Idealnya, seorang guru harus kaya pengalaman, pengetahuan, inovasi, kreativitas, dan kaya hati. Namun, setidak-tidaknya seorang guru memiliki niat positif dalam meningkatkan kualitas dir dll.
Memahami metode-metode pembelajaran merupakan tuntutan seoarng guru agar pembelajarannya lebih bermakna, berikut ini contoh contoh metode pembelajaran yang ditulis kembali oleh Maskatno Giri yang berusaha baik hati, dan tidak sombong.Yen ora bolo ora tak kandani.:
1. Role Play
Memahami metode-metode pembelajaran merupakan tuntutan seoarng guru agar pembelajarannya lebih bermakna, berikut ini contoh contoh metode pembelajaran yang ditulis kembali oleh Maskatno Giri yang berusaha baik hati, dan tidak sombong.Yen ora bolo ora tak kandani.:
1. Role Play
a. Pengertian
Role
play
(bermain peran) adalah teknik pembelajaran bahasa yang meminta siswa memainkan
peran tertentu dalam situasi yang ditentukan, dengan menggunakan bahasa target,
yaitu bahasa yang sedang dipelajari (seperti bahasa Inggris, misalnya). Untuk
berlatih mengekspresikan complaints and
apologies dalam bahasa Inggris, misalnya,
siswa bermain peran sebagai pembeli dan penjual di suatu toko. Pembeli
mengembalikan barang yang telah dibelinya dari toko tersebut karena barang itu
rusak.
b. Kompetensi yang dikembangkan
Keterampilan berbahasa
yang dapat dikembangkan dengan role play
adalah speaking, terutama interpersonal dan transactional dialogues.
c. Prosedur
1) Mengajak
siswa mengidentifikasi situasi untuk role
play, seperti apakah role play
akan dilaksanakan antara guru dengan siswa, dokter dengan pasien, atau tamu
hotel dengan resepsionais;
2) Mengajak
siswa merancang role play, seperti apakah role play bersifat terstruktur, semi terstruktur, atau bebas. Juga,
apakah role play akan dilaksanakan
oleh dua orang, tiga orang, atau lebih;
3) Memfasilitasi
siswa untuk mengidentifikasi language
function yang diperkirakan muncul dalam percakapan/role play;
4) Mengajak
siswa mengidentifikasi pilihan-pilihan bentuk bahasa (language forms) untuk masing-masing language function;
5) Mengarahkan
siswa untuk melakukan drilling terhadap
beberapa language forms yang telah
teridentifikasi;
6) Memfasilitasi
siswa melakukan latihan role play
dalam kelompok kecil;
7) Memfasilitasi
siswa melakukan performance role play
di depan kelas;
8) Mengajak
para siswa melakukan evaluasi terhadap hasil performance siswa.
2.
Process Approach
a. Pengertian
Process
approach adalah metode pembelajaran bahasa, khusunya writing, yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengalami, menghayati, menilai, dan merefleksi sendiri langkah-langkah penulisan suatu teks, mulai dari perencanaan hingga penulisan akhir
teks tersebut. Di sini yang menjadi fokus adalah proses penulisan, bukan hasil
tulisan.
b. Kompetensi yang dikembangkan
Keterampilan bahasa
yang dikembangkan dengan process approach
ini adalah writing, khususnya free writing.
c. Prosedur
1) Planning.
Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk memilih dan menentukan topik,
membatasi topik, dan menuliskan topic sentence
atau thesis.
2) Outlining.
Pada tahap ini guru meminta siswa untuk menuliskan pointer-pointer isi
informasi yang dapat mengembangkan topik.
3) Drafting.
Pada tahap ini guru memfasilitasi siswa untuk mengembangkan sertiap pointer
informasi menjadi kalimat atau paragraf.
4) Revising/Editing.
Pada tahap ini guru meminta siswa menilai draf yang telah dibuatnya, kemudian
melakukan revisi atau editing agar draf tersebut menjadi lebih baik. Revisi
meliputi isi, organisasi, grammar, vocabulary, spelling, dan lain sebagainya.
5) Rewriting.
Pada tahap ini guru meminta siswa menuliskan kembali draf yang telah direvisi.
Ini menjadi produk atau tulisan akhir siswa.
3.
Inquiry-based Teaching
a. Pengertian
Inquiry-based
Teaching (IBT) adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara intensif untuk untuk mengajukan pertanyaan atau permasalahan,
mengajukan hipotesis, melakukan observasi atau investigasi, menganalisis data,
dan menarik simpulan, serta menjelaskan temuannya itu kepada orang lain.
