- Consider all of the options. Not everyone can create a blockbuster novel. Anyone with passion might be able to earn a living from writing. Copywriting is probably the highest paid skill on the Internet. Article writing is in great demand for providing content for websites. Creative writers are in demand to bid for projects every day. So the first step in how to become a writer is to research all of the options.
- Plan using logic and desire. Write the way you want, but decide whether or not you want to rely on the income from your writing. Not having a regular job will allow you to focus on your writing, but it's very unlikely that you'll be able to depend on it for at least a few years.
- Think about what you want to write, instead of what you want to get from writing. You won't get anywhere if all you're after is money.
- Be prepared to work odd hours you'll need to write whenever ideas strike, even if it's the middle of the night. Completely immerse yourself in the world you create.
- Find what works for you and stick with it. Even if you get dozens of rejection slips, if you feel comfortable working the way you do, you'll eventually have success.
- Know that writer’s block is a real thing. Too much writing, and concentrating too deeply, can cause you to not be able to write a word. Your focus and concentration leave, and you can just sit and stare at the page or the computer or typewriter, and not have a thing come to mind to write.
- Take a break to refresh your mind. Take a drive, or a walk, go to a movie, or just read a book. You may need a day, or a week to be able to once again concentrate. Be patient, your writers block will leave in due time. If that doesn't work, try the toilet, or in French, ca'mode. Toilet or Ca'mode means to refresh the body, which helps the mind as a writer.
- Use dreams to assist with ideas. Dreams are a big help. Have a notebook near you and if you remember a dream write it down. Some people can only remember some of their dream but when you write it down the rest will come back to you.
- Read, read, read. If you read a lot, sometimes ideas that aren't even related to what you're reading will come to you. This also helps with learning and memorizing words you can use later in writing.
- Ask yourself, "What kind of story is it going to be?" It can be a short story or a novel.
- Jot down notes and ideas. After that, check over your work and think about your ideas.
- Decide what genre your story will have. Some examples are romance, comedy, horror, fairy tale, and adventure.
- Think about the plot of your story. Will it have a happy or sad ending? Also think about the problem in your story, like stolen jewels.
- Create characters. Think of names and their personalities. Think about how important they are. Think the most about your main character.
- Think of a title. Don't make it too short, but not too long. Also, don't make a title that doesn't match the story, like a story called Home Run, and the book is about princesses.
- Get writing. You might want to use a pencil, or take some white-out if you are using a pen. You could also use what you are using right now-your computer.
Mas Guru berbagi motivasi terutama untuk siswanya di SMAN 1 Girimarto
Selasa, 30 Oktober 2012
STEPS TO BE A WRITER Rewritten by MasKatno Giri
Penyebab Artikel Ilmiah ditolak oleh Penerbit Oleh MaSukatno Giri
Bagi anda
yang berniat menulis artikel dan mengirimkanya ke media
cetak, pasti menghendaki segera dimuat. Eh ternyata banyak sekali orang yang
mengirim artikel, sehingga persaingan pun sangat ketat. Belum tentu artikel
yang bagus akan dimuat di media. Apalagi artikel yang kita kirim belum
bermutu atau tidak aktual. Kemungkinannya memang ditolak. Ya tidak masalah,
nasihat dari Pak Katno. ' JANGAN MENYERAH!"
Walau Pak katno
baru penulis lokal setidak-tidaknya layak memberikan informasi, sumbernya dari
sobatku wartawan kompas, beliau Pepih Nugraha. Menurutnya ada
beberapa penyebab artikel ditolak oleh media:
1. Topik atau
tema yang diangkat kurang aktual
2. Tidak
memberikan argumen yang baru
3. Konteks pembahasan
kurang jelas
4. Cakupan
pembahasan terlalu kecil alias lokal
5. Cara
penyajian berkepanjangan.
6. Bahasa yang
digunakan bertele-tele.
