DAFTAR LABELKU (klik saja jangan ragu-ragu)

Sabtu, 28 Juni 2014

Keimanan Memberikan Kekuatan (Hikmah Puasa)

Puasa  lagi. Bahagia rasanya.  Bagiku dan keluargaku puasa adalah suatu hal yang telah biasa dilakukan selama puluhan tahun. Dan Insya Allah karena doronagn  keimanan. Kalau sebagai permulaan hanya ikut-ikutan, saya pikir syah syah saja. Sebab ini suatu proses pembelajaran.

Dorongan ikut-ikutan, itu pengalaman waktu aku masih kecil. Seingatku aku di usia tujuh tahun sudah berpuasa. bahkan di usia delapan tahunan aku sudah mampu berpuasa seharian. Oh ya jujur saja aku mau bercerita, saat aku sekitar berusia 8 tahun sebetulnya aku agak  keberatan berpuasa seharian penuh. Tapi waktu itu rasanya keren kalau ditanya "poso ndino" bukan " poso mbedhuk". Saat sendirian aku  merasa haus sekali, lha waktu itu aku sengaja berkumur dan kutelan. Pengalaman waktu kecil tak akan pernah kulupakan. Namun,  pengalamku itu Insya Allah baru sekali  sepanjang hidupku. Mengaku puasa kok  nekat minum. Maklum  aku masih belum baligh.

Sampai aku dewasa pun, bagiku menahan diri tidak makan -minum  biasa saja. Maksudnya saat aku tidak punya uang aku kuat tidak makan selama berjam-jam.  Inilah hikmahnya aku digembleng mental berpuasa. Ternyata puasa ternyata mendidikku menjadi orang kuat.

Memang, kami harus bersyukur karena Allah telah memberikan hidayah keimanan.  Hidayah ini ternyata tidak diberikan kepada setiap insan. Hanya  kekuatan keimanan  banyak manusia diberi kekuatan yang sangat dahzat.

Di mana letak kedahzatan keimanan?. Keimanan yang dijaga dengan istiqomah menjadikan kita selamat, bahagia dan sejahtera. Karena dorongan keimanan orang bisa sehat, kenapa?. Karena orang tersebut menjaga pola makan  menjaga kualitas makanan. Maksudnya makanan yang tidak halal tidak akan dimakan. Minimal, seseorang yang sering berpuasa baik wajib dan sunnah yang  jelas  mendapat pahala, juga  tidak mudah terkena penyakit kolesterol tinggi dan penyakit lainnya.

Selanjutnya karena keimanan orang bisa selamat. Dorongan keimanan memberikan benteng kekutaan untuk terhindar dari kemaksiatan. Dan sebagian jenis kemaksiatan balasannya langsung kontan di dunia. Contohnya: korupsi, perzinaan dll. Buktinya mereka kehilangan harga diri, sebagian sudah menikmati tinggal di jeruji besi.  So kita mestinya semakin bersyukur kita lebih hidup selamat karena keimanan menjaga kita.

Doronangan keimanan menjadikan kita ringan sekali dalam berbuat baik. Dan hebatnya orang yang beriman tetap berbuat baik walau tidak dilihat oleh orang lain.

Ibadah puasa pun demikian juga. Denan berpuasa kita dididik untuk menjaga diri dari perbuatan nista, maksiat dan keji. Walau sendiri, orang berpuasa tetap menjaga diri agar terhindar dari kemaksiatan.

Orang berpuasa menjaga diri  dari kerakusan  memenuhi kebutuhan isi perut. Sebab orang berpuasa, menjaga tidak makan dan minum  dari fajar  sampai magrib.  Walau tak ada orang yang melihatnya mereka tidak menelan air walau setetes sebelum waktunya berbuka.

Lain halnya orang yang  yang tidak beriman. Hidupnya  sering ngawur. Aturannya  dibuat sendiri dan pertimbangannya  dari  aturan manusia.

