Mas Guru berbagi motivasi terutama untuk siswanya di SMAN 1 Girimarto
Senin, 28 Januari 2013
Minggu, 27 Januari 2013
BAGIAN SINOPSIS NOVEL BIOGRAFIKU Oleh Maskatno Giri
 Hidup dalam kesulitan masa lalu bukan untuk disesali, justru  harus 
disyukuri, Kesulitan di masa lalu bisa sebagai trigger dan sumber energi
 yang tak akan pernah habis untuk menatap masa depan.
 
 Sekitar 
dua puluh tahun yang lalu, seperti baru dua hari yang lalu. Aku   
tinggal di asrama  Surakarta. banyak certia lucu , mengecewakan  dan 
kadang menyenangkan. Benar, aku dan kawan-kawan semuanya pemuda bujangan
 yang rata-rata anaknya orang yang kurang mampu ( istilah halus dari 
melarat). Namun, kalau dihitung-hitung banyak cerita yang menyedihkan 
tapi mengasyikkan. Hal-hal yang menyedihkakan sebetulnya bukan karena 
beratnya permasalahan, tapi  saat itu  aku masih bodoh dalam menyikapi 
penderitaan. Ditambah lagi,  saat itu  aku  kesulitan mendapat guru yang
 mencerahkan dan menghibur.
 
 Tidak percaya diri, penuh 
kekuatiran, keragu-raguan  itulah indikasi orang-orang yang salah 
pendidikan.  Salah didikan ini disebabkan oleh minimnya sumber belajar 
dan minimnya jumlah guru yang berkualitas. Dan itu  suatu kenyataan yang
 kualami. Saking tidak percaya diri,  merasa berat dalam menjalani 
kehidupan, aku sering mengeluh dan  sering terlintas  menyimpulkan bahwa
 Allah itu tidak adil terhadapku. Secara kebetulan, aku merasa paling 
malang hidupnya di antara yang lain dalam banyak hal. Mohon maaf, 
kemalanganku tidak usah kuceritakan secara detail  di blogku ini. Biar 
kemalanganku kupendam dalam-dalam.
 
 Apakah anda ingin  tahu apa 
yang membuat sedih, gembira, menyakitkan hati dll. Tulisan ini bukan 
untuk mengekploitasi mas lalu atau juga bukan tujuan negatif.  Tapi, aku
 ingin berlatih menulis kilas balik, aku  mengingatkan  aku sendiri  
SIAPAKAH AKU INI? Aku  tidak layak untuk sombong, Karena aku sendiri 
yang lebih  tahu  banyak tentang latar belakang  diriku sendiri. Modal 
hidupnya cuma modal nekat.
 
 Tahukah kamu, bahwa setelah lulus 
SMP aku pergi ke Solo untuk HUNTING, hunting dalam artian yang sangat 
luas: mendapat kenyamanan, uang, ilmu, harga diri , kesuksesan hidup 
dll.
 
 Kalau diambil hikmahnya ada banyak, tentu diambil yang 
positif-positif saja. Di masa usia sekitar enam belasan tahun, aku 
tinggal di asrama  semacam Islamic boarding house, semua penghuni  
adalah laki-laki  yang berjumlah sekitar 20 orang, kami dituntut  saling
 kerja sama baik dalam suka dan duka. Rata-rata kami mampu memasak 
dengan berbagai menu. Karena, kami sering tanya kepada penjual sayur 
tentang bumbu-bumbu.
 
 Sering, kami kehabisan uang untuk membeli 
sayur atau beras terkadang keliling kota Solo untuk mencari beras yang 
paling murah alias beras jatahnya PNS. Sedangkan untuk lauk cukup 
membeli sayur beberapa bungkus saja lalu ditambahi garam, salah satu 
sahabat yang sering menambahi garam adalah Mas Taufiq  Triwdodo. Kabar 
terakhir, Mas Taufiq sekarang sudah sukses. hidup dalam kecukupan.
BERKACA DARI “HABIBI DAN AINUN”(Upaya Pembentukan Keluarga Bahagia) Oleh Maskatno Giri -mas guru SMAN 1 Girimarto Wonogiri
Aku belajar
dari kehidupan seorang tokoh besar salah satunya dari bp. Prof . Habibi.
Di suatu
kesempatan, aku mengikuti acara bedah buku "Habibi dan Ainun". Kebetulan aku duduk paling depan, maksudnhya di deepan komputer. Karena bedah bukunya via internet.  Bp.  Habibi kurang lebih menyatakan bahwa selama beliau menikah 48 tahun
10 hari dengan istri tercintanya, beliau belum pernah  betengkar, kalau
beda pendapat sedikit-sedikit biasa. Setelah beliau ditinggal istrinya, betapa
Habibi merasa sangat terpukul. Beliau berkonsultasi  dengan psikiater atas
problem kejiwaanya. Kata seorang psikiater karena kondisi terpukul pada jangka
lama bisa menjadi stress sangat berat. Akhirnya, beliau disarankan
menulis  novel biografi  HABIBI dan  AINUN.
Aku menjadi
benar-benar termotivasi untuk  meniru setidak-tidaknya meneladani tokoh
yang masih hidup,   seperti bp. Habibi  yang sanggup menjadi
suami setia luar biasa. Padahal, kalau mau  beliau  bisa saja mejadi
suami yang suka selingkuh. Apalagi, beliau lumayan kaya. Tapi, beliau tidak
melakukannya.
Ternyata,  usia pernikahanku  sudah lumayan lama lho, lebih dari dua belas tahun dan  telah dikarunia empat anak. Namun, Alhamdulillah kehidupan rumah tanggaku  membahagiakan sekali. Aku dan istriku belum
pernah bertengkar. Semoga selama  usia pernikahan kami diberi barokah
tanpa pertengkaran seperti dalam kisah Habibi-Ainun. Aku yakin bahwa 
untuk membangun keluarga sakinah pondasinya adalah bukan harta benda, saling
pengertian atas dasar niat baik sebagai hamba Allah swt. dan pasti pemahaman
agama yang benar melalui proses pembelajaran.  Aku dan istriku
menikah tidak melalui pacaran. Kami dijodohkan, namun kita saling tahu latar
belakang kita  masing-masing. Kami yakin  cinta bisa dibangun.
Nyatanya tanpa pacaran, selama 10 tahun bisa bahagia.
Sekali
lagi,  kisah Habibi dan Ainun memberikan motivasi dan pencerahan
kembali  bagi keluarga kami.  Kami suami dan istri setiap saat 
mengadakan refleksi bahwa kita punya tujuan yang sama yakni bahagia tidak hanya
di dunia tapi jg di  akherat, maka kami berusaha mencari ridla 
Allah. Lalu tidak memiliki niat mau macam-macam atau main-main dalam membangun
kehidupan rumah tanggga kami.
Berikut 
ini  modal penulis untuk mengarungi bahtera rumah tangga, yang terbukti
menjadikan kami bahagia bersama istri dan anak-anak tercinta  melalui
rumus 16 M:
- Menjaga nilai kejujuran dan apa adanya , berkomunikasi terbuka pada keluarga
- Menjaga aib masing-masing baik pasangan maupun keluarga
- Menciptakan kondisi yang menyenangkan
- Menjaga emosi kemarahan yang tidak proporsional, tidak banyak menuntut, dan berebut untuk mengalah bukan menang-menangan.
- Mengutamakan kebersamaan keluarga
- Membuat komitmen jangka panjang
- Menghadapi masalah secara bijak
- Memegang teguh agama dan berusaha menjadi Sholeh dan Sholihah
- Memperhatikan penuh ke anak dan masa depannya
- Menjalani hidup dalam kesederhanaan dan tidak mengejar harta semata
- Menjaga kepekaan sosial pada lingkungan sekitar
- Membiasakan gaya hidup sehat (baik jasmani dan ruhani) pada keluarga
- Mengembangkan sikap saling membantu dan tolong menolong
- Mengutamakan musyawarah tidak otoriter
- Memilih lokasi tempat tinggal yang baik
- Menjalin ikatan silaturahmi keluarga istri maupun suami dengan baik
Selama ini
kami sekeluarga berusaha memraktikkan yang kutulis  seperti di atas.
Hasilnya sudah terasa. Banyak orang bilang bahagia menjadikan awet muda dan
membuat fisik lebih sehat. Bukan bermaksud menggurui, karena tulisan ini akan
bermanfaat bagi kami juga. Kami perlu juga intropeksi. Juga tulisan ini akan
dibaca oleh anak-anak kami dan siswa-siswa kami.
Dari kisah
Habibi dan Ainun aku mendapat pembelajaran luar biasa, aku memiliki obsesi
besar mampu menjalani hidup rumah tangga bahagia selamanya,  juga mampu berkisah melalui tulisan. Aku
pikir  obsesiku ini penting  untuk pembelajaran hidup,  juga
termasuk di dalamnya  pada  pembelajaran kehidupan rumah tanggaku. Tulisanku
Iinsya Allah bermanfaat untuk diri sendiri, anak-anakku kelak dan juga untuk
orang lain. Akan kutularkan dan kupromosikan bahwa hidup hanya sekali, maka
seyogyanya kita tidak main-main dalam hidup. Menciptakan kehidupan rumah
tangga  bahagia jauh lebih utama, walau dalam kondisi  harta
pas-pasan.