7. Pengetikan
acak-acakan dan penggunaan tanda baca yang semrawut
8. Menggunakan
istilah-istilah yang sulit difahami.
9. Gaya bahasa
yang digunakan mirip naskah pidato/ceramah/makalah
10. Sumber
kutipan kurang jelas
11. Terlalu
banyak kutipan
12. Diskusi
kurang berimbang
13. Alur uraian
kurang runtut.
14. Uraian
terlalu datar.
15. Alinea
pengetikan terlalu panjang
Itulah beberapa
penyebab artikel yang dikirimkan ditolak oleh media. Ada sebagian orang
yang berpendapat bahwa selain itu ada hal-hal lain yang menjadi pertimbangan.
Seperti penulis kurang terkenal, kurang rutin mengirimkan artikel dan tidak
mempunyai kedekatan khusus dengan media terkait. Entah itu benar atau tidak,
yang jelas itu merupakan rahasia perusahaan media-media tersebut. Yang jelas,
jika kita menghindari hal-hal yang telah disebutkan diatas, sangat besar
kesempatan artikel kita akan diterima.INSYA ALLAH
10 M Tips Menulis Artikel Dalam Jurnal Ideal Oleh MasSukatnoGiri
1. Mencarilah topik yang banyak dibutuhkan
orang, namun jarang yang menulis tentang itu. Untuk mencari topik yang bagus,
anda harus memperhatikan selera pasar, jangan hanya asal sesuai selera anda
sendiri. Topik tersebut dapat anda cari secara online, entah di Google, Social
Bookmarkings dll, atau dapat anda dapatkan dari media massa, seperti televisi,
koran, majalah ataupun bisa juga dari buku, dan isu-isu aktual yang sedang
terjadi.
2. Menggunakan kreativitas sudut pandang
anda. Yang
dimaksud disini adalah, anda harus pandai-pandai mengangkat topik tulisan dari
sudut pandang yang semenarik mungkin. Kreativitas ini sangat menentukan
kualitas sebuah tulisan. Jika anda menggali sudut pandang lain dari sebuah
topik, tidak ada salahnya anda menulis tentang topik yang sudah banyak
diposting orang. Walaupun topiknya sama dengan blog lain, pengunjung akan suka
mengunjungi blog anda, karena mendapatkan sesuatu yang baru, yangtidak didapat
diblog lain.
3. Menggunakan bahasa yang baik dan
mudah difahami. Hindarilah
menulis dengan kalimat yang terlalu bertele-tele, namun kurang bermakna. Para
pembaca lebih menyukai tulisan yang singkat jelas dan padat.
4. Menulis ide yang muncul difikiran Anda.
Ide-ide kreatif tidak selalu muncul ketika kita sedang mau menulis, acapkali
ide tersebut muncul secara tiba-tiba, disaat kita melakukan aktifitas yang
lain. Apabila anda menemukan ide kreatif, segera tulis ide tersebut, jangan
biarkan ide tersebut melayang begitu saja. Jika memungkinkan, anda bisa
menuliskannya dibuku, tapi kalau tidak anda bisa menuliskannya di selembar
kertas ataupun di HP.
5. Menghindari menulis sebagai beban. Jadikanlah aktifitas menulis sebagai suatu aktifitas yang menyenangkan. Jika anda masih merasa bahwa menulis adalah sesuatu yang berat, maka belajarlah untuk menikmati aktifitas menulis itu. Karena jika anda menulis dengan terpaksa, maka orang lain pun akan akan membaca tulisan anda dengan terpaksa!
5. Menghindari menulis sebagai beban. Jadikanlah aktifitas menulis sebagai suatu aktifitas yang menyenangkan. Jika anda masih merasa bahwa menulis adalah sesuatu yang berat, maka belajarlah untuk menikmati aktifitas menulis itu. Karena jika anda menulis dengan terpaksa, maka orang lain pun akan akan membaca tulisan anda dengan terpaksa!