Jawaban yang diharapkan atas pertanyaan tersebut tidak bersifat tunggal tetapi
jamak. Yang penting adalah bahwa dalam mencari jawaban, siswa bekerja dengan
menggunakan prosedur dan standar tertentu yang jelas sehingga hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dimungkinkan mereka mengintegrasikan
dan mensinergikan berbagai metode dan disiplin ilmu yang berbeda.
b. Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dapat
dikembangkan oleh IBT adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen bahasa.
c. Prosedur
1) Asking.
Siswa mengajukan pertanyaan atau pemasalahan yang terkait dengan topik yang
sedang dikaji;
2) Investigating.
Siswa melakukan investigasi dengan berbagai teknik seperti pengamatan,
wawancara, atau analisis dokumen untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan
pertanyaan yang telah diajukan;
3) Creating.
Berdasarkan hasil investigasi siswa mengkonstruksi pengetahuan baru yang
berbeda dari pengetahuan sebelumnya;
4) Discussing.
Siswa menyampaikan temuannya (new knowledge) kepada teman sekelasnya, dan
membandingkannya apakah pengetahuan yang ia konstruksi sama atau berbeda dari
teman-teman lainnya;
5) Reflecting.
Setelah diskusi selesai, siswa memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi
atas apa yang telah dilakukan dan ditemukan.
4.
Diskusi
a. Pengertian
Metode diskusi adalah
suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa atau kelompok siswa secara
intensif untuk melakukan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat atas
suatu persoalan, kemudian membuat simpulan atau menyusun alternatif pemecahan
masalah tersebut.
b. Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dapat
dikembangkan oleh metode diskusi adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen
bahasa.
c. Prosedur
1) Guru
mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan
seperlunya mengenai cara pemecahannya;
2) Para
siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih ketua, sekretaris, dan bila
perlu juga juru bicara kelompok;
3) Para
siswa melakukan diskusi di kelompoknya masing-masing secara aktif, demokratis,
dan saling menghargai; sementara itu, guru berkeliling di antara kelompok-kelompok diskusi untuk
meyakinkan bahwa semua kelompok bekerja dengan baik;
4) Masing-masing
kelompok (melalui juru bicaranya) melaporkan hasil diskusinya, yang kemudian
ditanggapi oleh kelompok-kelompok lainnya;
5) Guru
dan siswa melakukan evaluasi dan refleksi atas proses dan hasil diskusi untuk
memperoleh hasil terbaik;
6) Masing-masing
kelompok mengumpulkan laporan hasil diskusinya (hasil diskusi kelompok yang
telah diberi masukan oleh kelompok lain dan guru), untuk dinilai atau dijadikan
arsip kegiatan kelas.
5.
Probel-based Learning
a. Pengertian
Problem
based learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang
didasarkan pada masalah dalam kehidupan nyata. Siswa diminta dan dibimbing
untuk mempelajari masalah itu berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah
mereka miliki sebelumnya sehingga akan terbentuk pengetahuan baru.
b. Kompetensi yang dikembangkan
Kompetensi yang dapat
dikembangkan melalui PBL ini adalah semua keterampilan berbahasa dan elemen
bahasa.
c. Prosedur
1) Guru
mengenalkan siswa pada masalah, atau masalah tersebut diidentifikasi dan
ditentukan secara bersama-sama antara guru dan siswa;
2) Guru
mengorganisasikan pelaksanaan pembelajaran, misalnya apakah siswa bekerja
secara perorangan, berpasangan, atau kelompok kecil;
3) Guru
membimbing siswa untuk melakukan investigasi dengan cara-cara yang relevan,
seperti apakah bisa hanya melalui library research, uji coba, atau sampai pada
eksperimen;
4) Guru
memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil investigasinya di depan teman-teman
sekelas untuk kemudian ditannggapi;
5) Dengan
bimbingan guru siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dan
hasil investigasi yang dicapainya;
6) Siswa
membuat laporan tertulis dengan format yang telah disepakati, untuk dinilai
oleh guru atau untuk arsip kegiatan kelas.
6.
Games.
a.
Pengertian:
Permainan
adalah kegiatan yang mempunyai peraturan, tujuan dan unsur kesenangan. Dalam
lingkup pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, terdapat dua jenis permainan, yaitu permainan komunikatif yang dibedakan
dengan permainan jenis kebahasaan (lingusitic).