Orang tak beriman dipastikan malas berpuasa. Mungkin  di antarnya bertanya untuk apa berpuasa, menahan diri dari makan dan minum?. Wah hidup sekali kok dibuat berat. Itulah pola pikir orang ingkar / kufur.

Perbedaan orang beriman dan tidak jelas-jelas kentara. Orang yang ingkar (tak beriman) jika berbuat baik hanya ingin dinilai oleh manusia lain. Demikian juga apa saja yang dilakukan tanpa  pertimbangan halal dan haram. Sebab halal haram adalah aturan Allah swt. Sedangkan bagi orang yang tak beriman semuanya bisa dibolehkan , termasuk berbagi jenis makanan. 

Sekali lagi, kita sebagai orang yang beriman wajib semakin bersyukur bahwa kita memiliki kualitas yang lebih dibandingkan orang yang ingkar.

Jumat, 27 Juni 2014

Beratnya Menjadi "Blue Collar Worker"

"Blue collar worker" kurang lebih artinya pekerja kerah biru atau pekerja kasaran. Menjadi pekerja kasaran adalah   pengalaman  nyata di masa laluku.

Dulu aku memang sebagai pekerja kasar. Kurasakan memang berat . Mungkin bagi yang memiliki tubuh atletis, kerja fisik berat tidak begitu menjadi masalah. Namun, bagiku yang bertubuh krempeng, jelas kerja fisik sangat menyiksa.

Walau tubuhku krempeng. Aku memiliki harga diri. Laki-laki sejati harus rajin bekerja. Harga diri laki-laki adalah  bekerja, apapun bentuknya. Yang pasti pekerjaan itu harus halal. Itulah prinsip hidupku. Maka wajar saja, walu aku  masih remaja, saat hidup di desa aku terbiasa mencangkul di sawah. dan sering juga aku diajak untuk menjadi buruh macul. Ini beneran lho.

Setelah lulus SMP aku pergi ke kota. Wajar  juga aku menjadi laden tukang batu, ngguyang sepur dll.  Pokoknya, kalau masalah kerja fisik  walau tubuh kecil, tetap semangat.

Walau masih belia, aku sudah mampu berpikir apa arti tanggung jawab untuk mencari nafkah. Dan aku bisa merasakan betapa beratnya kerja jika hanya mengandalkan fisik saja. Bahkan waktu  aku usia SMP, aku sempat meteskan air mata ketika ada seorang yang sudah  tua masih harus mengayuh bejak. Dan aku berdoa, jangan biarkan aku ya Allah saat tua nanti bekerja hanya mengandalkan fisik saja.
 Kini hidupku telah berubah.  Pekerjaanku saat ini tidak hanya mengandalkan fisik saja. Aku adalah white collar worker. Akhir-akhir ini, aku bisa termotivasi kembali untuk menjadi manusia bersyukur. Kenangan  saat remaja  yang tak pernah terlupakan.

OOh ya brcerita tentang pekerja kerah biru. Aku akan berkisah tentang para pekerja kaar yang bekerja di dekat rumahku. Ya beberapa hari ini jalan dekat rumah yang kutempati diadakan pengecoran jalan. Hampir semua pekerja bertubuh atletis dan termasuk giat dalam bekerja

Ada diantaranya anak muda yang cukup ganteng  dan kekar namun tidak malu-malu dalam bekerja sebagi tukang mengecor jalan. Terus terang sangat jarang kutemukan pemuda di  kampungku yang mau bekerja seperti ini.

Di kampungku mudah ditemui, banyak remaja atau pemuda yang suka nongkrong dan tidak memilki pekerjaan. Jika di antara mereka ada yang bertubuh atletis menjadi debt collector. Atau  ada juga yang menjadi  preman.

Disamping ada pemuda cakep  sebagi pengecor jalan. Ada pemandangan aneh yang baru kutemui di tempat pengecorang jalan di dekat rumahku tersebut. Pemuda   cacat  sebagi pengecor jalan (lumpuh satu tangannya dan kaki satunya lebih kecil) sehingga dia kesulitan berjalan dan dalam mengangkat barang. Jika mencangkul cukup dengan tangan satu.