6. Memperbanyak membaca buku,karya ilmiah koran,
majalah dsb. Ini merupakan hal terpenting! Semakin banyak pengetahuan
anda, maka akan semakin banyak tulisan yang bisa anda buat. Dengan membaca
banyak buku, koran majalah dsb, anda bisa belajar banyak hal, sekaligus dapat
mempelajari gaya penulisan dan tata bahasa yang baik
7. Memperbanyak berlatih! Practice makes
perfect, begitulah kira-kira peribahasanya. Sering-seringlah menulis, karena
hanya dengan itu skil menulis anda akan semakin terasah.
8. Memililih topik yang sesuai dengan kemampuan
anda. Apabila anda mempunyai keahlian di bidang makanan, maka jangan
nekad menulis artikel tentang matematika. Selain anda akan kesulitan dalam
menulis, juga sangat mungkin terjadi kesalahan, sehingga akan menyesatkan para
pembaca.
9. Menerima kritikan Punyailah hati seluas
lautan, jangan mudah minder jika ada orang yang mengatakan bahwa tulisan anda
jelek, bertele-tele dan sebagainya. Jadikan kritikan mereka sebagai pelecut
semangat. Buktikan kepada mereka bahwa anda adalah seorang penulis yang HEBAT!!!
10. Menjadilah dirimu sendiri, jangan mencoba untuk
menjadi plagiator! Jangan sekali-kali mencoba untuk copy paste. Sama
artinya anda membunuh karakter anda sendiri. Jika anda menemukan artikel yang
bagus, jadikan itu sebagai referensi, bukan untuk dijiplak!
Minggu, 28 Oktober 2012
SEKOLAH UNTUK APA? Bersumber dari ide Prof Rhenald Kasali
Kenyataan saat ini, mencari sekolah sangat sulit. Masuk universitas
pilihan, susahnya setengah mati. Kalaupun diterima, bak lolos dari
lubang jarum. Sudah masuk, ternyata banyak yang “salah kamar”. Sudah
sering saya mengajak dialog mahasiswa yang bermasalah dalam perkuliahan
yang begitu digali selalu mengatakan mereka masuk jurusan yang salah.
Demikianlah, diterima di PTN masalah,
tidak diterima juga masalah. Kalau ada uang bisa kuliah di mana
saja. Bagaimana kalau uang tak ada? Hampir semua orang ingin menjadi
sarjana, bahkan masuk program S2. Jadi birokrat atau jendral pun,
sekarang banyak yang ingin punya gelar S3. Persoalan seperti itu saya
hadapi waktu lulus SMA tiga puluh tahun yang lalu, dan ternyata masih
menjadi masalah hari ini. Bahkan sekarang, memilih SMP dan SMA pun sama
sulitnya.
Mengapa hanya soal memindahkan anak
karena pindah rumah ke sekolah negeri lain saja biayanya begitu besar?
Padahal bangku sekolah masih banyak yang kosong. Masuk sekolah susah,
pindah juga sulit, diterima di perguruan tinggi untung-untungan, cari
kerja susahnya minta ampun. Lengkap sudah masalah kita.
Kalau kita sepakat sekolah adalah
jembatan untuk mengangkat kesejahteraan dan daya saing bangsa, mengapa
dibuat sulit? Lantas apa yang harus dilakukan orang tua? Jadi sekolah
untuk apa di negeri yang serba sulit ini?
Kesadaran Membangun SDM
Lebih dari 25 tahun yang lalu, saat
berkuasa, PM Malaysia Mahathir Mohammad sadar betul pentingnya
pembangunan SDM. Ia pun mengirim puluhan ribu sarjana mengambil gelar S2
dan S3 ke berbagai negara maju. hal serupa juga dilakukan China. Tidak
sampai sepuluh tahun, lulusan terbaik itu sudah siap mengisi
perekonomian negara. Hasilnya anda bisa lihat sekarang. BUMN di negara
itu dipimpin orang-orang hebat, demikian pula perusahaan swasta dan
birokrasinya.
