Ini bukan teori, ini sungguh nyata adanya. Sudah lebih dari 12 tahun penulis menjalani kehidupan rumah tangga. Apa ada masalah?
Ya pasti, ada walau kecil. Tapi sejauh ini, aku ingat permasalahan telah teratasi dengan sukses. Karena, aku yakin sering kita menyalahkan orang lain, tapi sebenarnya kita yang menyalahkan itu merupakan sumber masalah tersendiri. Kini aku sudah dikarunia 4 anak, anak pertama sudah menginjak remaja.
Bagaimana jika dibandingkan dengan kondisi sebelum menikah? Tentu, pernikahan penulis jauh lebih bahagia dari yang penulis bayangkan. Selama lebih dari dua belas tahun, aku ingat betul, belum pernah piring melayang di rumah, atau semacam bentak-bentakan sebagai ekpresi kemarahan di antara kami. Ini semua bukan karena kehebatan kami, karena Allahlah yang memberi hidayah dan membimbing kami berdua dalam kesyukuran, kerukunan dan keharmonisan. Pokoknya yang aku mohonkan kepada Allah s.w.t ketika kami belum menikah Insya Allah terkabul. Yakni aku ingin memiliki istri shalihah, lalu membangun keluarga sakinah, keluarga yang tenteram damai, penuh pengertian dan penuh bimbingan dari yang Maha Kuasa. Ini ternyata bisa berdampak bahagia luar biasa.
Ternyata untuk membangun keluarga sakinah pondasinya adalah bukan harta benda, saling pengertian atas dasar niat baik sebagai hamba Allah swt. dan pasti pemahaman agama yang benar melalui proses pembelajaran. Padahal kami berdua menikah tidak melalui pacaran. Kami dijodohkan, namun kita saling tahu latar belakang kita masing-masing. Kami yakin cinta bisa dibangun.
Ternyata untuk membangun keluarga sakinah pondasinya adalah bukan harta benda, saling pengertian atas dasar niat baik sebagai hamba Allah swt. dan pasti pemahaman agama yang benar melalui proses pembelajaran. Padahal kami berdua menikah tidak melalui pacaran. Kami dijodohkan, namun kita saling tahu latar belakang kita masing-masing. Kami yakin cinta bisa dibangun.
Setidak-tidaknya dalam blog sederhana ini aku ingin berbagi, bukan merasa paling baik sendiri, tapi saling belajar. Aku merasa layak berbagi karena tidak muluk-muluk berdasar teori. Aku mengalami sendiri bahwa, dulu etika masih bujangan serimg berduka. Kini, aku merasa bahagia, damai, temteram bersama istri tercinta, ya benar-benar kami laksana hidup di surga. Otomatis, tulisan ini sebagai ajang informasi bahwa menikah tidak perlu pacaran terlebih dulu. Sekali lagi, promosi tanpa pacaran sebelum menikah bisa digalakkan. Sebenarnya kami takut juga jangan jangan ini hanya tipuan. kami tidakmau tertipu oleh keadaan di dunia, kami ingin masuk surga yang sebenarnya di akherat nanti. Tapi, setidak-tidaknya di dunia ini kita dalam keluarga yang bahagia walau tidak bergelimang harta benda.
Yang terakhir, kami suami dan istri selalu mengadakan refleksi bahwa kita punya tujuan yang sama yakni bahagia tidak hanya di dunia tapi jg di akherat, maka kami berusaha mencari ridla Allah. Lalu tidak memiliki niat mau macam-macam atau main-main dalam membangaun kehidupan rumah tanggga kami.
Berikut ini modal penulis untuk mengarungi bahtera rumah tangga, yang terbukti menjadikan kami bahagia bersama istri dan anak-anak tercinta melalui rumus 16 M:
- Menjaga nilai kejujuran dan apa adanya , berkomunikasi terbuka pada keluarga
- Menjaga aib masing-masing baik pasangan maupun keluarga
- Menciptakan kondisi yang menyenangkan
- Menjaga emosi kemarahan yang tidak proporsional, tidak banyak menuntut, dan berebut untuk mengalah bukan menang-menangan.
- Mengutamakan kebersamaan keluarga
- Membuat komitmen jangka panjang
- Menghadapi masalah secara bijak
- Memegang teguh agama dan berusaha menjadi Sholeh dan Sholihah
- Memperhatian penuh ke anak dan masa depannya
- Menjalani hidup dalam kesederhanaan dan tidak mengejar harta semata
- Menjaga kepekaan soisal pada lingkungan sekitar
- Membiasakan gaya hidup sehat (baik jasmani dan ruhani) pada keluarga
- Mengembangkan sikap saling membantu dan tolong menolong
- Mengutamakan musyawarah tidak otoriter
- Memilih lokasi tempat tinggal yang baik
- Menjalin ikatan silaturahmi keluarga istri maupun suami dengan baik
Aku memiliki obsesi besar, suatu saat nanti aku mampu menulis semacam tulisan pencerahan baik berupa artikel bisa cerpen atau lebih jauh lagi semacam novel biografi. Aku pikir obsesiku ini penting untuk pembelajaran hidup, juga termasuk di dalamnya pada pembelajaran kehidupan rumah tanggaku. Barangkali tulisanku bermanfaat untuk diri sendiri, anak-anakku kelak dan juga untuk orang lain. Akan kutularkan dan kupromosikan bahwa hidup hanya sekali, maka seyogyanya kita tidak main-main dalam hidup. Menciptakan kehidupan rumah tangga bahagia jauh lebih utama, walau dalam kondisi harta pas-pasan.
Di saat aku mengedit tulisan ini, aku baru saja melihat bedah buku via internet tentang " HABIBI dan AINUN". Pak Habibi menyatakan bahwa selama 48 tahun 10 hari usia pernikahan pak Habibi dan ibu Ainun belum pernah ada pertengkaran, kalau ada perselisihan beliau bisa memecahkan secara baik-baik walau ada sedikit konflik. Hebat bukan? Aku terobsesi mencontoh kebaikan kehidupan Rasulullah s.a.w. dan Pak Habibipun berusaha mencontoh kehidupan Rasulullah s.a.w. Selama pernikahan kami, akan kuusahakan tidak melakukan pertengkaran sama sekali. Seandainya ada perbedaaan pendapat kita akan pecahkan secara lebih baik atau cooler. Kini usia pernikahanku baru 12 tahun 1 bulan