Jumat, 25 Januari 2013
MENYADARI HANYA BERMODALKAN KEKURANAGN DIRI
Merasa kurang PD akhirnya  kurang berprestasi. Iya kurang PD itulah modalku selama puluhan tahun. Tapi aku sadar bahwa aku harus belajar supaya dari tahun ke tahun lebih PD. Aku hidup bermodalkan banyak kekurangan.
Sering aku dikritisi orang lain. Ini kejadiannya sudah sejak aku remaja. Aku kalau bicara terlalu cepat akhirnya kalimatnya sullit dipahami , juga aku termasuk orang yang kurang konsentrasi, kalau berpikir sering melompat-lompat kurang fokus, dan terkadang terlalu cepat dalam menyimpulkan sesuatu, dan idenya kadang nyleneh. Aku juga memiliki kelemahan bahwa aku kurang PD dengan apa ynag ada pada diriku.
Tidak enak sebenarnya untuk dinikmati sebagai orang yang memiliki kelemahan. Tapi aku sudah dimotivasi sejak muda bahwa kita bisa hidup luar biasa walau modalnya pas-pasan atau kelemahan. Misalnya beride melompat-lompat sepertikubisa dilatih untuk mampuberpikir lebh kreatif. Aku sadar bahwa bagi seorang ortu sepertiku , dengan pemikiran yang kurang fokus dan melompat akan berdampak "membingungkan" untuk anak-anakku dan juga orang lain. Tapi aku yakin, jika aku mau belajar berubah sedikit demi sedikit, aku bisa berpikir lebih fokus, runtut dan reasonable. INi butuh proses.
Sadar atas kelemahan. Akhirnya sejak remaja berobsesi menjadi seorang penulis, ya penulis dengan modal "kenekatan dan kelemahan:" Karena menjadi seorang penulis dituntut mampu nerpikir runtut, tenang dan inovatif. Oh ya aku memiliki kelebihan bahwa aku mampu berpikir kreatif dan inovatif.
Karen sudah kutetapkan dalam hati bahwa orang sukses adalh orang yang mau berubah menjadi lebih baik, menyadarikelemahan diri, dan mau belajar tiada henti. Dan yang terakhir ini sangat penting bahwa kita hidup ada yang MENGUASAI YAKNI ALLAH S.W.T. Mari bedoa supaya Allah menjadikan kita pribadi yang lebih baik.
Sering aku dikritisi orang lain. Ini kejadiannya sudah sejak aku remaja. Aku kalau bicara terlalu cepat akhirnya kalimatnya sullit dipahami , juga aku termasuk orang yang kurang konsentrasi, kalau berpikir sering melompat-lompat kurang fokus, dan terkadang terlalu cepat dalam menyimpulkan sesuatu, dan idenya kadang nyleneh. Aku juga memiliki kelemahan bahwa aku kurang PD dengan apa ynag ada pada diriku.
Tidak enak sebenarnya untuk dinikmati sebagai orang yang memiliki kelemahan. Tapi aku sudah dimotivasi sejak muda bahwa kita bisa hidup luar biasa walau modalnya pas-pasan atau kelemahan. Misalnya beride melompat-lompat sepertikubisa dilatih untuk mampuberpikir lebh kreatif. Aku sadar bahwa bagi seorang ortu sepertiku , dengan pemikiran yang kurang fokus dan melompat akan berdampak "membingungkan" untuk anak-anakku dan juga orang lain. Tapi aku yakin, jika aku mau belajar berubah sedikit demi sedikit, aku bisa berpikir lebih fokus, runtut dan reasonable. INi butuh proses.
Sadar atas kelemahan. Akhirnya sejak remaja berobsesi menjadi seorang penulis, ya penulis dengan modal "kenekatan dan kelemahan:" Karena menjadi seorang penulis dituntut mampu nerpikir runtut, tenang dan inovatif. Oh ya aku memiliki kelebihan bahwa aku mampu berpikir kreatif dan inovatif.
Karen sudah kutetapkan dalam hati bahwa orang sukses adalh orang yang mau berubah menjadi lebih baik, menyadarikelemahan diri, dan mau belajar tiada henti. Dan yang terakhir ini sangat penting bahwa kita hidup ada yang MENGUASAI YAKNI ALLAH S.W.T. Mari bedoa supaya Allah menjadikan kita pribadi yang lebih baik.
Kamis, 24 Januari 2013
MENAJAMKAN INDERA MENUJU KESYUKURAN Oleh Maskatno Giri
Ini kisah nyata. Hampir  setiap hari aku bertemu dengan tetanggaku yang lahir cacat, temanku yang nasibnya kurang beruntung dalam mencari kerja, muridku yang malang tanpa orang tua, tetanggaku yang ditinggal anaknya dll. Terkadang, aku tidak terlintas  untuk belajar memahami  arti kehidupan dunia.
Berangkat dari kesadaran bahwa manusia lahir dengan modal cobaan , kenikmatan, kelebihan dan kekurangan. Maka idealnya setiap manusia seharusnya hidup dalam kesyukuran. Yang membuat aku termotivasi untuk tidak banyak mengeluh adalah karena aku berusaha memperhatikan, merasakan, membayangkan betapa kita masih beruntung dan mestinya banyak bersyukur dan bersyukur.
Alahmdulillah kita masih diberi kesempatan hidup, alhamdulillah kita masih diberi kemampuan merenung, berpikir, Alhamdulillah kita masih diberi nikmat hidayah dll. Pokoknya aku akan berusaha menasihati diri bahwa ' TAK ADA WAKTU UNTUK MENGHUJAT DIRI SENDIRI, LEBIH JAUH LAGI KEPADA ALLAH SW.T. ALLAH MAHA ADIL. Aku adalah aku yang harus bertanggung jawab seluruh yang sudah menjadi jatahku dari pemberian ALLAH s.w.t baik berupa kekurangan dan kelebihan . Aku harus menerima kenyataan dengan penuh kesyukuran.
Namun, walau modal ku untuk hidup hanya sebatas apa adanya alias serba pas-pasan, tentu akau harus memaksimalkan modal biasa ini untuk menjadi luar biasa. Sebagai wujud syukur, aku harus lebih rajin beribadah bermuamalah, mencari rezeki barokah dan berusaha menjalali kehidupan yang sakinah mawadah dan warahmah. Kalu kita sudah sanggup menjadi pribadi yang selalu bersyukur, berarti kita layak mendapat keluarbiasaan dari ALLLAh s.w.t.
WAktu tidak bisa mundur. Waktu berjalan. Kita tahau-tahu sudah tua. kayaknay baru saja kita menjadi anak-anak. Kini aku sudah memiliki banyak anak. Baru saja kayaknuya menjadi murid SMA, kini aku menjadi guru SMA. Bersyukur, bersyukur, dan berusaha terus menerus bersyukur. Buat apa hidup tanpa kesyukuran. Kesyukuran akan menghantarkan kepada kemujuran.
Berangkat dari kesadaran bahwa manusia lahir dengan modal cobaan , kenikmatan, kelebihan dan kekurangan. Maka idealnya setiap manusia seharusnya hidup dalam kesyukuran. Yang membuat aku termotivasi untuk tidak banyak mengeluh adalah karena aku berusaha memperhatikan, merasakan, membayangkan betapa kita masih beruntung dan mestinya banyak bersyukur dan bersyukur.
Alahmdulillah kita masih diberi kesempatan hidup, alhamdulillah kita masih diberi kemampuan merenung, berpikir, Alhamdulillah kita masih diberi nikmat hidayah dll. Pokoknya aku akan berusaha menasihati diri bahwa ' TAK ADA WAKTU UNTUK MENGHUJAT DIRI SENDIRI, LEBIH JAUH LAGI KEPADA ALLAH SW.T. ALLAH MAHA ADIL. Aku adalah aku yang harus bertanggung jawab seluruh yang sudah menjadi jatahku dari pemberian ALLAH s.w.t baik berupa kekurangan dan kelebihan . Aku harus menerima kenyataan dengan penuh kesyukuran.
Namun, walau modal ku untuk hidup hanya sebatas apa adanya alias serba pas-pasan, tentu akau harus memaksimalkan modal biasa ini untuk menjadi luar biasa. Sebagai wujud syukur, aku harus lebih rajin beribadah bermuamalah, mencari rezeki barokah dan berusaha menjalali kehidupan yang sakinah mawadah dan warahmah. Kalu kita sudah sanggup menjadi pribadi yang selalu bersyukur, berarti kita layak mendapat keluarbiasaan dari ALLLAh s.w.t.
WAktu tidak bisa mundur. Waktu berjalan. Kita tahau-tahu sudah tua. kayaknay baru saja kita menjadi anak-anak. Kini aku sudah memiliki banyak anak. Baru saja kayaknuya menjadi murid SMA, kini aku menjadi guru SMA. Bersyukur, bersyukur, dan berusaha terus menerus bersyukur. Buat apa hidup tanpa kesyukuran. Kesyukuran akan menghantarkan kepada kemujuran.