Perubahan bukan hanya sampai di situ. Orang-orang muda yang kembali ke negerinya secara masif me-reform sistem pendidikan. Tradisi lama yang terlalu kognitif dibongkar. Old ways teaching yang terlalu berpusat pada guru dan papan tulis, serta peran brain memory (hafalan
dan rumus) yang dominan mulai ditinggalkan. Mereka membongkar
kurikulum, memperbaiki metode pengajaran, dan seterusnya. Tak
mengherankan kalau sekolah-sekolah di berbagai belahan dunia pun mulai
berubah.
Di negeri Belanda saya sempat
terbengong-bengong menyaksikan bagaimana universitas seterkenal Erasmus
begitu mudah menerima mahasiswa. ”Semua warga negara punya hak untuk
mendapat pendidikan yang layak, jadi mereka yang mendaftar harus kami
terima,” ujar seorang dekan di Erasmus. Beda benar dengan universitas
negeri kita yang diberi privilege untuk mencari dan mendapatkan lulusan SLTA yang terbaik. Seleksinya sangat ketat.
Lantas bagaimana membangun bangsa dari
lulusan yang asal masuk ini? ”Mudah saja,” ujar dekan itu. ”Kita
potong di tahun kedua. Masuk tahun kedua, angka drop out tinggi
sekali. Di sinilah kita baru bicara kualitas, sebab walaupun semua
orang bicara hak, soal kemampuan dan minat bisa membuat masa depan
berbeda,”ujarnya.
Hal senada juga saya saksikan hari-hari
ini di New Zealand. Meski murid-murid yang kuliah sudah dipersiapkan
sejak di tingkat SLTA, angka drop out mahasiswa tahun pertama cukup
tinggi. Mereka pindah ke politeknik yang hanya butuh satu tahun kuliah.
Yang lebih mengejutkan saya adalah saat
memindahkan anak bersekolah di tingkat SLTA di New Zealand. Sekolah
yang kami tuju tentu saja sekolah yang terbaik, masuk dalam sepuluh
besar nasional dengan fasilitas dan guru yang baik. Saya menghabiskan
waktu beberapa hari untuk mewancarai lulusan sekolah itu masing-masing,
ikut tour keliling sekolah, menanyakan kurikulum dan mengintip bagaimana
pelajaran diajarkan. Di luar dugaan saya, pindah sekolah ke sini pun
ternyata begitu mudah.
Sudah lama saya gelisah dengan metode
pembelajaran di sekolah-sekolah kita yang terlalu kognitif, dengan
guru-guru yang merasa hebat kalau muridnya bisa dapat nilai rata-rata
diatas 80 (betapapun stressnya mereka) dan sebaliknya memandang rendah
terhadap murid aktif namun tak menguasai semua subjek. Potensi anak
hanya dilihat dari nilai, yang merupakan cerminan kemampuan mengkopi
isi buku dan cacatan. Entah dimana keguruan itu muncul kalau sekolah tak
mengajarkan critical thinking. Kita mengkritik lulusan yang biasa membebek, tapi tak berhenti menciptakan bebek-bebek dogmatik.
.
Kalau lulusannya mudah diterima di
sekolah yang baik di luar negri, mungkin guru-guru kita akan menganggap
sekolahnya begitu bagus. Mohon maaf, ternyata tidak
demikian. Jangankan dibaca, diminta transkrip nilainya pun tidak. Maka
jangan heran, anak dari daerah terpencil pun di Indonesia, bisa dengan
mudah diterima di sekolah yang baik di luar negeri. Bahkan tanpa
tes. Apa yang membuat demikian? “undang-undang menjamin semua orang
punya hak yang sama untuk belajar,” ujar seorang guru di New Zealand.