Aduuuh ya Allah berilah dia kesabaran dan  berilah pekerjaan yang pas untuknya. Masak seorang yang cacat harus bekerja ngecor  jalan. Aku yang tidak cacat pun tidak sanggup  walau aku digaji 100 rb perhari.

Betapa aku ikut sedih dan prihatin melihat laki-laki cacat ini. Berjalan saja kakinya harus agak diseret. Aku juga mendengar dia dibentak bentak oleh mandornya.

Setelah di hari ketiga,  lelaki cacat tersebut sudah di PHK. Sekali lagi berilah kesabaran dan kemuraham rezeki untuk pemuda cacat tersebut, karena walau dia cacat tapi semangat.

Rabu, 25 Juni 2014

Mengambil Hikmah dari Resepsi

Sekitar 30 menit lagi sudah  jam dua belas. Sudah malam sebenanya.  Tapi aku belum mengantuk. Padahal tadi siang tidak tidur.  Baru banyak kegiatan. Dari pada melamun pokoknya menulis saja..

Ini aku mau bercerita  tentang hikmah dari menghadiri resepsi sekitar dua jam yang lalu. Resepsi pernikahan anak dari sobatku.

Banyak hikmah  luar biasa yang kuperoleh setelah aku hadir dalam acara walimahan ini. Di antaranya  dari masalah pendidikan anak juga hikmah saat si mubaligh meberikan tausiah kepada sang pengantin.

Karena pasangan pengantin tersebut muslim,  nasihat dari mubaligh banyak bersumber dari firman Allah dan sabda nabi.

"Halo sang pengantin! Jika anda ingin selamat,  laksanakan sholat!. Kenapa ? Allah berfirman jadikanlah shabar dan sholat sebagi penolongmu!"

"Pingin terbebas dari maksiat? Laksanakan sholat yang bener. Secara logika orang yang sholat adalah saat-saat kita merasa diawasi oleh Yang Maha Melihat. So secara nalar, kita bisa selamat karena kita termasuk orang yang berhati-hati  dalam menjaga diri. Selanjutnya sholat mendidik kita untuk  belajar  menjadi orang yang sabar".

"Selanjutnya, bila Anda ingin menjadi orang yang mulia, berbaktilah kepada orang tua! Selama orang tua itu benar ikutilah. Durhaka kepada orang tua pasti menjauhkan rezeki, Tak perlu Anda cari  kemuliaan, penglarisan dengan ke gunung kawi  atau ketempat-tempat angker yglain. Pokoknya cukup memuliakan orang tua, anda  akan dimuliakan oleh Allah swt".

"Rezeki anda ingin sempurna,  kaya harta dan kaya sahabat ..  Jadilah orang yang senang bersedekah.!.

Itulah hikmah  tausiah yang kupetik saat menghadiri  resepsi pernikahan.

Kemudian, aku mendapat hikmah  mengenai pendidikan keluarga. Ini lumayan seru berkenaan dengan tract record bagi  si pengantin pria.

Setelah mengamati "keseruan polah tingkah baik anak yang bermasalah" , akhirnya  aku menyimpulkan bahwa banyak persayaratan untuk menuju sukses dalam mendidik anak: modal ilmu, modal sabar, modal teladan dll. Yang jelas mendidik anak bukan hal yang mudah.

Tahukah kawan bahwa aku kenal si pengantin pria dari kecil sampai sekarang usianya sekitar 19 tahun. Masih muda sebenarnya,  tapi berani  menikah. Di sinilah  kehebatan dari mental si pengantin pria. Masih muda, belum kerja, masih manja tapi  berani "nekat" menghadapi bahtera keluarga.

Oh ya aku sering mendapat cerita tentang masa lalu si penganti pria sebut saja mas X, karena ayahnya teman dekatku.

Memang banyak di antara teman satu desa seusia mas X  memiliki kedekatan sifat: susah diatur, kemlinthi, dan  susah untuk diajak ke dalam kegiatan pendidikan dan agama terutama  di kegiatan masjid. Tidak  tahu aku, apa penyebab utamanya. Mungkin ini imbas dari  jaman modern. Atau ini  juga disebabkan orang tua perlu ilmu untuk mendaklukkan remaja.

Waktu usia SD, mas X memang kategori anak yang baik-baik saja. Dia sering datang ke TPA dan maun juga membantu jika di masjid ada kegiatan pengajian.

Setelah remaja, mas X berubah total. Dia sering main  dengan teman-teman yang suka nongkrong. Dan  mereka  memang tidak suka belajar.  Pernah ayah mas X marah besar karena kelakuan yang kuran baik. Eeeh ternyata akhirnya Mas X minggat dari rumah. Ayah dan ibu mas X bingung, mereka saling menyalahkan. Ditambah  lagi  si ortu  belum mendapat info kemana mereka minggat.

Beberapa hari kemudian, ada pemberitahuan dari sekolah  bahwa mas X juga tidak memohon izin tak masuk  sekolah alias membolos. Beberapa  hari emdian akhirnya ketahuan dia bergabung dengan pengamen dan ank jalanan.

Kenakalan mas X tidak berhenti walau dia sudah  SMA kelas dua. Dia nekat tidak mau sekolah dan ingin sekolah di SMK saja. Ayahnya kelimpungan  juga. Namun, ortunya berniat tetap mau menyekolahkannya.  Pokonya yang penting  anak harus mau sekolah. Ke SMK tak apa.

Untuk pindah ke SMK tentu perlu biaya besar. Ayah mas X bertekat menjual tanah pekarangan dan menawarkannya kepadaku.

"Ini beneran ya?. Tanah mau dijual?, Dulu katanya saat aku punya uang tanah tidak mau djual?. Oke kalau ditawarkan kepadaku aku kubayar sebagian  dulu".

"Ya pak pokoknya aku butuh uang" Jawab ayah mas X

Alahmdulillah tanah yang kuincar sejak lama akhirnya jatuh ke tanganku. Sebab tanahnya bersebelahan dengan rumahku.  Dan harganya pun sangat miring, dan bisa diangsur. Yaa Allah,  walau aku harus ngutang. Kini tanah idamanku telah menjadi miliku.

Singkat cerita, mas X kini sudah lulus SMK. Setelah lulus dia bisa bekerja.  Belum lama, dia  bekerja sebagai buruh.  Walau sudah dewasa sebenarnya kayaknya tabiat buruknya belum  berubah secara signifikan. Menurut cerita ortu dan saudaranya dia masih bermalas-malasan membatu ortu,  sholat bolong-bolong, seenaknya sendiri, sombong dll.

Karena perusahaan bermasalah. Mas X dikeluarkan. Kini mas X menganggur. Eeeh  saat- saat mengannggur. Mas X minta dinikahkan oleh ortunya.

Dua hari yang lalu Mas X telah menikah. Insya Allah ada baiknya, daripada pacara. Mungkin ini akan menyelamatkannya. Semoga keluarga Mr. idberi hidayah keimanan dan  keiistiqomahan.

Saat ditanya oleh mubaligh. Apkah sang pengantin sudah melakukan kwajiban sebagi muslim  untuk sholat. Mereka menjawab dengan jujur. kadang-kadang mereka sholat.

Senin, 23 Juni 2014

Pengalaman Pertamaku Mengurusi Mayat

Agak takut! Itu awalnya. Setelahnya... biasa saja. Pengalamanku di hari Minggu kemarin masih terasa nyata di depan mata. Mungkin pembaca bertanya-tanya ada  apa to?

Ya,  ini beneran. Ini pengalaman pertama kali aku mengangkat, memandikan dan sampai mensholatkan jenazah. Jenazah  dari almarhun bp Suparman.  Dia adalah  tetangga dekatku. 

Sebetulnya  orang-orang terdekatku juga sudah meninggal,  tapi kebetulan yang mengurusi  jenazahnya bukan aku. Aku cuma kebagian mensholatkannya.

Ketika  ayahku  meninggal di usia 95 th, saat aku datang ternyata sudah dimandikan. Yang kedua anakku tercinta Lili Khoirul Amaliah meninggal di usia 10 tahun. Jenazahnya dimandikan istriku sendiri .  Saat menulis  ini aku menangis teringat orang-orang terdekatku sudah menghadap kepadaNya. Istriku ternyata kuat, dan bersedia memandikan sendiri putri tercintanya. 

Kemarin, tetangga dekatku Alm. Bp Suparman meninggal di usia 80 thn, karena penyakit komplikasi akut. P. Man kebetulan tidak dikaruniai putra sama sekali. Sedangkan saudaranya empat  sudah meninggal, juga tidak punya putra sama sekali. Maka pak Man tidak punya keponakan. Pak Man  hampir tidak memiliki saudara dekat. Tapi dia memiliki  dua anak  angkat,  satu putra dan  satu putri.

Putra angkat   pak Man yang pertama termasuk  anak yang kurang tahu  baik budi  dan kurang berbakti. Dia jarang sekali menjenguk pak Man. Padahal  pak   Man  sering sakit-sakitan.  Waktu pak Man masih muda, dai  telah membiayai  sekolah dan menikahkannya. Ternyata putra angkatnya tidak peduli dengan jasa pak Man.

Waktu jenazah p Man harus diurus, putranya belum datang. baru setelah akan diberangkatkan, dia baru nongol.

Sudah terdengar adzan dluhur, jenazah belum dimandikan. Sesepuh kampung tengak-tengok, ternyata  baru sedikit para bapak. Dan cuma segelintir orang yang siap menjadi sukarelawan dalam  mengurusi jenazah. Alasan malas dalam mengurusi jenazah tentu bervariasi ada yang belum biasa, tidak tahu ilmunya, jijik, takut dll.  Kalau ibu-ibu lumayan banyak, namun jenazah dari seorang bapak seharusnya dimandikan oleh bapak-bapak juga.

"Maskatno bagian yang mangku jenazah ya? Sesepuh kampung menanyaiku.
"Aduuh aku belum pernah mangku jenazah itu pak!" ... "begini saja Pak! Aku yang  menuangkan air dan membersihkan saja ya pak ? Kujawab mantap, padahal aku belum pernah  sama sekali menggosok-gosok mayat.

Bismilah kujalani dengan mantap, aku teringat suatu saat aku juga akan seperti ini. Inilah amal baktiku sebagai teangga dekat.

Awalnya memang akak grogi. Karena dorongan keimanan kepada Allah, aku rela berkurban. Sehingga dengan mantap kugosok-gosok mayat dengan  tangan kosong yang kuberi sabun dari ujung rambut sampai ujung kaki. Alhamdulillah aku kuat, semangat sampai  akhirnya aku mengeringkan dengan handuk. Alhamdulillah aku mampu.

Aku semakin termotivasi, bahwa suatu saat nanti aku mampu dan bersedia  menjadi relawan  dalam mengurusi jenazah. Sekali lagi motivasi pahala menjadikan aku kuat.

Ternyata, memang awalnya harus rela memaksakan diri kini aku semakin berani. Terus terang  kemauan dalam memandikan   jenasah untuk yang bukan  ikatan saudara menjadikan "iren-irenan".

Mayat setelah selesai dimandikan, aku  bersama tiga bapak-bapak  mengangkatnya di atas kain kafan yang telah disediakan.

Setelah dikafani, aku pulang sebentar untuk berganti baju  yang basah dan sholat dluhur dulu.

 "Sudah disholatkan belum jenazahnya?
"Belum mas!"

EEeh ternyata, setelah kutinggal pulang belum ada yang mensholatkan. Jadi kami adalah giliran pertama dalam mensholatkannya.

"Ini kesempatan kita mendapat pahala,  setelah sholat dluhur ayo kita bersama mensholatkan  alm pak Man." Aku menagajak istri dan kedua anakku.

Alhamdulillah aku, istri , kedua anakku yang masih belum baligh dan dua pelayat mensholatkan jenazah. Ya Allah berilah kami khusnul khotimah!



Jumat, 20 Juni 2014

Di atas Panggung Sandiwara Kehidupan

Heran juga!, kenapa  aku belum mengantuk. Saat ini sudah mendekati tengah malam. Padahal siang tadi aku sama sekali tidak tidur siang. Secara logika aku kelelahan . Seharian, seperti biasa aku menempuh perjalanan sekitar 100 km untuk menuju tempat kerja PP.. Mestinya malamnya bisa tidur dengan cepat dan pulas. Sehingga aku bisa bangun sebelum shubuh. Kenyataanya malam ini kok belum mengantuk. Maka menulis saja sebisanya.  Alhamdulillah Allah memberikanku fisik yang kuat, tidak "ngantukan".

Mungkin ada pertanyaan. Apakah ada  ganngguan pemikiran yang berat sehingga sulit tidur?

Insya Allah, tidak. Tidak sama sekali. Hidupku okey-okey saja. Tidak ada masalah di keluarga, di  masyarakat dan juga di tempat kerja. Hidupku penuh keharmonisan di mana pun Insya Allah.

Kini aku cuma mau bercerita saja. Tadi  pagi aku bertemu dengan seseorang sebut saja mr X . Kebetulan mr X belum diberi rezeki oleh Allah satu anak pun walau sudah menikah lebih dari 10 tahun. Ditambah lagi dia belum memndapat penghasilan tetap. Mr. X memang harus bersabar dalam kemiskinan dan kesepian di  rumah tangganya. "Bersabarlah" itulah  nasihat yang tepat untuk menasihati mr X, bukan? Kata apa lagi yang lebih tepat. Lha wong kita tidak bisa protes ke Tuhan. Dan kita  pun akhirnya tahu bahwa kita tidak mampu "membuat anak".

Sore  hari, aku bertemu dengan teman di Solo sebut saja mr. Y. Dia lebih beruntung dibandingkan mr. X.  Mr Y dikaruniai tiga anak laki-laki ganteng-ganteng, dan ketiganya pinter-pinter. Kedua  putra mr Y, sudah menjadi dokter. dan yang paling kecil masih kuliah di f. kedokteran. Apakah nasihat yang tepat untuk mr Y. "Bersyukurlah",  Bersyukur  menuju keselamatan.

Kisahnyata di atas  tentu  akan bisa menginspirasi kita, tentu bagi  kita yang mau berfikir kreatif untuk kebaikan.  Kita sering mendengar sebenarnya "hidup ini bagai panggung sandiwara". Dalam sandiwara ada  "lakon" menang kalah, hidup mati dll. Allah tentu yang menjadi sutradara dalam kehidupan. Manusia yang  beriman tentu  kan bisa merenung dan mengambil hikmah dari apapun yang ada di sekitarnya.

Sang sutradara tentu memerintahkan semuanya untuk menjalani lelakon. "Jalani lelakon denagn sabar dan syukur". Inilah jalan keselamatan.

Kamis, 19 Juni 2014

Sukses Karena Mau Berubah (Kisah Penulis Buku Best Seller)

Harapanku sebenarnya mampu menulis setiap hari minimal satu artikel singkat. Namun  kenyataannya , aku terkadang bingung  mau menulis apa.

Tidak punya ide untuk menulis? Pokoknya diada-adakan, Alhamdulillah aku  mampu memaksakan diri untuk menulis. Saat ini, pagi pukul 05.31 aku menulis.  Teringat tadi malam sebelum tidur, aku membaca buku 8 Ways To Be Great: kisah keberhasilan Richard St John menjadi  penulis, peneliti, pembicara dan  wirausahawan kaya raya.

Menurut kisah Richard, semasa menjadi siswa SD sampai SMA, dia bukan anak  yang berprestasi bahkan mendekati pelajar yang prustasi. Dia kecewa dengan kemampuan diri  sendiri, "Kenapa aku tidak mampu berprestasi?". Akhirnya Richard disarankan berkonsultasi dengan Psykolog.

Seorang psykolog yang baik dan bijak bertanya ke Richard tentang kesukaannya yang menghasilkan karya. Richard menjawab dia  sangat suka menggambar mobil. Psykolog bertanya apakah dia ingin menjadi sukses. Dijawabnya pasti!. Dia dimotivasi, LAKUKAN YANG  TERBAIK APA YANG KAMU SUKA DAN LAYANI YANG TERBAIK APA YANG DISUKAI ORANG.

Richard tidak berpikir  panjang-panjang dan rumit-rumit. Dia termotivasi dari nasihat psykolog. Dia berubah menjadi lebih optimis. Akhirnya, dia terus menerus menggambar mobil dan membaca infomasi tentang automobile.  Dia  sangat tekun tentang desain mobil. .... EEeh beberapa tahun kemudian... singkat cerita Richard menjadi desainer automobile yang hebat.

Dalam perkembangan  menekuni hobi, ternyata hobi Richard bisa  menghasilkan uang. Tidak hanya itu saja, Richard  mulai tertarik dunia pemotretan dan  tulis menulis. Yang ditulisnya tidak saja berhubungan dengan automobile. Dia mulai berkisah  tentang orang yang telah berubah menjadi lebih baik seperti dirinya. Dia mewancarai ratusan orang-orang sukses dan didokumentasikan ini berlangsung selama sepuluh tahun. Kumpulan dari hasil wawancara akhirnya menjadi sebuah buku INTERNATIONAL BEST SELLER 8  Ways To Be Great.

Luar biasa!. Kini kita seharusnya bisa belajar dari kisah Richard. Kisah ini tentu bisa dijadikan motivasi untuk para  siswa dan anak-anak kita. Setiap manusia bisa berubah menjadi lebih baik asal mau belajar.

Salam sukses sejati

Senin, 16 Juni 2014

Resep Hidup Bahagia dan Panjang Usia dari Ortuku

Merebaknya berbagai macam jenis penyakit  memudahkan orang untuk cepat meninggal.  Tentu di luar penyebab yang  lain seperti  kecelakaan. Inilah peringatan bagi kita bahwa kematian raga pasti dialami oleh siapa saja.

"Ya Allah berilah kami panjang usia. Usia yang barokah. Berilah kami kebahagiaan di dunia dan di akherat" Itulah di antara doa yang dipanjatkan oleh banyak manusia.

Di antara orang yang paling panjang usianya di desaku dan  dikabulkan doa  seperti doa di atas adalah doa orang tuaku. Usia  ayahku mencapai 94 tahun. Alhamdulillah tidak pikun. Tapi, beliau sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Sedangkan usia ibuku sudah hampir 90 tahun. Beliau masih sehat, kuat dan jarang sakit. Dan kini beliau  juga tinggal bersamaku. Tentu ini ladang pahala luar biasa untuk keluargaku. Ibuku juga manusia luar biasa.  Di antara resep panjang usia ibuku adalah "ora ngangsa banda" ( tidak  terlalu ambisius tentang harta benda). Beliau sudah tahu terlalu ambisius adalah penyakit jiwa. Penyakit jiwa sumber utama dari penyakit raga.

Kebiasaan baik dari ibuku adalah bangun pagi dan tidak malas-malasan  dalam ibadah, berbagi, dan kerja fisik (tentu fisik yang ringan-ringan). 