Jumat, 18 Januari 2013
Mendesak Untuk Menulis Catatan Harian Demi Kebaikan Oleh Maskatno Giri
Sebetulnya aku memiliki  salah satu kebiasaan baik, di antaranya menulis buku harian. Kini dengan adanya internet benar-benar membantuku untuk menulis catatan harian ku, tentu melalui blog pribadiku ini. Tahukah anda kenapa aku harus menulis buku atau catatan harian?
Catatan harian itu sangat penting. Setiap orang mestinya memiliki catatan harian. Catatan ini fungsinya banyak: setiap orang perlu refleksi dan evaluasi diri, setiap orang perlu menasihati dan memotivasi diri, setiap orang perlu memiliki rencana indah di masa depan, setiap orang perlu berbagi dan setiap orang pernah memiliki janji dan hutang. Maka bila seseorang menyepelekan catatan harian bisa dipastikan hidupnya kurang berkualitas dan sering-sering melanggar janji baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Mungkin di antara kita membantah. Zaman dulu belum ada buku harian tapi orang-orangnya juga berkualitas? Itulah pertanyaan orang yg kurang cerdas. Zaman dulu sebenarnya sudah ada catatan harian tapi masih berupa simbol-simbol. Simbol tersebut di catat dlm dinding, kayu, kulit dll. Namun, kadang catatan itu baru sebatas dalam kode-kode tertentu di catat dalam otak saja, cara ini sangat lemah karena orang sering lupa.
Zaman sekarang sudah ada buku murah, internet gratis, dan kalau seseorang tidak memiliki catatan harian dia layak menjadi manusia terbelakang. Dan, Alhamdulillah kini aku sudah terbiasa memotivasi diri, anak-anaku , dan juga para siswa tercinta. Aku tidak hanya sebatas teori aku sudah praktik untuk menulis catatan harian baik melalui buku maupun blog pribadiku. Siapa tahu, suatu saat nanti buku harianku bisa menghasilkan uang atau dapat dipasarkan.Tentu catatan yang bersifat bukan pribadi..
Kini tulisanku sudah ratusan lembar bahkan ribuan lembar. Ternyata juga bermanfaat bagi orang lain, karena di blog pribadiku ini, sudah ada lebih dari dua puluh satu ribu pembaca. Coba kita bisa membayangkan bila seratusan saja kena pengaruh positf dari blogku berarti sudah ratusan pahala dari Allah s.w.t. Ayo berlomba menulis untuk mengharap pahala dan ridlo dari Allah s.w.t semata.
Catatan harian itu sangat penting. Setiap orang mestinya memiliki catatan harian. Catatan ini fungsinya banyak: setiap orang perlu refleksi dan evaluasi diri, setiap orang perlu menasihati dan memotivasi diri, setiap orang perlu memiliki rencana indah di masa depan, setiap orang perlu berbagi dan setiap orang pernah memiliki janji dan hutang. Maka bila seseorang menyepelekan catatan harian bisa dipastikan hidupnya kurang berkualitas dan sering-sering melanggar janji baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Mungkin di antara kita membantah. Zaman dulu belum ada buku harian tapi orang-orangnya juga berkualitas? Itulah pertanyaan orang yg kurang cerdas. Zaman dulu sebenarnya sudah ada catatan harian tapi masih berupa simbol-simbol. Simbol tersebut di catat dlm dinding, kayu, kulit dll. Namun, kadang catatan itu baru sebatas dalam kode-kode tertentu di catat dalam otak saja, cara ini sangat lemah karena orang sering lupa.
Zaman sekarang sudah ada buku murah, internet gratis, dan kalau seseorang tidak memiliki catatan harian dia layak menjadi manusia terbelakang. Dan, Alhamdulillah kini aku sudah terbiasa memotivasi diri, anak-anaku , dan juga para siswa tercinta. Aku tidak hanya sebatas teori aku sudah praktik untuk menulis catatan harian baik melalui buku maupun blog pribadiku. Siapa tahu, suatu saat nanti buku harianku bisa menghasilkan uang atau dapat dipasarkan.Tentu catatan yang bersifat bukan pribadi..
Kini tulisanku sudah ratusan lembar bahkan ribuan lembar. Ternyata juga bermanfaat bagi orang lain, karena di blog pribadiku ini, sudah ada lebih dari dua puluh satu ribu pembaca. Coba kita bisa membayangkan bila seratusan saja kena pengaruh positf dari blogku berarti sudah ratusan pahala dari Allah s.w.t. Ayo berlomba menulis untuk mengharap pahala dan ridlo dari Allah s.w.t semata.
Rabu, 16 Januari 2013
ORANG TUA DAN PENDIDIKAN KARAKTER (telah dimuat di Majalah RESPON edisi Januari 2013) Oleh: Maskatno Giri mas guru SMAN 1 Girimarto
            Kata kunci dari  Undang-undang Sisdiknas Pasal 3 No 20 Tahun
2003 adalah iman, taqwa dan berbudi luhur. Modal inilah yang ditekankan di
berbagai lembaga pendikan dalam penerapan pendidikan karakter. Namun, peserta
didik  ditekankan pula untuk memiliki modal
yang lain: sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta bertanggung jawab.
Ditambahkan, dalam  UU tersebut
dinyatakan  bahwa fungsi pendidikan
nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 
            Kemudian sipakah yang paling
bertanggung jawab atas keberhasilan pendidikan karakter? Jelas, orang tua
adalah salah satu pemegang kuncinya.
            Orang tua  adalah 
tokoh penting,  mereka  merupakan  salah satu stake
holder (pemangku kepentingan) dalam dunia pendidikan. Para orang tua  seharusnya berperan aktif, saling bekerja sama
dalam memotivasi, mengawasi,  bersama
pengurus komite dan  para pendidik  di lembaga pendidikan tersebut  lalu membentuk kesepakatan guna meraih
keberhasilan pendidikan.
            Bukti
dari keberhasilan pendidikaan adalah terbentuknya karakter (akhlaq mulia) dari
para peserta didik.  Mengenai  pembentukan karakter  dalam program  pendidikan karakter telah menjadi perhatian
pemerintah secara serius. Kemendiknas 
telah menerbitkan  panduan
pelaksanan pendidikan karakter. Pendidikan karakter tersebut adalah mencakup
pada  penanaman kebiasaan-kebiasaan yang
baik sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasar nilai-nilai
yang telah menjadi kepribadiannya. Pendidikan karakter yang baik harus
melibatkan pengetahuan yang baik (moral
knowing), perasaan yang baik (moral feeling)
dan perilaku baik (moral action).
Kebiasaan yang baik yang dimiliki oleh peserta didik  tidak begitu saja mudah diraih kalau hanya
mengandalkan pelaksanaan pendidikan di lembaga pendidikan (baca: sekolah).
Pendidikan di keluarga adalah tempat yang krusial sebagai  pondasi awal meraih suksesnya pendidikan
formal.
Awal Pembentukan 
Karakter
            Tempat terbentuk karakter  pertama seseorang  anak adalah di keluarga, pembentuknya adalah
orang tuanya.  Modeling (keteladanan) adalah proses pendidikan dalam penanaman
karakter atau  budi pekerti . Guru
terbaik pertama sebelum anak memasuki usia sekolah adalah kedua orang tuanya.
Untuk meraih  kesuksesan pendidikan,  idealnya orang tua harus sanggup sebagai
teladan (uswatun hasanah),  dan
memiliki kemauan untuk  belajar menjadi
tokoh pendidikan di keluarga masing-masing.  Orang tua harus memiliki budi pekerti luhur
dulu sebelum menuntut kepada anak-anaknya memiliki keluhuran budi. Setelah
anak-anak memiliki teladan, mereka telah memiliki  pondasi pendidikan yang lebih lengkap lagi. Keberhasilan
pendidikan di keluarga  menentukan
pendidikan di jenjang  pendidikan formal
(sekolah), sehingga peran  pendidik di
sekolah merasa terbantu dalam mengarahkan peserta didik.
            Ada beberapa alasan mengapa orang
tua dianggap tokoh penting dalam pembentukan karakter seseorang antara lain:
Pertama, seseorang lahir disusui ibunya, dan pada hakekatnya sang anak telah
menyusu karakter orang tuanya. Kedua, pendidikan terjadi asli dan alami (tanpa
rekayasa) terjadi dalam keluarga. secara alami 
dan asli, anak-anak meniru kebiasaan kedua orang tuanya. Ketiga,
kehidupan rumah tangga  merupakan unit
pendidikan pertama sebelum anak mendapatkan pengaruh dari masyarakat dan
lembaga pendidikan.
            Ada 
sebagian anak yang mengalami proses pendidikan  di 
suatu keluarga seperti di atas tidak berlangsung normal, terutama bagi
sebagian orang tua yang terlalu sibuk, orang tua  terjebak pada rutinitas yang padat sehingga
tidak sempat memperhatikan anaknya dengan cermat.  Proses pendidikan keluarga  tidak 
berjalan secara lancar, anak-anak tidak memperoleh serapan  pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya.
Akhirnya anak-anak  meniru kebiasaan
pengasuhnya  ( salah satunya  meniru perilaku pembantunya).
Bekal Orang Tua Berkarakter
            Sering
dijumpai dalam berbagai kasus, para orang tua 
menyalahkan guru bahkan menuntut tanggung jawab guru di sekolah karena
orang tua merasa bahwa anaknya baik-baik saja dalam keluarga. Anak mereka
merasa  didzalimi, juga mendapat sanksi
dari sekolah karena dianggap berperilaku negatif di sekolah.  Para orang tua merasa sudah mendidik dengan
baik, dan  mereka mengira kesalahan ada
di pendidikan sekolah. Jika komunikasi antara pihak sekolah dan orang tua tidak
berjalan semestinya, akhirnya mereka merasa sudah pada jalur yang benar (on the right tract). Dampaknya bisa
serius. Kepercayaan ke lembaga sekolah semakin menurun.
            Maka
diperlukan pemahaman bahwa orang tua perlu memilki bekal  dalam membentuk anak memilki karakter baik
(akhlaqul Karimah).  Kemudian  bekal apakah yang harus dimiliki  orang tua sebagai pendidik berkarakter d
dalam keluarga? Orang tua setidak-tidaknya memiliki  sembilan bekal yakni:  Kejujuran dan Konsiten, Aktif, Motivasi,
Peduli, Refleksi dan Evaluasi diri , Tekun, danTaqwa.
            Kejujuran dan konsisten adalah modal
kemujuran. Keberhasilan jangka panjang adalah 
kemampuan menjaga kejujuran secara konsisten (istiqomah). Untuk menjaga
keistiqomaan anak dalam menjaga nilai-nilai kebaikan  dan kejujuran, orang tua harus memiliki
bekal  aktif dalam memantau  perkembangan anak, baik secara  perkembangan spiritualnya, intelektualnya
maupun  emosi dan sosial anak. Berikutnya
orang tua harus memiliki bekal motivasi, sebagai orang tua harus memiliki
motivasi tinggi untuk mencetak  generasi
yang berbudi berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
            Peduli  (care)
adalah modal orang tua berupa bentuk perhatian terhadap diri sendiri dan  di luar diri sendiri. Salah satu penyebab
kegagalan pendidikan  di dalam keluarga adalah
karena  kurang  adanya 
kepedulian terhadap anak.  Tidak
ada pendidik yang sempurna, para orang tuapun memiliki kekurangan dan
kelemahan. Maka orang tua yang sukses adalah orang tua yang memiliki modal mulat sariro hangroso wani (berani
refleksi dan evaluasi diri), maksudnya adalah kemauan mengoreksi diri sendiri.
Kalau mereka bersalah harus mengakui diri bahwa mereka bersalah, dan bertekat
untuk menjad lebih baik melalui proses belajar.
            Berikutnya adalah bekal tekun, orang
tua yang tekun/ sungguh-sungguh dalam mendidik anak akan menuju kesuksesan
sebagaimana kata bijak  man jadda wa jadda (barangsiapa yang
sungguh-sungguh akan berhasil). Dan yang terakhir, bekal yang merupakan paling
vital adalah  bekal taqwa. Orang  tua 
yang benar-benar taqwa adalah orang tua unggul, mereka memang layak
menjadi orang tua sejati yang sanggup diteladani.
            Demikian  uraian singkat, semoga bermanfaat guna menuju
bangsa bermartabat. Bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang peduli tentang
pendidikan.
       Wallahu a’lam bishshawab
Selasa, 15 Januari 2013
SAAT MISKIN IDE
Saat ini aku baru miskin  ide untuk menulis, 
karena aku semakin sulit menemukan orang-orang aneh di sekitarku. Orang aneh di sekitarku merupakan pemicu ide krativitasku.  
Mungkin sebab di antaranya sudah insyaf, atau mereka kehilangan 
kreativitas hidup, atau mungkin juga jenuh menjadi orang aneh. Dan, 
keanehan kamu membuat buku harianku semakin hari semakin penuh.
 
Jangan takut menjadi manusia aneh. Ini serius. Nabi Muhammad s.a.w saja dianggap aneh. Tapi, pasti aneh yang positif. Bagi yang merasa sahabatku mungkin muridku jagalah keanehan, keunikanmu, dan keluarbiasaanmu. Yang jelas kata profesorku "Everybody was born with incredible ability and power" barangkali engkulah orangnya calon menjadi manusia besar, yang menjadi sumber inspirasi yang tak pernah habis. Sebagaimana keagungan Rasululah s.a.w , yang akhirnya keanehan beliau menghasilkan tidak hanya ratusan buku namun jutaan buku. Beliau adalah sumber inspirasi yang tak pernah habis.
Jangan takut menjadi manusia aneh. Ini serius. Nabi Muhammad s.a.w saja dianggap aneh. Tapi, pasti aneh yang positif. Bagi yang merasa sahabatku mungkin muridku jagalah keanehan, keunikanmu, dan keluarbiasaanmu. Yang jelas kata profesorku "Everybody was born with incredible ability and power" barangkali engkulah orangnya calon menjadi manusia besar, yang menjadi sumber inspirasi yang tak pernah habis. Sebagaimana keagungan Rasululah s.a.w , yang akhirnya keanehan beliau menghasilkan tidak hanya ratusan buku namun jutaan buku. Beliau adalah sumber inspirasi yang tak pernah habis.
TERIMA KASIH SAHABATKU YANG ANEH
Ucapan terima kasih yang seluas-luasnya layak kuberikan kepada sahabatku  "khusus yang berperilaku aneh" baik dari tetangga dekat maupun yang  jauh, saudara dekat maupun saudara yang  jauh teman dekat maupun yang jauh dll. Kenapa  aku harus  berucap terima kasih?
Suatu kenyataan bahwa puluhan bahkan ratusan tulisanku baik di blog pribadi, di kompasiana, maupun di FB adalah buah dari inspirasi dan ide yang berasal dari polah-tingkah, muna-muni dari sahabatku. Jadi aku merasakan harus bersyukur dan berterima kasih, jika aku memiliki sahabat yang aneh-aneh, baik dalam kebaikan dan kejelekan, yang jelas perilaku dari sahabatku yang aneh-aneh merupakan sumber berharga dari ide tulisanku. Sekali lagi aku harus bersyukur bisa menjadi sahabatnya, karena aku berlatih menjadi pengamat perilaku lalu aku bisa memetik ide dari sahabatku dan akan menuliskannya.
Maka bagi yang kenal aku, aku persilahkan engkau berbuat aneh-aneh. Kalau mau aneh-aneh yang positif engkau akan memanen yang positif pula, namun yang bertindak negatif engkau akan merasakan pula dampaknya. Aku akan menulis keanehanmu untuk bahan pembelajaran diriku sendiri dan untuk sahabat yang lain.
Suatu kenyataan bahwa puluhan bahkan ratusan tulisanku baik di blog pribadi, di kompasiana, maupun di FB adalah buah dari inspirasi dan ide yang berasal dari polah-tingkah, muna-muni dari sahabatku. Jadi aku merasakan harus bersyukur dan berterima kasih, jika aku memiliki sahabat yang aneh-aneh, baik dalam kebaikan dan kejelekan, yang jelas perilaku dari sahabatku yang aneh-aneh merupakan sumber berharga dari ide tulisanku. Sekali lagi aku harus bersyukur bisa menjadi sahabatnya, karena aku berlatih menjadi pengamat perilaku lalu aku bisa memetik ide dari sahabatku dan akan menuliskannya.
Maka bagi yang kenal aku, aku persilahkan engkau berbuat aneh-aneh. Kalau mau aneh-aneh yang positif engkau akan memanen yang positif pula, namun yang bertindak negatif engkau akan merasakan pula dampaknya. Aku akan menulis keanehanmu untuk bahan pembelajaran diriku sendiri dan untuk sahabat yang lain.
Minggu, 13 Januari 2013
NIAT POSITIF MENJADI BAHAGIA
Keinginan sejak remajaku   ingin menjadi manusia yang bahagia di masa tua. Walau aku miskin, aku ingin sekali menjadi manusia yang bahagia. Kalau bicara masalah kemiskinan, aku sudah kenyang dengan kemiskinan sejak aku kecil. Aku memiliki keyakinan yang kuat bahwa untuk menjadi bahagia tidak harus kaya harta. Namun, kaya ide, kreativitas, ilmu,  sahabat  menurutku prasarat penting menjadi bahagia.
Kini, aku sudah semakin tua, aku sudah memiliki empat anak. Ternyata harapanku ketika masih muda Menjadi kenyataan. Bener, aku hidup dalam kebahagiaan, di antara penyebabnya kami sekeluarga berusaha menjadi manusia yang bersyukur. Jadi, kesimpulannya syukur kunci bahagia.
Ternyata keinginan yang kuat di waktu muda bisa menjadi kenyataan di masa tua. Keinginan hidup dalam kebahagiaan, dan juga keinginan mau berbagi adalah keinginana positif. Allah Maha Mengetahui dan Kuasa untuk menjadikan setiap keinginan positif kita menjadi kenyataan.
Mulai saat ini, tidak ada waktu yang telat unutk memiliki keinginan positif, mari tulis dan niatkan bahwa kita layak menjadi manusia yang bahagia di masa tua dan lebih jauh lagi bahagia di akherat.
Kini, aku sudah semakin tua, aku sudah memiliki empat anak. Ternyata harapanku ketika masih muda Menjadi kenyataan. Bener, aku hidup dalam kebahagiaan, di antara penyebabnya kami sekeluarga berusaha menjadi manusia yang bersyukur. Jadi, kesimpulannya syukur kunci bahagia.
Ternyata keinginan yang kuat di waktu muda bisa menjadi kenyataan di masa tua. Keinginan hidup dalam kebahagiaan, dan juga keinginan mau berbagi adalah keinginana positif. Allah Maha Mengetahui dan Kuasa untuk menjadikan setiap keinginan positif kita menjadi kenyataan.
Mulai saat ini, tidak ada waktu yang telat unutk memiliki keinginan positif, mari tulis dan niatkan bahwa kita layak menjadi manusia yang bahagia di masa tua dan lebih jauh lagi bahagia di akherat.
Jumat, 11 Januari 2013
Menjadi Bermakna Melalui Tulisan
Walau sudah ngantuk, tetep mau belajar menulis. Tahukah anda bahwa suatu saat nanti aku akan menjadi seorang penulis ? 
Ya bener, berawal aku menjadi penulis di blog pribadi kini ada titik cerah menanti. Karena aku telah melakukkan sesuatu yang besar walau berawal dari tulisan yang sederhana. Aku layak menjadi manusia besar. Aku berusaha juga menjadikan orang lain menjadi lebih besar. Aku telah memotivasi diriku sendiri dan orang lain untuk menjadi lebih baik dan bersemangat.
Tulisan yang mendominasi tulisanku adalh motivasi. Aku kayaknya layak menjadi seorang motivator, karena hidupku hanya bermodalkan motivasi atau kenekatan.
Ya bener, berawal aku menjadi penulis di blog pribadi kini ada titik cerah menanti. Karena aku telah melakukkan sesuatu yang besar walau berawal dari tulisan yang sederhana. Aku layak menjadi manusia besar. Aku berusaha juga menjadikan orang lain menjadi lebih besar. Aku telah memotivasi diriku sendiri dan orang lain untuk menjadi lebih baik dan bersemangat.
Tulisan yang mendominasi tulisanku adalh motivasi. Aku kayaknya layak menjadi seorang motivator, karena hidupku hanya bermodalkan motivasi atau kenekatan.
Selasa, 08 Januari 2013
SELAMAT BERBAHAGIA! ANDA ADALAH JUARA SEJATI
 Juara sejati adalah  juara sepanajng masa itu tidak harus mendapat 
tropi. Menurutku kamu semua bisa menjadi juara sejati, karena definisi 
juara sejati adalah seseorang yang memiliki kelebihan/ potensi kebaikan 
khas yang bisa menyelamatkan, membahagiakan dirinya sendiri dan orang 
lain dari kehidupan saat ini dan kehidupan sesudah mati. So, bila ingin 
lebih berbahagia dalam hidup jadilah juara sejati.
 
 Namun, untuk
 menjadi juara sejati membutuhkan kebiasaan unik. Tahukah anda apakah 
kebiasaan para juara sejati:1. Gila belajar setiap saat, 2. Waktunya 
efektif 3. Biasa beda yg positif dgn orang biasanya 4. Tidak mudah kena 
bujuk rayu negatif. 5. Tangguh, sabar dan tekun 6. Setiap tindakan dalam
 rangka menjaga nama baik pribadi, keluarga, dan masyarakat.
 
 
Semoga, kita semua menjadi juara sejati , motivasi ini untuk kalangan 
sendiri (terutama untuk anak-anakku n remajaku tercinta ) yen ora bolo 
ora tak kandani.
Metode Mendidik Akhlak Anak Januari 25, 2008 oleh riwayat
- Pendahuluan
Pendidikan
 merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan pribadi seseorang. Kebutuhan 
yang tidak dapat diganti dengan yang lain. Karena pendidikan merupakan 
kebutuhan setiap individu untuk mengembangkan kualitas, pontensi dan 
bakat diri. Pendidikan  membentuk manusia dari tidak 
mengetahui menjadi mengetahui, dari kebodohan menjadi kepintaran dari 
kurang paham menjadi paham, intinya adalah pendidikan membentuk jasmani 
dan rohani menjadi paripurna. Sebagaimana  tujuan pendidikan, menurut Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) UU RI NO. 20 TH. 2003 BAB II Pasal 3  dinyatakan
”
 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk 
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan 
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik 
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha 
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan 
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”[1]
Tujuan  pendidikan setidaknya
 terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan bertujuan mengembangkan aspek 
batin/rohani dan pendidikan bersifat jasmani/ lahiriyah. Pendidikan 
bersifat rohani merujuk kepada kualitas kepribadian, 
karakter, akhlak dan watak, kesemua itu menjadi bagian penting dalam 
pendidikan, kedua pengembangan terfokus kepada aspek jasmani, seperti 
ketengkasan, kesehatan, cakap, kreatif. Pengembangan tersebut dilakukan 
di institusi sekolah dan di luar sekolah seperti di dalam keluarga, dan 
masyarakat.
Tujuan  pendidikan
 berusaha membentuk pribadi berkualitas baik jasmani dan rohani. Dengan 
demikian secara konseptual pendidikan mempunyai peran strategis dalam 
membentuk anak didik menjadi manusia berkualitas, tidak saja berkualitas
 dalam segi skill, kognitif, afektif, tetapi juga aspek spiritual. Hal 
ini membuktikan pendidikan mempunyai andil besar dalam mengarahkan anak 
didik mengembangkan diri berdasarkan potensi dan bakatnya. 
Melalui pendidikan anak memungkinkan menjadi pribadi soleh, pribadi, 
berkualitas secara skill, kognitif dan spiritual.
Tetapi realitas di masyarakat membuktikan pendidikan  belum
 mampu menghasilkan anak didik berkualitas secara keseluruhan. Kenyataan
 ini dapat dicermati dengan banyaknya perilaku tidak terpuji terjadi di 
masyarakat, sebagai contoh merebaknya pengguna narkoba, penyalahgunaan 
wewenang, korupsi, manipulasi, perampokan, pembunuhan, pelecehan 
seksual, pelanggaran Hak Azasi Manusia, penganiayaan terjadi setiap 
hari. Realitas ini memunculkan anggapan bahwa pendidikan belum mampu membentuk anak didik berkepribadian  paripurna.
Pendidikan diposisikan sebagai institusi yang dianggap gagal membentuk anak didik  berakhlak mulia. Padahal tujuan pendidikan di antaranya adalah membentuk pribadi berwatak, bermartabat beriman dan bertakwa  serta
 berakhlak. Dalam tulisan ini tidak bermaksud untuk mencari dan meneliti
 penyebab gagalnya pendidikan secara keseluruhan, tidak juga ditujukan 
untuk meneliti aspek penyebab kegagalan, atau latar belakang kebijakan 
pendidikan sehingga pendidikan menjadi carut marut.
Tetapi pembahasan ini akan difokuskan kepada metode membentuk pribadi berakhlak mulia. Berakhlak mulia  merupakan
 bagian dari tujuan pendidikan di Indonesia, tujuan tersebut membutuhkan
 perhatian besar berbagai pihak dalam rangka mewujudkan manusia 
berskill, kreatif, sehat jasmani dan rohani sekaligus 
berakhlak mulia. Penulis beranggapan bahwa inti dari pendidikan adalah 
pendidikan akhlak, sebab tidak ada artinya skill hebat jika tidak 
berakhlak mulia. Tidak ada artinya mempunyai generasi hebat, jenius, 
kreatif tetapi tidak berakhlak mulia.
Berdasarkan
 alasan tersebut penulis menganggap bahwa akhlak merupakan bagian 
terpenting dalam kehidupan ini. Kenapa penulis berasumsi demikian? 
Karena tanpa akhlak dunia akan hancur, dunia akan menjadi seperti 
neraka, dunia akan menjadi ladang pemuasan keinginan tak terkendali, 
baik kendali keagamaan, adat maupun moral. Kalau disuruh memilih dua 
pilihan, pilihan pertama pemimpin berakhlak mulia, tetapi 
berpendidikan diploma, pilihan kedua pemimpin bergelar strata 
tiga/Doktor tetapi berakhlak buruk, suka berzina, korupsi dan perilaku 
jelek lainnya, pasti orang sehat akalnya akan memilih pemimpin 
berpendidikan diploma, daripada pemimpin bergelar Doktor/S.3 tetapi 
berakhlak buruk.
Dari
 perumpamaan tersebut memperjelas dan menguatkan asumsi bahwa akhlak 
mulia menempati urutan teratas jika dibandingkan dengan skill. Di mana 
pun tempatnya akhlak mulia mendapatkan tempat dihati masyarakat. Untuk 
itu perlu kiranya langkah dan terobosan lebih maju untuk mendidik anak 
didik mempunyai akhlak mulia. Perlu adanya metode yang tepat untuk 
mendidik anak agar berakhlak mulia. Metode yang dapat diandalkan dan mudah di lakukan. Di samping itu perlu adanya kesamaan antara pendidikan di rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat, sehingga dimungkinkan pendidikan jalan searah dalam mencapai tujuan.
Ada
 kecenderungan dalam masyarakat bahwa pendidikan adalah di sekolah, di 
sekolah anak sudah cukup mendapatkan pendidikan, mulai dari pendidikan 
skill sampai pendidikan akhlak. Padahal pendidikan disekolah hanya satu 
bagian dari bentuk pendidikan, adanya ketergantungan orang tua dalam 
mendidik anak kepada sekolah berakibat pengabaian pendidikan di rumah 
dan masyarakat, padahal pendidikan di sekolah hendaknya bersesuaian 
dengan pendidikan di sekolah, paling tidak ada semacam kesamaan. Adalah 
mustahil pendidikan di sekolah dapat berhasil maksimal sedangkan 
pendidikan di rumah dan sekolah tidak mendukung.
Sebagai
 contoh anak di sekolah mendapat pelajaran salat dari guru agamanya, 
mulai dari persiapan hingga bacaan salat dan gerakan salat. Anak yang 
telah mendapatkan ilmu tentang salat diharuskan untuk mempraktekkannya 
dalam kehidupan sehari-hari. Ketika anak pulang dari sekolah, kemudian 
datang waktu salat, anak melihat ayah, ibu dan saudaranya tidak salat, 
bagaimana perasaan, pikiran anak tadi? Tentu akan timbul banyak anggapan
 dan praduga dan analisa, banyak jawaban dan komentar terhadap peristiwa
 tersebut. Mungkin anak akan enggan melaksanakan salat dengan alasan 
ayah, ibu dan saudaranya juga tidak salat jadi untuk salat. Atau ketika 
seorang guru menasehati anak didiknya untuk tidak merokok, kemudian pada waktu lain, anak didik melihat guru tersebut merokok. Bagaimana sikap siswa pada waktu itu? Bagaimana kesimpulan siswa ketika itu?
Kejadian
 tersebut mungkin saja ada, dan merealitas dalam kehidupan masyarakat, 
terlepas apakah metode yang digunakan di sekolah telah sesuai atau 
tidak, apakah penyelenggaraan pendidikan di sekolah memungkinkan anak 
didik merasa aman, terlindungi, gembira dalam mengembangkan bakat dan 
potensinya, apakah guru sudah mengoptimalkan pembelejaran dengan 
memperhatikan aspek psikomotor, afektif dan kognitif atau tidak, yang 
pasti keadaan keadaan di masyarakat masih sering terjadi perbuatan 
asusila, anarkis, amoral dan berbagai maksiat dan kejahatan. Kejadian 
tersebut memberi sinyal dan gambaran bahwa pendidikan akhlak belum 
menjadi prioritas dalam dunia pendidikan. Pendidikan hanya mengembangkan
 aspek kognitif dibanding aspek psikomotor, afektif, emosi dan religi.
Pendidikan
 dianggap tidak berkualitas, pendidikan telah diangggap gagal? Kegagalan
 tersebut tercermin dari banyaknya perbuatan mungkar, asusila dalam 
kehidupan masyarakat. Keadaan ini memunculkan anggapan bahwa pendidikan 
tidak berkualitas dan gagal. Apakah angapan tersebut berdasarkan? Karena
 kegagalan pendidikan tidak hanya diukur dari sikap moral di masyarakat 
saja.
 Apakah
 pendidikan tidak bermutu sehingga menghasilkan anak didik bermoral 
rendah, berakhlak rendah? Apakah pendidikan tidak mampu menampung dan 
mengakomodasi keinginan dan potensi, bakat dan kemampuan siswa? Apakah 
proses pembelajaran sudah memberi ruang dan waktu bagi berkembangannya 
bermacam potensi dan bakat siswa? Kalau siswa telah mendapatkan haknya 
untuk mengembangkan diri dan potensinya maka pendidikan telah memberi 
makna kepada siswa.
Jamaluddin
 Idris mengatakan agar pembelajaran bermakna dan berpotensi 
mengembangkan bakat siswa paling tidak harus memperhatikan hal-hal 
sebagai berikut; Perkembangan anak didik, kemandirian anak., vitalisasi 
model hubungan demokratis, vitalisasi jiwa aksploratif, kebebasan, 
menghidupkan pengalaman anak, keseimbangan pengembangan aspek personal dan social, Kecerdasan emosional dan spiritual.[2]
Pendidikan
 hendaknya memperhatikan perkembangan anak didik, baik dari segi 
kurikulumnya, metode dan materi ajarnya, perhatian terhadap aspek 
perkembangan anak didik perlu diperhatikan agar terjadi umpan balik yang
 seimbang, umpan balik yang dimaksud adalah adanya respon yang positif dari
 anak didik terhadap pendidikan yang sedang diukutinya, di sisi lain, 
anak didik akan terhindar dari pengabaian pendidikan. Bakat, potensi dan
 minatnya akan tersalurkan jika pendidikan memperhatikan aspek perkembangan anak didik. Guru akan mudah mengajar dan memberikan materi dengan  metode tepat.
Pendidikan
 hendaknya mengembangkan aspek pribadi dengan tidak mengabaikan aspek 
sosial, lebih dari itu pendidikan hendaknya mengembangkan aspek emosi 
dan religi anak. Agama adalah sumber ajaran akhlak mulia, dengan 
pemahaman agama kuat diharapkan anak mempunyai referensi cukup untuk 
mengembangkan kepribadiannya. 
Mengembangkan
 kepribadian mengacu kepada mendidik akhlak. Dalam mendidik akhlak perlu
 sebuah sistem ataupun metode tepat agar proses internalisasi dapat 
berjalan dengan baik, lebih penting adalah anak mampu menerima konsep 
akhlak dengan baik serta mampu mewujudkan dalam kehidupan keseharian.
Tulisan
 ini berusaha menitikfokuskan kepada metode-metode yang mungkin dapat 
digunakan dalam mendidik akhlak anak. Ada titik fokus terhadap metode 
pendidikan tertentu dan tepat sesuai dengan materi dan anak didik amak 
tingkat keberhasilannya lebih besar. Meskipun selama ini anak telah 
mendapatkan materi tentang akhlak di sekolah, di rumah dan tempat 
pengajian, tetapi kenapa anak masih berperilaku melanggar norma adat dan
 agama? Bukankah mereka sudah mendapatkan pendidikan akhlak di sekolah?
- Sekilas Tentang Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu alkhulqu, al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat, keberanian, atau agama.[3] Secara Istilah akhlak menurut Ibnu Maskawaih (421 H) adalah
“suatau
 keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari 
keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi 
dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari 
kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu 
melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka
 jadilah suatu bakat dan akhlak.”[4]
Indikasi
 bahwa akhlak dapat dipelajari dengan metode pembiasaan, meskipun pada 
awalnya anak didik menolak atau terpaksa melakukan suatu perbuatan/ 
akhlak yang baik, tetapi setelah lama dipraktekkan, secara terus-menerus
 dibiasakan akhirnya anak mendapatkan akhlak mulia.
Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin sebagaimana
 dikutip Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari memberikan definisi akhlak 
sebagai”suatu ungkapan tentang keadaan pada jiwa bagian dalam yang 
melahirkan macam-macam tindakan dengan mudah, tanpa memerlukan pikiran 
dan pertimbangan terlebih dahulu”[5]
Dari dua defenisi di atas dapat dipahami bahwa akhlak bersumber dari dalam diri anak dan dapat juga berasal dari lingkungannya. Secara  umum
 akhlak bersumber dari dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik dan 
akhlak buruk, tergantung pembiasaannya, kalau anak membiasakan perilaku 
buruk, maka akan menjadi akhlak buruk bagi dirinya, sebaliknya anak 
membiasakan perbuatan baik, maka akan menjadi akhlak baik bagi dirinya.
Penjelasan
 tersebut mengindikasikan bahwa akhlak dapat dipelajari dan 
diinternalisasikan dalam diri seseorang melalui pendidikan, di antaranya
 dengan metode pembiasaan. Dengan adanya kemungkinan diinternalisasikan nilai-nilai akhlak ke diri anak, memungkinkan pendidik melakukan pembinaan akhlak.
- Jenis Metode Mendidik Akhlak
Abdurrahman
 an-Nahlawi mengatakan metode pendidikan Islam sangat efektif dalam 
membina akhlak anak didik, bahkan tidak sekedar itu metode pendidikan 
Islam memberikan motivasi sehingga memungkinkan umat Islam mampu 
menerima petunjuk Allah. Menurut Abdurrahman an-Nahlawi metode 
pendidikan Islam adalah metode dialog, metode kisah Qurani dan Nabawi, 
metode perumpaan Qurani dan Nabawi, metode keteladanan, metode aplikasi 
dan pengamalan, metode ibrah dan nasihat serta metode targhib dan tarhib.[6] Dari kutipan
 tersebut tergambar bahwa Islam mempunyai metode tepat untuk membentuk 
anak didik berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam. dengan metode 
tersebut memungkinkan umat Islam/masyarakat Islam mengaplikasikannya 
dalam dunia pendidikan. Dengan demikian diharapkan akan mampu memberi 
kontribusi besar terhadap perbaikan akhlak anak didik, untuk memperjelas
 metode-metode tersebut akan di bahas sebagai berikut:
- 
- Metode Dialog Qurani dan Nabawi
 
Metode
 dialog adalah metode menggunakan tanya jawab, apakah pembiacaaan antara
 dua orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan 
topik pembicaraan tertentu. Metode dialog berusaha menghubungakn 
pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi 
pelaku dan pendengarnya.[7] Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan.
 Abdurrrahman
 an-Nahlawi mengatakan pembaca dialog akan mendapat keuntungan 
berdasarkan karakteristik dialog, yaitu topic dialog disajikan dengan 
pola dinamis sehingga materi tidak membosankan, pembaca tertuntun untuk 
mengikuti  dialog hingga selesai, melalui dialog perasaan 
dan emosi pembaca akan terbangkitkan, topic pembicaraan disajikan 
bersifat realistik dan manusiawi.[8] Dalam  al-Quran banyak memberi informasi tentang dialog, di antara bentuk-bentuk dialog tersebut adalah dialog khitabi, taabbudi, deskritif, naratif, argumentative serta dialog Nabawiyah.[9]  Metode dialog sering dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dalam mendidik akhlak para sahabat. Dialog  akan memberi kesempatan kepada anak didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami.
- 
- Metode kisah Qurani dan Nabawi
 
 Dalam
 al-Quran banyak ditemui kisah menceritakan kejadian masa lalu, kisah 
mempunyai daya tarik tersendiri yang tujuannnya mendidik akhlak, 
kisah-kisah para Nabi dan Rasul sebagai pelajaran berharga. Termasuk 
kisah umat yang inkar kepada Allah beserta akibatnya, kisah tentang 
orang taat dan balasan yang diterimanya. Seperti cerita Habil dan Qobil,
“Ceritakanlah
 kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang 
Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari 
salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang 
lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata 
Habil: “Sesungguhnya Allah Hanya menerima (korban) dari orang-orang yang
 bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk 
membunuhku, Aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu 
untuk membunuhmu. Sesungguhnya Aku takut kepada Allah, Tuhan seru 
sekalian alam. Sesungguhnya Aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa)
 dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka kamu akan menjadi penghuni 
neraka, dan yang demikian Itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim.
 Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh 
saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, Maka jadilah ia seorang di antara 
orang-orang yang merugi.”[10]
Ayat di atas merupakan contoh
 dalam ayat Al-Quran yang berhubungan dengan kisah. Kisah dalam al-Quran
 mengandung banyak pelajaran. Kisah dalam al-Quran dapat menjadi 
pelajaran bagi manusia. Abdurrahman an-Nahlawi mengatakan kisah 
mengandung aspek pendidikan yaitu dapat mengaktifkan dan membangkitkan 
kesadaran pembacanya, membina perasaan ketuhanan dengan cara 
mempengaruhi emosi, mengarahkan emosi, mengikutsertakan psikis yang 
membawa pembaca larut dalam setting emosional cerita, topic cerita 
memuaskan pikiran. Selain itu kisah dalam al-Quran 
bertujuan mengkokohkan wahyu dan risalah para Nabi, kisah dalam al-Quran
 memberi informasi terhadap agama yang dibawa para Nabi berasal dari 
Allah, kisah dalam al-Quran mampu menghibur umat Islam yang sedang sedih
 atau tertimpa musibah.[11]
Metode  mendidik
 akhlak melalui kisah akan memberi kesempatan bagi anak untuk berfikir, 
merasakan, merenungi kisah tersebut, sehingga seolah ia ikut berperan 
dalam kisah tersebut. Adanya keterkaitan emosi anak terhadap kisah akan 
memberi peluang bagi anak untuk meniru tokoh-tokoh berakhlak baik, dan 
berusaha meninggalkan perilaku tokoh-tokoh berakhlak buruk.
Cerita mengusung
 dua unsur negatif dan unsur positif, adanya dua unsure tersebut akan 
memberi warna dalam diri anak jika tidak ada filter dari para orang tua 
dan pendidik. Metode mendidik akhlak melalui cerita/ kisah berperan 
dalam pembentukan akhlak, moral dan akal anak.[12]
 Dari kutipan tersebut dapat diambil pemahaman bahwa cerita/kisah dapat 
menjadi metode yang baik dalam rangka membentuk akhlak dan kepribadian 
anak.
Cerita
 mempunyai kekuatan dan daya tarik tersendiri dalam menarik simpati 
anak, perasaannya aktif, hal ini memberi gambaran bahwa cerita disenangi
 orang, cerita dalam al-Quran bukan hanya sekedar memberi hiburan, 
tetapi untuk direnungi, karena cerita dalam al-Quran memberi pengajaran 
kepada manusia. Dapat dipahami bahwa cerita dapat 
melunakkan hati dan jiwa anak didik, cerita tidak hanya sekedar 
menghibur tetapi dapat juga menjadi nasehat, memberi pengaruh terhadap 
akhlak dan perilaku anak, dan terakhir kisah/ cerita merupakan sarana ampuh dalam pendidikan, terutama dalam pembentukan akhlak anak.
3. Metode Mauizah 
Dalam tafsir al-Manar
 sebagai dikutip oleh Abdurrahman An-Nahlawi dinyatakan bahwa nasihat 
mempunyai beberapa bentuk dan konsep penting yaitu, pemberian nasehat 
berupa penjelasan mengenai kebenaran dan kepentingan sesuatu dengan 
tujuan orang diberi nasehat akan menjauhi maksiat, pemberi nasehat 
hendaknya menguraikan nasehat yang dapat menggugah perasaan afeksi dan 
emosi, seperti peringatan melalui kematian peringatan melalui sakit 
peringatan melalui hari perhitungan amal. Kemudian dampak yang 
diharapkan dari  metode mauizah adalah untuk membangkitkan 
perasaan ketuhanan dalam jiwa anak didik, membangkitkan keteguhan untuk 
senantiasa berpegang kepada pemikiran ketuhanan, perpegang kepada jamaah
 beriman, terpenting adalah terciptanya pribadi bersih dan suci.[13]
Dalam
 al-Quran menganjurkan kepada manusia untuk mendidik dengan hikmah dan 
pelajaran yang baik.“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan 
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang 
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa 
yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui 
orang-orang yang mendapat petunjuk.”[14]
Dari
 ayat tersebut dapat diambil pokok pemikiran bahwa dalam memberi nasehat
 hendaknya dengan baik, kalau pun mereka membantahya maka bantahlah 
dengan baik. Sehingga nasehat akan diterima dengan rela tanpa ada unsur 
terpaksa. Metode mendidik akhlak anak melalui nasehat sangat membantu 
terutama dalam penyampaian materi akhlak mulia kepada anak, sebab tidak 
semua anak mengetahui dan mendapatkan konsep akhlak yang benar.
Nasehat menempati kedudukan tinggi dalam agama karena agama adalah nasehat, hal ini  diungkapkan
 oleh Nabi Muhammad sampai tiga kali ketika memberi pelajaran kepada 
para sahabatnya. Di samping itu pendidik hendaknya memperhatikan 
cara-cara menyampaikan dan memberikan nasehat, memberikan nasehat 
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi, pendidikan hendaknya 
selalu sabar dalam menyampaikan nasehat dan tidak merasa bosan/ putus 
asa.[15] Dengan memperhatikan waktu dan tempat tepat akan memberi peluang bagi anak untuk rela menerima nasehat dari pendidik. 
Muhammad bin Ibrahim al-Hamd mengatakan cara mempergunakan rayuan/ sindiran dalam nasehat, yaitu:
- Rayuan dalam nasehat, seprti memuji kebaikan murid, dengan tujuan agar siswa lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan mengabaikan membicarakan keburukannya.
- Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti jejak mereka.
- Membangkitkansemangat dan kehormatan anak didik.
- Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.
- Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/ melalui sindiran
- Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang melakukan sesuatu berbeda dengan perbuatannya. Kalau hal ini dilakukan akan akan mendorongnya untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.[16]
Dengan
 cara tersebut akan memaksimalkan dampak nasehat terhadap perubahan 
tingkah laku dan akhlak anak, perubahan dimaksud adalah perubahan yang 
tulus ikhlas tanpa ada kepura-puraan, kepura-puraan akan muncul ketika 
nasehat tidak tepat waktu dan tempatnya, anak akan merasa tersinggung 
dan sakit hati kalau hal ini sampai terjadi maka nasehat tidak akan 
membawa dampak apapun, yang terjadi adalah perlawanan terhadap nasehat 
yang diberikan.
- 
- Metode Pembiasaan dengan Akhlak Terpuji
 
Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih, dalam keadaan seperti ini manusia akan mudah menerima kebaikan atau keburukan.