Lantas, bukankah kualitas lulusan ditentukan inputnya? ”itu
ada benarnya, tapi bukan segala-galanya,” ujar putera sulung saya yang
kuliah di Auckland University tahun ketiga. Maksudnya, test masuk tetap
ada, tetapi hanya dipakai untuk penempatan dan kualifikasi.
Di tingkat SLTA, mereka hanya diwajibkan mengambil dua mata pelajaran wajib (compulsory)
yaitu matematika dan bahasa Inggris. Pada dua mata pelajaran ini pun
mereka punya tiga kategori: akselerasi, rata-rata, dan yang masih butuh
bimbingan. Sekolah dilarang hanya menerima anak-anak bernilai akademik
tinggi karena dapat menimbulkan guncangan karakter pada masa depan anak,
khususnya sifat-sifat superioritas, arogansi, dan kurang empati. Mereka
hanya super dikedua kelas itu, di kelas lain mereka berbaur. Dan belum
tentu superior di kelas lain karena pengajaran tidak hanya diberikan
secara kognitif semata.
Selebihnya, hanya ada empat mata
pelajaran pilihan lain yang disesuaikan dengan tujuan masa depan
masing-masing. Bagi mereka yang bercita-cita menjadi dokter maka biologi
dan ilmu kimia wajib dikuasai. Bagi yang akan menjadi insinyur wajib
menguasai fisika dan kimia. Sedangkan bagi yang ingin menjadi ekonom
wajib mendalami accounting, statistik dan ekonomi. Anak-anak yang ingin
menjadi ekonom tak perlu belajar biologi dan fisika. Beda benar dengan
anak-anak kita yang harus mengambil 16 mata pelajaran di tingkat SLTA di
sini, dan semuanya diwajibkan lulus di atas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
Bayangkan, bukankah cita-cita pembuat
kurikulum itu orangnya hebat sekali? Mungkin dia manusia super. Seorang
lulusan SLTA, tahun pertama harus menguasai 4 bidang science (biologi,
ilmu kimia, fisika dan Matematika), lalu tiga bahasa (Bahasa Indonesia,
Inggris dan satu bahasa lain), ditambah PPKN, sejarah, sosiologi,
ekonomi, agama, geografi, kesenian, olahraga dan komputer. Hebat sekali
bukan? Tidak mengherankan kalau sekolah menjadi sangat menakutkan,stressful,
banyak korban kesurupan, terbiasa mencontek, dan sebagainya. Harus
diakui kurikulum SLTA kita sangat berat. Sama seperti kurikulum program
S1 dua puluh tahun yang lalu yang sejajar dengan program S1 yang
digabung hingga S3 di Amerika. Setelah direformasi, kini anak-anak kita
bisa lulus sarjana tiga tahun. Padahal dulu butuh lima tahun. Dulu
program doktor menyelesaikan di atas 100 SKS, makanya hampir tak ada
yang lulus. Kini seseorang bisa lulus doktor dalam tiga tahun.
Anda bisa saja mengatakan, dulu kita juga
demikian tapi tak ada masalah kok! Di mana masalahnya? Masalahnya,
saat ini banyak hal telah berubah. Teknologi telah merubah banyak hal,
anak-anak kita dikepung informasi yang lebih bersifat pendalaman dan
banyak pilihan, namun datang dengan lebih menyenangkan. Belajar bukan
hanya dari guru, tapi dari segala resources. Ilmu belajar
menjari lebih penting dari apa yang dipelajari itu sendiri, karena itu
diperlukan lebih dari seorang pengajar, yaitu pendidik. Guru tak bisa
lagi memberikan semua isi buku untuk dihafalkan, tetapi guru dituntut
memberikan bagaimana hidup tanpa guru, Lifelong learning.