Permainan juga dapat juga dibagi menjadi permainan yang bersifat kompetitif dan
permainan yang bersifat kooperatif. Selain sifatnya yang menyenangkan,
permainan yang bersifat komunikatif mempunyai potensi untuk menciptakan
kegiatan komunikasi.
b. Kompetensi yang dikembangkan:
Biasanya permainan yang bersifat komunikatif digunakan untuk mengembangkan keterampilan
berbicara, sedangkan permainan yang bersifat kebahasaan dapat digunakan untuk mengembangkan
penguasaan aspek bahasa seperti kosakata dan gramatika. Yang diterangkan di
bawah ini hanya jenis permaianan komunikatif.
c. Prosedur:
Pre.
Games:
1)
Menjelaskan
keterampilan dan kompetensi yang akan dikembangkan.
2)
Melakukan
pembahasan dan drilling tentang kosakata dan ungkapan-ungkapan yang akan
digunakan dalam permainan. (jika diperlukan)
3)
Menjelaskan prosedur permainan.
4)
Memberikan
contoh pelaksanaan permainan
Games:
Tahap ini digunakan untuk melaksanakan permainan
Post-Games:
Tahap ini digunakan untuk memberikan masukan terkait
kesalahan siswa yang dicatat oleh guru.
7. Jigsaw.
a.
Pengertian.
Jigsaw adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif, yang dimaknai
sebagai pembelajaran yang menciptakan interaksi kelas yang bermakna dalam
lingkungan yang mendukung sehingga mengarah pada pencapaian belajar yang lebih
baik, peningkatan motivasi belajar siswa, dan secara keseluruhan pada perubahan
kondisi psikologis siswa.
b. Kompetensi yang dikembangkan.
Jigsaw dapat digunakan untuk
pengembangan keterampilan listening atau reading
dan listening secara bersama-sama .
c. Prosedur
Berikut langkah-langkah pembelajaran untuk pembelajaran listening dan reading:
Listening:
1)
Guru memperdengarkan rekaman di mana tiga orang
dengan pendapat yang berbeda mendiskusikan pendapat mereka tentang suatu topik.
2)
Guru menyiapkan tiga tugas, setiap tugas memfokuskan
satu dari ketiga pendapat yang berbeda tadi
3)
Siswa kemudian dibagi menjadi tiga kelompok A, B,
dan C dan setiap kelompok mendengarkan
rekaman sambil mengerjakan tugas yang sudah disiapkan tersebut dan yang terfokus pada satu pendapat yang berbeda tersebut.
4)
Kelompok siswa kemudian disusun kembali menjadi
kelompok yang terdiri satu siswa berbeda dari
kelompok A, B, dan C.
5)
Kelompok baru ini kemudian bermain peran mendiskusikan
topik yang sama menggunkan informasi yang sudah mereka dapatkan dari kegiatan
mendengarkan tadi.
6)
Guru memberikan
masukan atas kinerja siswa.
Reading dan listening:
1)
Guru mengambi teks tulis narrative dan memotongnya menjadi beberapa bagian sesuai jumlah
siswa.
2)
Setiap siswa mendapatkan satu bagian dari cerita
tersebut.
3)
Setelah membaca bagian tersebut, siswa kemudian
berkeliling ruang kelas dan sambil
mendengarkan setiap bagian bagian teks yang dibaca keras oleh teman lainnya.
4)
Sambil mendengarkan bagian teks yang dibaca teman
lainnya, siswa menentukan posisi bagiannya dalam cerita tersebut.
5)
Akhirnya siswa harus menyusun secara urut
bagian-bagian tadi menjadi teks yang utuh.
8. Split Information
a. Pengertian.
Kegiatan ini adalah salah satu bentuk
dari banyak kegiatan komunikatif. Nation
(1988) menyebutnya sebagai information
gap activities . Kegiatan pembelajaran ini melibatkan minimal satu siswa
yang mempunyai informasi dan yang
siswa lainnya tidak mempunyainya tetapi
memerlukannya. Untuk mendapatkan informasi tersebut siswa yang tidak
mempunyainya harus melakukan komunikasi dalam bentuk tertentu.
b. Kompetensi yang dikembangkan.
Keterampilan yang dapat dikembangkan
dengan kegiatan ini adalah keterampilan berbicara.
c. Prosedur
1) Guru menentukan kompetensi dan topik
yang akan dikembangkan, contohnya mendiskripsikan bentuk seperti bulatan,
segitiga, garis, empat persegi panjang dan posisi benda.
2) Guru menyiapkan dua lembar kertas
dengan gambar yang mirip, umpamanya satu berisi sejumlah gambar bentuk dua
dimensi dengan posisi tertentu, dan kertas yang lain berisi gambar bentuk
dimensi yang sama tetapi mempunyai posisi yang berbeda.
3) Guru membagi siswa menjadi berpasangan, tiap
siswa mendapat gambar yang berbeda dari gambar pasangannya.
4) Guru menjelaskan posedur kegiatan dimana tiap
pasangan harus saling tanya jawab untuk mencari perbedaan dan persamaan.
5) Guru memberikan contoh
6) Setelah selesai salah satu anggota pasangan
diminta untuk melaporkan hasil tanya jawabnya.
7) Guru mendiskusikan dan memberikan masukan
terkait kesalahan siswa.
Catatan: apabila diperlukan (tergantung tingkat
kompetensi siswa dan kesiapannya), guru dapat melakukan pengenalan kosakata
terkait beserta makna dan pelafalannya.
9. Problem Solving
a. Pengertian
Kegaiatan pembelajaran ini juga salah satu
bentuk kegiatan pembelajaran komunikatif dimana siswa diminta untuk memecahkan
suatu masalah secara berkelompok Untuk memecahkan masalah tersebut siswa harus
menggunakan sumber daya bahasanya (languge
resource) untuk saling melakukan komunikasi.
b. Kompetensi yang dikembangkan.
Problem
solving biasanya digunakan untuk mengembangkan kegiatan berbicara dan sangat
memungkinkan menggabungkannya dengan kegiatan komunikasi lainnya seperti
menulis, mendengar dan membaca (terpadu).
c. Prosedur
Berikut adalah
langkah pembelajaran metode problem
solving
1) Guru
menentukan kompetensi yang akan dikembangkan.
2) Guru
menentukan persoalan yang akan dipecahkan oleh siswa. Umpamanya bagaimana
memilih sejumlah barang yang tersedia berdasarkan urutan keguanaannya yang akan digunakan untuk menyelamatkan diri
dari kondisi darurat. Situasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
mengutarakan dan menaggapi pendapat,
persetujuan dan ketidaksetujuan.
3) Guru
menerangkan pada siswa tujuan dan prosedur kegiatan .
4) Apabila
dianggap perlu guru menerangkan
kosa-kata dan ungkapan-ungkapan yang diperlukan dan melakukan drilling.
5) Guru membagi siswa menjadi bebarapa kelompok
dan tiap kelompok diminta untuk mendiskusikan masalah tersebut dan menentukan
pilihan kelompok.
6) Setelah
selesai guru meminta setiap kelompok melaporkan hasil diskusi kelompok dalam
diskusi kelas.
7)
Guru memberikan komentar dan masukan terhadap hasil diskusi.
10. Number Heads Together
a.
Pengertian
Kegiatan pembelajaran ini adalah salah
satu bentuk kegiatan pembelajaran kooperatif. Tehnik yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan (1992) ini bersifat komunikatif karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerja sama mereka.
b. Kompetensi yang dikembangkan.
Keterampilan yang dapat dikembangakan dengan number heads
together adalah reading dan
listening .
d. Prosedur.
Berikut adalah contoh langkah-langkah
pembelajaran untuk pengembanagan keterampilan reading.
1)
Guru
menetapkan kompetensi yang akan dikembangkan dan bahan bacaan yang sesuai.
2)
Siswa
dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor urut.
3)
Guru
membagikan teks beserta tugas yang terkait dengan kompetensi dan masing-masing
kelompok mengerjakannya.
4) Kelompok
memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota
kelompok mengetahui jawaban ini.
5) Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerja sama mereka.
6) Tanggapan
dari kelompok yang lain
7) Teknik
Kepala Bernomor ini juga dapat dilanjutkan untuk mengubah komposisi kelompok
yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari
kelompok lain.
11.
Project-based
Learning
a. Pengertian
Pembelajaran berbasis
proyek adalah sebuah pembelajaran yang melibatkan proyek perseorangan atau grup
yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Hasil proyek ini kemudian akan ditampilkan atau
dipresentasikan di depan kelas. Pembelajaran berbasis proyek ini berpusat pada
siswa dan komunikatif karena siswa harus berkomunikasi sebagai bagian dari
penyelesaian proyek ini. Disamping itu, pembelajaran semacam ini sangat
kontekstual dan mengembangkan juga softskills
siswa.
b. Kompetensi yang dikembangkan.
Pada dasarnya pembelajaran berbasis proyek
ini dapat digunakan untuk mengembangkan satu keterampilan berbahasa atau lebih
dari satu secara terpadu. Bahkan metode
ini dapat dignakan untuk mengajar kosa kata.
c. Prosedur.