 Karena pada dasarnya manusia mempunyai potensi untuk menerima kebaikan 
atau keburukan hal ini dijelaskan Allah, sebagai berikut:” Dan jiwa 
serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
 itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang
 yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang 
mengotorinya.”[17]
Ayat
 tersebut mengindikasikan bahwa manusia mempunyai kesempatan sama untuk 
membentuk akhlaknya, apakah dengan pembiasaan yang baik atau dengan 
pembiasaan yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa metode 
pembiasaan dalam membentuk akhlak mujlai sangat terbuka luas, dan 
merupakan metode yang tepat. Pembiasaan yang dilakukan sejak dini /sejak
 kecil akan memebawa kegemaran dan kebiasaan tersebut menjadisemacam 
adapt kebiasaan sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari kepribadiannya. Al-Ghazali mengatakan:
” 
Anak adalah amanah orang tuanya . hatinya yang bersih adalah permata 
berharga nan murni, yang kosong dari setiap tulisan dan gambar. Hati itu
 siap menerima setiap tulisan dan cenderung pada setiap yang ia 
inginkan. Oleh karena itu, jika dibiasakan mengerjakan yang baik, lalu 
tumbuh di atas kebaikan itu maka bahagialah ia didunia dan akhirat, 
orang tuanya pun mendapat pahala bersama.”[18]
Kutipan
 di atas makin memperjelas kedudukan metode pembiasaan bagi perbaiakn 
dan pembentuakan akhlak melalui pembiasaan, dengan demikian pembiasaan 
yang dilakukan sejak diniakan berdampak besar terhadap 
kepribadian /akhlak anak ketiak mereka telah dewasa. Sebab pembiasan 
yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat di ingatan dan 
menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dengan demikian
 metode pembiasaan sangat baik dalam rangka mendidik akhlak anak.
- 
- Metode Keteladanan
 
Muhammad
 bin Muhammad al-Hamd mengatakan pendidik itu besr dimata anak didiknya,
 apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena murid akan meniru 
dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya.[19]
 Dengan memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa keteladanan 
mempunyai arti pentng dalam mendidik akhlak anak, keteladanan menjad 
titik sentral dalam mendidik dan membina akhlak anak didik, kalau 
pendidik berakhlak baik ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak 
baik, karena murid meniru gurunya, senbaliknya kalauguru berakhlak buruk
 ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak buruk.
Dengan
 demikian keteladanan menjadi penting dalam pendidikan akhlak, 
keteladanan akan menjadi metode ampuh dalam membina akhlak anak. 
Mengenai hebatnya keteladanan Allah mengutus Rasul untuk menjadi teladan
 yang paling baik, Muhammad adalah teladan tertinggi sebagai panutan 
dalam rangka pembinaan akhlak mulai,” Sesungguhnya Telah ada pada (diri)
 Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang 
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak 
menyebut Allah.”[20]
Keteladanan  sempurna,
 adalah keteladanan Muhammad Saw menjadi acuan bagi pendidik sebagai 
teladan utama, dilain pihak pendidik hendaknya berusaha meneladani 
Muhammad Saw sebagai teladannya, sehingga diharapkan anak didik 
mempunyai figure yang dapat dijadikan panutan.
- 
- Metode Targhib dan Tarhib
 
Targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan. Sedangkan tarhib adalah ancaman, intimidasi melalui hukuman.[21]
 Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa metode pendidikan akhlak 
dapat berupa janji/pahala/hadiah dan dapat juga berupa hukuman. Muhammad
 Rabbi Muhammad Jauhari menyatakan metode pemberian hadiah dan hukuman 
sangat efektif dalam mendidik akhlak terpuji.[22]
Anak 
berakhlak baik, atau melakukan kesalehan akan mendapatkan 
pahala/ganjaran atau semacam hadian dari gurunya, sedangkan siswa 
melanggar peraturan berakhlak jelek akan mendapatkan hukuman setimpal 
dengan pelanggaran yang dilakukannya. Dalam  al-Quran 
dinyatakan orang berbuat baik akan mendapatkan pahala, mendapatkan 
kehidupan yang baik.” Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik 
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan
 kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami 
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang 
Telah mereka kerjakan.”[23]
Berdasarkan ayat di atas dapat  diambil
 konsep metode pendidikan yaitu metode pemberian hadiah bagi siswa 
berprestasi atau berakhlak mulai, dengan adanya hadian akan memberi 
motivasi siswa untuk terus meningkatkan atau paling tidak mempertahankan
 kebaikan akhlak yang telah dimiliki. Di lain pihak, temannya yang 
melihat pemberian hadiah akan termotivasi untuk memperbaiki akhlaknya 
dengan harapan suatu saat akan mendapatkan kesempatan memperoleh hadiah.
 Hadiah diberikan berupa materi, doa, pujian atau yang lainnya.
 Muhammad
 Jamil Zainu mengatakan,”Seorang guru yang baik, harus memuji muridnya. 
Jika ia melihat ada kebaikan dari metode yang ditempuhnya itu,dengan 
mengatakan kepadanya kata-kata “bagus”, “semoga Allah memberkatimu”, 
atau dengan ungkapan “engkau murid yang baik’.[24]
Sanksi
 dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan terlalu lunak akan 
membentuk anak kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. 
Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan 
teguran, kemudian diasingkan, dan terakhir dipukul dalam arti tidak 
untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi 
fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul 
wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas 
dendam. Alternatif lain yang mungkin dapat dilakukan adalah;
- memberi nasehat dan petunjuk.
- Ekspresi cemberut.
- Pembentakan.
- Tidak menghiraukan murid.
- Pencelaan disesuaikan dengan tempat dan waktu yang sesuai.
- Jongkok.
- Memberi pekerjaan rumah/ tugas.
- Menggantungkan cambuk sebagai simbol pertakut.
- Dan alternatif terakhir adalah pukulan ringan.[25]
Dalam  memberi
 sanksi hendaknya dengan cara bertahap, dalam arti diusahakan, dengan 
tahapan paling ringan, diantara tahapan ancaman dalam al-Quran adalah 
diancam dengan tidak diridhoi oleh Allah, diancam dengan murka Allah 
secara nyata, diancam dengan diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya, diancam
 dengan sanksi akhirat, diancam dengan sanksi dunia.[26]
 Kutipan tersebut menunjukkan bahwa dalam melaksanakan hukuman dituntut 
berdasarkan tahapan-tahapan, sehingga ada rasa keadilan dan proses 
sesuai  prosedur hukuman.
- Penutup
Menurut
 Abdurrahman an-Nahlawi metode pendidikan Islam adalah metode dialog, 
metode kisah Qurani dan Nabawi, metode perumpaan Qurani dan Nabawi, 
metode keteladanan, metode aplikasi dan pengamalan, metode ibrah dan 
nasihat serta metode targhib dan tarhib. Dalam 
pemberian sanksi diusahakan tidak mendahulukan sanksi bersifat fisik, 
kalau pun terpaksa hendaknya menghindari bagian muka dan bagian lain 
yang membahayakan anak didik, kemudian pukulan dilaksanakan hanya 
sekedarnya saja, tidak bermaksud balas dendam atau motif lain. 
[1]  Redaksi Sinar Grafika,Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI NO.20 TH.2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 5-6
[2] Jamaluddin Idris, Kompilasi Pemikiran Pendidikan, (Yogyakarta, Banda Aceh: Suluh Press dan Taufiqiyah Sa’adah:2005)., h. 11-15
[3] Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari,Akhaquna,terjemahan. Dadang Sobar Ali, (Bandung: Pustaka Setia,2006)., h. 88
[4] Ibid., 
[5] Ibid.
[6] Abdurrahman An-Nahlawi, Ushulut Tarbiyah Islamiyah Wa Asalibiha fii Baiti wal Madrasati wal Mujtama’ Penerjemah. Shihabuddin, (Jakart: Gema Insani Press:1996)., h.204,
[7] Ibid.,  h.205
[8] Ibid.
[9] Ibid.,lebih lanjut baca Abdurrahman An-Nadawi hal 206-238
[10]Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkam,(Jakarta: Pena Pundi Aksara,2006., h. 272
[11] Abdurrahman San-Nahlawi, Op.Cit., h. 239-250
[12] Abdul Aziz Abdul Majid,AlQissah fi al-tarbiyah,
 penerjemah. Neneng Yanti Kh. Dan Iip Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT. 
Remaja Rosda Karya,2001), h.4. bandingkan dengan Jaudah Muhammad Awwad,Mnhajul Islam Tarbiyatil Athfal, penerjemah Shihabbuddin, (Jakarta: Gema Insani Press,2001)., h.46-47
[13] Abdurrahman an-Nahlawi, Op.Cit., h.289-296
[14] Departemen Agama RI, Op.Cit., h. 282
[15] Muhammad bin Ibrahim al- Hamd, Maal Muallimin, Penerjemah, Ahmad Syaikhu, ( Jakarta: Darul Haq,2002)., h.140, bandingkan dengan Fuad bin Abdul Azizi al-Syalhub,Al-Muallim alAwwal shalallaahu alaihi Wa Sallam Qudwah Likulli Muallim wa Muallimah, ,penerjemah. Abu Haekal,(Jakarta: Zikrul Hakim,2005), h.43-45
[16] Ibid., h.142
[17] Departemen Agama RI, Op. Cit. h. 596
[18] Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari, Op.Cit., h.109
[19] Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Op.Cit., h.27
[20] Departemen Agama RI, Op.Cit, h.421
[21] Abdurrahman an-Nahlawi, Op.Cit., h. 296
[22] Muhammad Rabbi Jauhari, Op.Cit., h.115
[23] Departemen Agama RI, Op.Cit., h.279
[24] Fuad bin Abdul Aziz al-Syalhub, Op.Cit., h. 63
[25] Ibid., h59-60
[26] Muhammad Rabbi Muhammad Jauhar, Op. Cit., h.122-124
Langganan:
Komentar (Atom)
 