Saya saksikan metode belajar telah jauh
berubah. Seorang guru di West Lake Boys School di Auckland mengatakan,
“Kami sudah meninggalkan old ways teaching sejak sepuluh tahun
yang lalu. Makanya sekolah sekarang harus memberikan lebih banyak
pilihan daripada paksaan. Percuma memberi banyak pengetahuan kalau tak
bisa dikunyah. Guru kami ubah, metode diperbaharui, fasilitas baru
dibangun,” ujar seorang guru.
Masih banyak yang ingin saya diskusikan,
namun sampai di sini ada baiknya kita berefleksi sejenak. Untuk apa kita
menciptakan sekolah, dan untuk apa kita bersekolah? Mudah-mudahan kita
bisa mendiskusikan lebih dalam minggu depan dan semoga anak-anak kita
mendapatkan masa depannya yang lebih baik.
Rhenald Kasali
Ketua Program MMU
SEDIH KARENA BODOH. NO WAY! Oleh MasKatno Giri
Kita
tidak perlu bersedih dan tidak perlu pesimis menjadi orang bodoh. Yang
penting kita sadar bahwa diri kita memang bodoh. Kenyataan, banyak orang bodoh tidak sadar-sadar
kalau mereka dalam kebodohan. Padahal,
kebodohan yang disandang terus menerus akan menghantarkan kepada kehancuran.
Secara
umum, orang bodoh mudah ditipu, orang bodoh kurang dihargai, dan orang bodoh tidak tahu bahwa dia adalah makanan
para orang pintar. Sekali lagi itu pada tataran umum. Di antara para orang bodoh yang
istilahnya NDABLEG masih ada beberapa orang bodoh yang berinovasi tiada henti.
Mereka adalah orang-orang bodoh yang OUTSTANDING ATAU WONDERFUL, mereka adalah pengendali- pengendali orang-orang
pintar.
Tulisan
ini untuk memotivasi diri atas kesadaran MasKatnoGiri sebagai orang yang kurang
pintar:
Orang bodoh
tidak mudah menyerap ilmu,
Namun,
mereka tekun belajar.
Orang bodoh
tidak mudah menghafal informasi,
Namun,
mereka sering mencari dan tanya-tanya tentang informasi
Orang bodoh tidak
punya link kerja, akhirnya dia menjadi
entrepreneur
Agar usahanya berhasil, tentu dia harus merekrut orang pintar.
Walhasil orang bodoh menjadi leader atau boss
Agar usahanya berhasil, tentu dia harus merekrut orang pintar.
Walhasil orang bodoh menjadi leader atau boss
Orang bodoh tidak
takut melakukan kesalahan,
maka dia sering belajar dari kesalahan dari diri dan orang lain
maka dia sering belajar dari kesalahan dari diri dan orang lain
Orang bodoh tidak punya beban kalau bicara ,
sementara
itu orang pintar justru terbebani dengan pembicaraanya
Orang bodoh justru lebih PD karena NEKAT
Selanjutnya
orang pintar IRI karena orang bodoh kok lebih PD
Orang bodoh
berpikir pendek/ tidak lama-lama untuk memutuskan sesuatu
Namun orang pintar terlalu lama berpikir.
Namun orang pintar terlalu lama berpikir.
Orang bodoh
yang penting BERAKSI
Orang pintar
semakin tertinggal dengan AKSI orang bodoh.
Mata orang
bodoh lebih tajam dalam mengambil kesempatan
Mata orang pintar selalu berpikir dan berpikir kapan datangnya kesempatan.
Mata orang pintar selalu berpikir dan berpikir kapan datangnya kesempatan.
Saat orang
bodoh sudah sukses, maju dalam bisnis
dan karya ,
Orang pinter
baru sadar bahwa dia kalah cepat.
Akhirnya
bagaimanapun kondisinya, Allah tidak salah
resep dalam penciptaan manusia. Entah kita menjadi BODOH atau PINTAR. Kita hanya berkewajiban mensyukurinya.SYUKUR menuju MUJUR
Langganan:
Postingan (Atom)