Akupun juga sama, maksudnya kadang juga"galau". Namun, tekadku harus bulat bahwa hidup hanya sekali akau harus berusaha menjadi pribadi bahagia sejati. Menurutku manusia secara umum dipastikan pernah mengalami "galau". Salah satu sebab kegalauannya adalah pengaruh syetan yang menggoda manusia untuk KUFUR. Kufur: mengingkari nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Semakin kufur semakin galau. Sebaliknya makin syukur makin mujur serta galau menjauh.
Ada indikasi kekufuran manusia muncul dalam berbagai cara: membandingkan kenikmatan yang diterima oleh orang lain dengan apa yang ada pada kita, mengabaikan kelebihan dan meremehkan diri, dll. Ujung-ujungnya kita tidak akan pernah legowo dengan pemberian atau rezeki dari Allah SWT. Aku pun kadang kurang legowo. Tapi aku punya pengalamn pribadi untuk mengendalikan kegalauan.
So, ingin tahu caranya Maskatno Giri supaya tidak terus menerus galau?
So, ingin tahu caranya Maskatno Giri supaya tidak terus menerus galau?
Ini pengalaman nyata di Solo, saat aku masih remaja. Wah, kalau saat remaja, mungkin aku paling JAGO DALAM GALAU dibanding teman-teman sekelasku. Karena, saat remaja aku mungkin terlalu banyak kesibukan berpikir dan bekerja mencari biaya sekolah. Apalagi dibumbuhi pikiran negatifku: SUDAH MODAL HIDUP PASA-PASAN, WAJAH PAS-PASAN, CERDAS PAS-PASAN, Aku iki bocah cap opooo?
Tahukah kamu sekitar dua puluhan tahun yang lalu, saat GALAU menyerang, aku pancal sepeda onthelku. Lalu, aku keliling di kota Solo: aku lihat di rumah sakit di dekat tempatku. Seraya aku mengelus tubuhku, aku tidak boleh duka, banyak orang yang kurang beruntung dibanding aku. Kulihat banyak orang sakit menuju RS Kustati. Akhirnya sedikit lega bahwa aku harus lebih bahagia. Aku harus bersyukur karena ALLAH memberikan nikmat sehat walau duit pas-pasan.
Terkadang aku bersepeda dekat RC Solo, kulihat orang ganteng, cantik tidak punya kaki, tangan dsb. Aku pun sedikit lega bahwa aku harus lebih bersyukur, Allah telah memberikanku nikmatnya memilik itangan dan kaki.
Kini, aku sudah memiliki beberapa anak. Wajar, kadang sedikit galau menyerang. Lalu aku tidak sempat lagi keliling kota Solo untuk mencari orang sakit atau orang cacat, tapi aku cukup mengingat-ingat sobatku yang saat ini kurang mujur dibanding aku. ALLAHU Akbar! KITA WAJIB BERSYUKUR, ternyata banyak saudara kita yang masih "REKOSO" dibanding kita. Sekali lagi kita harus bersyukur , SYUKUR-BAHAGIA. SYUKUR LEBIH MUJUR.
Salam sukses sejati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar