Ketahuilah, jannah Allah subhanahu wata’ala itu diraih
dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam beramal. Jannah itu disediakan untuk
orang-orang yang bertaqwa yang mereka tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah
sementara, mereka merasa bahwa gemerlapnya kehidupan dunia ini akan menipu umat
manusia dan menyeret mereka kepada kehidupan yang sengsara di negeri akhirat
selamanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu.” (Ali ‘Imran: 185)
Untuk Apa Kita Hidup di Dunia?
Wahai para pemuda, ketahuilah, sungguh Allah subhanahu
wata’ala telah menciptakan kita bukan tanpa adanya tujuan. Bukan pula
memberikan kita kesempatan untuk bersenang-senang saja, tetapi untuk meraih
sebuah tujuan mulia. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56)
Beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Itulah tugas
utama yang harus dijalankan oleh setiap hamba Allah.
Dalam beribadah, kita dituntut untuk ikhlas dalam
menjalankannya. Yaitu dengan beribadah semata-mata hanya mengharapkan ridha dan
pahala dari Allah subhanahu wata’ala. Jangan beribadah karena terpaksa, atau
karena gengsi terhadap orang-orang di sekitar kita. Apalagi beribadah dalam
rangka agar dikatakan bahwa kita adalah orang-orang yang alim, kita adalah
orang-orang shalih atau bentuk pujian dan sanjungan yang lain.
Umurmu Tidak Akan Lama Lagi
Wahai para pemuda, jangan sekali-kali terlintas di
benak kalian: beribadah nanti saja kalau sudah tua, atau mumpung masih muda,
gunakan untuk foya-foya. Ketahuilah, itu semua merupakan rayuan setan yang
mengajak kita untuk menjadi teman mereka di An Nar (neraka).
Tahukah kalian, kapan kalian akan dipanggil oleh Allah
subhanahu wata’ala, berapa lama lagi kalian akan hidup di dunia ini? Jawabannya
adalah sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
وَمَا
تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang
akan dilakukannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Luqman: 34)
Wahai para pemuda, bertaqwalah kalian kepada Allah
subhanahu wata’ala. Mungkin hari ini kalian sedang berada di tengah-tengah
orang-orang yang sedang tertawa, berpesta, dan hura-hura menyambut tahun baru
dengan berbagai bentuk maksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, tetapi keesokan
harinya kalian sudah berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang menangis
menyaksikan jasad-jasad kalian dimasukkan ke liang lahad (kubur) yang sempit
dan menyesakkan.
Betapa celaka dan ruginya kita, apabila kita belum
sempat beramal shalih. Padahal, pada saat itu amalan diri kita sajalah yang
akan menjadi pendamping kita ketika menghadap Allah subhanahu wata’ala. Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Yang mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya,
hartanya, dan amalannya. Dua dari tiga hal tersebut akan kembali dan tinggal
satu saja (yang mengiringinya), keluarga dan hartanya akan kembali, dan tinggal
amalannya (yang akan mengiringinya).” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Wahai para pemuda, takutlah kalian kepada adzab Allah
subhanahu wata’ala. Sudah siapkah kalian dengan timbangan amal yang pasti akan
kalian hadapi nanti. Sudah cukupkah amal yang kalian lakukan selama ini untuk
menambah berat timbangan amal kebaikan.
Betapa sengsaranya kita, ketika ternyata bobot
timbangan kebaikan kita lebih ringan daripada timbangan kejelekan. Ingatlah
akan firman Allah subhanahu wata’ala:
فَأَمَّا مَن
ثَقُلَتْ مَوَازِينُه(Ý)
فَهُوَ فِي
عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ(Þ)
وَأَمَّا
مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ(ß)
فَأُمُّهُ
هَاوِيَةٌ(à)
وَمَا
أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ(Ø×)
نَارٌ
حَامِيَةٌ(ØØ)
“Dan adapun
orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan
yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka
Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.” (Al Qari’ah: 6-11)
Bersegeralah dalam Beramal
Wahai para pemuda, bersegeralah untuk beramal
kebajikan, dirikanlah shalat dengan sungguh-sungguh, ikhlas dan sesuai tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena shalat adalah yang pertama kali
akan dihisab nanti pada hari kiamat, sebagaimana sabdanya:
“Sesungguhnya amalan yang pertama kali manusia dihisab
dengannya di hari kiamat adalah shalat.” (HR. At Tirmidzi, An Nasa`i, Abu
Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad. Lafazh hadits riwayat Abu Dawud no.733)
Bagi laki-laki, hendaknya dengan berjama’ah di masjid.
Banyaklah berdzikir dan mengingat Allah subhanahu wata’ala. Bacalah Al Qur’an,
karena sesungguhnya ia akan memberikan syafaat bagi pembacanya pada hari kiamat
nanti.
Banyaklah bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang telah kalian lakukan selama ini.
Mudah-mudahan dengan bertaubat, Allah subhanahu wata’ala akan mengampuni
dosa-dosa kalian dan memberi pahala yang dengannya kalian akan memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Wahai para pemuda, banyak-banyaklah beramal shalih,
pasti Allah subhanahu wata’ala akan memberi kalian kehidupan yang bahagia,
dunia dan akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ
صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً
طَيِّبَةً
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An Nahl: 97)
Engkau Habiskan untuk Apa Masa Mudamu?
Pertanyaan inilah yang akan diajukan kepada setiap
hamba Allah subhanahu wata’ala pada hari kiamat nanti. Sebagaimana yang
diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam salah satu
haditsnya:
“Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada
hari kiamat nanti di hadapan Rabbnya sampai ditanya tentang lima perkara:
umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa dihabiskan, hartanya dari
mana dia dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan sudahkah
beramal terhadap ilmu yang telah ia ketahui.” (HR. At Tirmidzi no. 2340)
Sekarang cobalah mengoreksi diri kalian sendiri,
sudahkah kalian mengisi masa muda kalian untuk hal-hal yang bermanfaat yang
mendatangkan keridhaan Allah subhanahu wata’ala? Ataukah kalian isi masa muda
kalian dengan perbuatan maksiat yang mendatangkan kemurkaan-Nya?
Kalau kalian masih saja mengisi waktu muda kalian
untuk bersenang-senang dan lupa kepada Allah subhanahu wata’ala, maka jawaban
apa yang bisa kalian ucapkan di hadapan Allah subhanahu wata’ala Sang Penguasa
Hari Pembalasan? Tidakkah kalian takut akan ancaman Allah subhanahu wata’ala
terhadap orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat? Padahal Allah subhanahu
wata’ala telah mengancam pelaku kejahatan dalam firman-Nya:
مَن يَعْمَلْ
سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلَا يَجِدْ لَهُ مِن دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
“Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya
akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan
tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.” (An Nisa’: 123)
Bukanlah masa tua yang akan ditanyakan oleh Allah
subhanahu wata’ala. Oleh karena itu, pergunakanlah kesempatan di masa muda
kalian ini untuk kebaikan.
Ingat-ingatlah selalu bahwa setiap amal yang kalian
lakukan akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Jauhi Perbuatan Maksiat
Apa yang menyebabkan Adam dan Hawwa dikeluarkan dari
Al Jannah (surga)? Tidak lain adalah kemaksiatan mereka berdua kepada Allah
subhanahu wata’ala. Mereka melanggar larangan Allah subhanahu wata’ala karena
mendekati sebuah pohon di Al Jannah, mereka terbujuk oleh rayuan iblis yang
mengajak mereka untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Wahai para pemuda, senantiasa iblis, setan, dan bala
tentaranya berupaya untuk mengajak umat manusia seluruhnya agar mereka
bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, mereka mengajak umat manusia
seluruhnya untuk menjadi temannya di neraka. Sebagaimana yang Allah subhanahu
wata’ala jelaskan dalam firman-Nya (yang artinya):
إِنَّ
الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ
لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka
jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir:
6)
Setiap amalan kejelekan dan maksiat yang engkau
lakukan, walaupun kecil pasti akan dicatat dan diperhitungkan di sisi Allah
subhanahu wata’ala. Pasti engkau akan melihat akibat buruk dari apa yang telah engkau
lakukan itu. Allah subhanahu wata’ala berfirman (yang artinya):
وَمَن
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil
apapun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (Al Zalzalah:8
Setan juga menghendaki dengan kemaksiatan ini, umat
manusia menjadi terpecah belah dan saling bermusuhan. Jangan dikira bahwa
ketika engkau bersama teman-temanmu melakukan kemaksiatan kepada Allah
subhanahu wata’ala, itu merupakan wujud solidaritas dan kekompakan di antara
kalian. Sekali-kali tidak, justru cepat atau lambat, teman yang engkau cintai
menjadi musuh yang paling engkau benci. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
إِنَّمَا
يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي
الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ ۖ فَهَلْ
أَنتُم مُّنتَهُونَ
“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu karena (meminum) khamr dan berjudi itu,
dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan perbuatan itu).” (Al Maidah: 91)
Demikianlah setan menjadikan perbuatan maksiat yang
dilakukan manusia sebagai sarana untuk memecah belah dan menimbulkan permusuhan
di antara mereka.
Ibadah yang Benar Dibangun di atas Ilmu
Wahai para pemuda, setelah kalian mengetahui bahwa
tugas utama kalian hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah
subhanahu wata’ala semata, maka sekarang ketahuilah bahwa Allah subhanahu
wata’ala hanya menerima amalan ibadah yang dikerjakan dengan benar. Untuk
itulah wajib atas kalian untuk belajar dan menuntut ilmu agama, mengenal Allah
subhanahu wata’ala, mengenal Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, dan
mengenal agama Islam ini, mengenal mana yang halal dan mana yang haram, mana
yang haq (benar) dan mana yang bathil (salah), serta mana yang sunnah dan mana
yang bid’ah.
Dengan ilmu agama, kalian akan terbimbing dalam
beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala, sehingga ibadah yang kalian lakukan
benar-benar diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala. Betapa banyak orang yang
beramal kebajikan tetapi ternyata amalannya tidak diterima di sisi Allah
subhanahu wata’ala, karena amalannya tidak dibangun di atas ilmu agama yang
benar.
Oleh karena itu, wahai para pemuda muslim, pada
kesempatan ini, kami juga menasehatkan kepada kalian untuk banyak mempelajari
ilmu agama, duduk di majelis-majelis ilmu, mendengarkan Al Qur’an dan hadits
serta nasehat dan penjelasan para ulama. Jangan sibukkan diri kalian dengan hal-hal
yang kurang bermanfaat bagi diri kalian, terlebih lagi hal-hal yang
mendatangkan murka Allah subhanahu wata’ala.
Ketahuilah, menuntut ilmu agama merupakan kewajiban
bagi setiap muslim, maka barangsiapa yang meninggalkannya dia akan mendapatkan
dosa, dan setiap dosa pasti akan menyebabkan kecelakaan bagi pelakunya.
“Menuntut ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi
setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no.224)
Akhir Kata
Semoga nasehat yang sedikit ini bisa memberikan
manfaat yang banyak kepada kita semua. Sesungguhnya nasehat itu merupakan
perkara yang sangat penting dalam agama ini, bahkan saling memberikan nasehat
merupakan salah satu sifat orang-orang yang dijauhkan dari kerugian,
sebagaimana yang Allah subhanahu wata’ala firmankan dalam surat Al ‘Ashr:
“Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat- menasehati dalam kebenaran dan
nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)