah kepada Allah SWT akan dituntun ke jalan kebaikan dan akan diberi rezeki yang baik pula. Salam sukses sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar