"Ngilmu
iku kalakone kanthi laku". Itulah nasihat para guruku yang tak pernah
kulupakan. Guruku menambahkan bahwa kalau kita ingin benar-benar berilmu haarus
memakai "lelakon" atau proses. Ilmu yang tidak melalui lelaku proses
hanya sekedar hafalan belaka. Dan tentunya sesuatau yang bersifat hanya hafalan
mudah sekali hilang.
Kalau
dipikir-pikir pernyataan guruku di atas itu benar. Kegiatan yang terlihat
menuntut ilmu tanpa proses praktik dengan melibatkan pengalaman langsung,
kegiatan keilmuan tersebut kurang bermakna, dan
mudah sekali lenyap dalam pikiran.
Sering kita mendengar tentang berbagai metode pembelajaran untuk menyerap ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya . Salah satunya adalah model Contextual Teacaching and Learning. Di
sini pembelajar diajak tidak sekedar mengahfal namun melakukan kegiatan
keilmuan juga mampu megait-ngaitkan imu tersebut dengan pengalaman nyata.
Berikut
ini, Maskatno Giri menulis ulang Model Pembelajaran CTL yang bersumber dari Modul
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG): Model-model Pembelajaran Inovatif.
Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta oleh bapak Sugiyanto
Menurut
Nurhadi dalam Sugiyanto (2007) CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang
diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Menurut Jonhson dalam Sugiyanto (2007)
CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong para siswa
melihat siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan
keseharian mereka.
Jadi
pengertian CTL dari pendapat para tokoh-tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa
CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari.
Tujuan
Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya
dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari
sehingga siswa memiliki pengetahuan atu ketrampilan yang secara refleksi dapat
diterapkan dari permasalahan kepermasalahan lainya.
Model pembelajaran ini bertujuan agar dalam
belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu dengan adanya pemahaman
Model pembelajaran ini menekankan pada
pengembangan minat pengalaman siswa.
Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk
melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses
pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya sendiri dan orang lain
Model pembelajaran CTL ini bertujun agar
pembelajaran lebih produktif dan bermakna
Model pembelajaran model CTL ini bertujuan
untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik
dengan konteks jehidupan sehari-hari
Tujuan pembelajaran model CTL ini bertujuan
agar siswa secara indinidu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-informasi
komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri.
Strategi
Pembelajaran CTL
Beberapa
strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara konstektual
antara lain:
a.
Pembelajaran berbasis masalah
Dengan
memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk berfikir kritis
untuk memecahkan.
b.
Menggunakan konteks yang beragam
Dalam CTL
guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa
menjadi berkualitas.
c. Mempertimbangkan
kebhinekaan siswa
Guru
mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan social
seyogianya dibermaknakan menjadi mesin
penggerak untuk belajar saling
menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.
d. Memberdayakan
siswa untuk belajar sendiri
Pendidikan
formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara belajar
untuk belajar mandiri dikemudian hari.
e. Belajar
melalui kolaborasi
Dalam setiap
kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan koleganya dan
sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam kelompoknya.
f.
Menggunakan penelitian autentik
Penilaian
autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan
konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai
dengan potensi yang dimilikinya.
g. Mengejar
standar tinggi
Setiap
seyogyanya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu kewaktu terus
ditingkatkan dan setiap sekolah
hendaknya melakukan Benchmarking dengan melukan study banding keberbagai
sekolah dan luar negeri.
Berdasarkan
Center for Occupational Research and Development (CORD) Penerapan strategi
pembelajaran konstektual digambarkan sebagai berikut:
a. Relating
Belajar
dikatakan dengan konteks dengan pengalaman nyata, konteks merupakan kerangka
kerja yang dirancang guru untuk membantu
peserta didik agar yang dipelajarinya bermakna.
b.
Experiencing
Belajar
adalah kegiatan “mengalami “peserta didik diproses secara aktif dengan hal yang
dipelajarinya dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang
dikaji,berusaha menemukan dan menciptakan hal yang baru dari apa yang
dipelajarinya.
c. Applying
Belajar
menekankan pada proses mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dengan dalam
konteks dan pemanfaatanya.
d.
Cooperative
Belajar
merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui kegiatan kelompok,
komunikasi interpersonal atau hubunngan intersubjektif.
e.
Trasfering
Belajar
menenkankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi
atau konteks baru.