"Menyandarkan diri kepada Allah semata. Inilah namanya kepasarahan yang nyata. Tidak perlu menyandarkan selain kepada Allah SWT. Apalagi hanya kepada seseorang bahkan kepada batu".
Itulah inti pencerahan halal bi halal yang disampaikan oleh Ustadz Indrwawan, saat di SMA N 1 Girimarto yang dihadiri oleh para guru karyawan beserta para keluarganya.
Kemudian sang ustadz menambahkan, kenapa kita supaya hati-hati dengan doa orang yang terdzalimi? Karena doa orang yang dizalimi sering dikabulkan oleh Allah SWT. Saat orang yang terdzalimi berdoa, tiada tabir antara dirinya dengan Allah SWT. Dan saat inilah terjadi kepasarahan yang sangat. Sekali lagi doa dan upaya bagi orang-orang yang benar-benar berserah diri ( baca=bersandar) kepada Allah SWT, Insya Allah akan terkabul.
Kepasarahan, keikhlasan dan kesungguhan mendekat hanya kepada Allah SWT adalah salah satu kunci terkabulnya doa. Selanjutnya, kunci yang lain bagi orang yang bedoa harus hati-hati dalam mengkonsumsi makanan yang haram dan syuhbat.
Pasrah
menimbulkan kekuatan. Di dalam kepasrahan ada power yang maha dahsyat
yang tak terduga. Ada potensi kedalaman yang selama ini tertidur menjadi
terbangun bersamaan dengan kepasrahan yang mendalam. Pasrah bukanlah
kelemahan, sebagaimana yang disangka oleh mereka yang tidak mengerti.
Pasrah adalah sarana untuk lahirnya kekuatan inti manusia.
Pasrah bukanlah putus asa. Tetapi merupakan kepercayaan penuh terhadap
pihak yang dipasrahi. Pasrah bukanlah kebodohan. Tapi merupakan
kesadaran yang kuat akan kefanaan diri dan pengakuan akan kesempurnaan
pihak yang dipasrahi. Pasrah bukanlah tindakan yang membabi-buta. Tapi
merupakan kepercayaan yang total akan kebijaksanaan agung dan rancangan
paripurna dari Dzat yang Maha Tinggi.
Namun, ada pemahaman yang salah kaprah. Yaitu pasrah yang dilandasi kebodohan. Pasrah
yang tanpa pemahaman. Seperti pasrahnya orang yang pengecut.
Didholimi, disiksa bukannya berusaha membela diri tapi cuma mengeluh saja dan menyerah
saja.
Idealnya pasrah dijadikan sumber kekuatan atau power. Yaitu
kepasrahan yang diarahkan kepada Kekuatan yang Maha. Jadi bukan sekedar
menyerah, sekedar berpasrah. Tapi ada kesadaran bahwa ada yang layak
untuk dijadikan sandaran dan pegangan. Ada si Dia Ashshomad, tempat
bergantung. Ada si Dia Almujiib, yang Maha memperkenankan doa. Ada si
Dia Alwakiil, yang Maha Mewakili.
Lalu bagaimana cara mempraktek kepasrahan?
Setiap
hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik berpasrahlah,
menyerahlah, sumelehlah, ikhlaskan apapun yang terjadi . Tidak perlu berprasangka buruk kepada Allah, yang Maha berkreasi mengerjakan pekerjaanNya. Dengan
kemarahan, dengan protes, dengan penilaian. Dengan mengatakan " Kalau
ini tidak terjadi pasti keadaan akan menjadi lebih baik, kalau aku kaya
raya pasti aku akan bahagia, musibah ini terjadi pasti karena orang itu
". Dan lain-lain penghakiman.
Biarkanlah Allah SWT berkehendak
semau-mauNya. Maha Kuasa dan wajib bagi kita menyadari akan kebijaksanaan yang sempurna,
rancangan yang paripurna dari Dzat yang Maha Bijaksana senantiasa
diungkapkan, dan disertakan dalam setiap taqdir dan rancanganNya.
Dalam kepasrahan yang mendalam kepada Allah SWT ada kedamaian yang luar
biasa, hawa thumakninah/ketenangan yang bersifat langit, yang pada
akhirnya akan membawakan kita pada peningkatan jenjang spiritual,
kesadaran yang meningkat ke level yang lebih tinggi, dan juga pada
waktunya yang tepat, muncullah solusi dari masalah-masalah yang
dihadapi. Insya Allah. Salam Sukses Sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berlatih kreatif melaui pembuatan komentar