Berikut
adalah contoh langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek yang terpadu dengan
fokus pada pengembangan kosakata yang dikembangkan dengan keterampilan
berbicara.
1)
Guru
menentukan kompetensi yang akan dikembangkan.
2)
Guru
menerangkan pada siswa jenis kosa kata yang akan dikembangkan, sebagai
contohnya, prepositional phrasal verbs seperti go up, look for, dan take
away
3)
Guru
menerangkan pola prepotional
phrasal verbs, makna
dan contoh penggunaannya dalam kalimat.
4)
Guru
menerangkan proyek yang harus dikerjakan siswa secara individu, yaitu
umpamanya, sebagai pekerjaan rumah mencari dua prepositional phrasal verbs dengan contoh penggunaannya dalam
kalimat yang hasilnya nanti dipresentasikan di muka kelas.
5)
Siswa
mempresentasikan hasil proyeknya di muka kelas.
6)
Guru
membagi siswa menjadi pasangan dan setiap pasang harus menyusun bersama secara
tertulis percakapan yang menggunakan prepositional phrasal verbs yang sudah
dipresentasikan.
7)
Setiap
pasang memperagakan percakapan yang sudah disusun di muka kelas.
8)
Secara
klasikal guru memberi masukan atas presentasi dan peragaan percakapan siswa.
13. Task-based Learning
a.
Pengertian
Task-based
Learning adalah
pembelajaran berbasis tugas. Tugas disini diartikan sebagai pekerjaan yang dibuat sedemikian rupa oleh
guru untuk dikerjakan oleh siswa, dan
dalam menyelesaikan tugas tersebut siswa harus menggunakan sumber daya
bahasanya (language resources) untuk
berkomunikasi.
Task-based
learning mempunyai beberapa keuntungan utama:
1. mampu menciptakan kesempatan pada siswa
untuk melakukan komunikasi yang alamiah di dalam kelas.
2. lebih menekankan pada makna daripada bentuk kebahasaan, dan oleh karenanya
3. lebih mampu
menumbuhkan motivasi belajar karena terpusat pada siswa.
Richards (2002) menyebutkan bahwa Task-based learning dapat
dipakai sebagai satu-satunya kerangka kerja, atau hanya sebagai salah satu
komponen dalam pengajaran bahasa Inggris, dan disamping itu, task dapat dipakai sebagai tehnik atau
metode mengajar. Dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah di Indonesia
pembelajaran berbasis tugas ini lebih mengacu
pada tehnik atau metode.
b. Kompetensi yang dikembangkan
Pada dasarnya
semua keterampilan berbahasa dapat dikembangkan dengan pembelajaran berbasis
tugas. Kita dapat mengembangkannya semua keterampilan secara terpadu dengan
fokus pada salah satu keterampilan. Dalam konteks Pendekatan Komunikatif pengembangan keterampilan berbahasa dengan
pembelajran berbasis tugas lebih tepat dilakukan secara terpadu.
c. Prosedur
Langkah pembelajaran dalam pembelajaran
berbasis tugas dibagi menjadi tahap sebelum tugas, tahap tugas, dan tahap
setelah tugas.
Tahap sebelum tugas:
1)
Guru
menentukan kompetensi yang akan dikembangkan dan memilih jenis tugas yang
sesuai. Sebagai contoh, kompetensi yang akan dikembangkan adalah
mendiskripsikan tempat (keterampilan
berbicara) dan tugasnya adalah mendesain dua dimensi tata letak rumah idaman.
2)
Guru
menerangkan pada siswa kompetensi dan tugas yang akan mereka kerjakan.
3)
Jika
diperlukan, guru menerangkan dan melakukan drilling
komponen bahasa tugas seperti kosa-kata, ungkapan dan struktur kalimat.
4)
Guru
memberi model bagaimana tugas tersebut
dilaksanakan.
5)
Guru
membagi kelas menjadi beberapa kelompok
sesuai kebutuhan
Tahap tugas:
1)
Siswa
secara berkelompok melaksanakan tugas dan guru memonitor proses pelaksanaan
tugas di tiap kelompok.
2)
Setiap
kelompok melaporkan hasil tugas. Ketika
kelompok menyajikan hasil tugas guru disarankan membimbing komunikasi kelas, antara siswa dengan siswa dan antara
guru dan siswa untuk tujuan klarifikasi
atas informasi yang diberikan oleh penyaji.
3)
Kalau
diperlukan sebagai pekerjaan rumah , siswa menulis hasil tugas untuk
dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
Tahap setelah
tugas:
1)
Guru
memberi masukan atas sajian siswa.
2)
Guru
melaksanakan refleksi