Ooh ya aku  tadi  siang ingat.  Ada banyak anak (teman anakku)  main ke tempatku. Kebetulan di rumahku ada ayunan di dekat pohon jambu.  Maka  sering banyak anak senang ke rumahku. Tadi,  semua anak  diberi roti satu-satu. Padahal roti kering satu plastik itu tadi  malam diantarkan  oleh kakakku untuk ibu dan anak-anakku biar bisa untuk beberapa hari. Eeeeeh  dasar ibu yang luar biasa, dia mengalah dan diberikan ke anak-anak  teman anakku.  Dan ini sering dilakukan ibuku  puluhan tahun yang lalu, maksudnya  beliau mengalah untuk dirinya sendiri tapi dibagikan untuk orang lain. Semangat berbagi inilah barang kali salah satu resp bahagia ibuku. Kebahagiaan   memanjangkan usia. Itulah kurang lebih nasihat ibuku.

Oooh  ya  ada tambahan cerita. Salah satu kebahagiaan ibuku adalah  memiliki anak yang rukun-rukun, biar banyak anak asal rukun,  daripada sedikit anak tidak rukun!. Aku adalah anak terakhir dari tujuh bersaudara. Aku dilahirkan, saat ibuku berusia sekitar lebih dari 45 tahun. Bagi ibuku banyak anak banyak rezeki. Maksudnya rezeki anak banyak. Anaknya banyak  biar rezekinya juga banyak. Itulah pikiran sederhananya.

Memperpanjang SIM di Sukoharjo Dengan Waktu Singkat dan Memuaskan

Kurang lebih tiga hari yang lalu, ada operasi  dari Polantas di  lokasi dekat perbukitan arah menuju ke tempat kerjaku. Tepatnya di jalan sebelum Jatipuro  Karang Anyar. Operasi oleh POLANTAS digelar kurang lebih untuk meminimalkan angka kejahatan curanmor, ugal-ugalan dll.

"Waduh kujur ki. SIM ku sudah mati". Dipastikan aku akan bermasalah. Ternyata benar aku  ditilang ditempat dengan denda Rp. 50.000.  Bagiku uang itu cukup besar juga. Maklum aku baru krisis, dana tunjangan  sertifikasi tahap kedua belum cair.

Sebetulnya  aku bisa terhindar dari denda bila aku taat peraturan Maksudku, sebelum SIM masa berlakunya habis  langsung diperbarui. Tidak boleh menunda-nunda. "Kapan-kapan saja aku memperpanjang SIM ini baru sibuk". Itulah pikirku.  Aku  dipaksa harus ikhlas kehilanagn Rp. 50.000.

Setelah aku terkena musibah, aku baru sadar. Pokoknya secepatnya aku harus memperpanjang SIM. Akhirnya kuputuskan hari ini Senin 16/6/ 2014 aku pergi ke kantor polisi untuk memperpanjang SIM.

Dasar aku masih buta  prosedur mencari SIM. Setelah pulang dari kerja, aku langsung keparkiran kantor polisi Sukoharjo. Dan aku bertanya, " Pak  ini aku mau memperpanjang SIM, caranya bagaimana?

"Sudah KIR dokter?. 
"Belum, pak di mana tempatnya?
"Ke Jombor sekitar satu km dari sini".

Akhirnya aku langsung  ke alamat  kantor KIR SIM. Eeeeh tenyata tidak antri, karena  sudah siang. Dan aku cuma  membayar Rp. 25 ribu. Dan langsung saja aku kembali lagi  ke kantor Polisi. Lagi aku bertanya petugas parkir, dia mengarahkan aku ke BRI dan ternyata cuma membayar Rp. 75. 000 untuk perpanjangan SIM.

Lalu aku bertanya  kepada seseorang di antrian yang panjang  bagaimana langkah selanjutnya setelah membayar. Dan aku diberitahu dengan lengkap ke loket 2 dan 3. 

Eeeeeh ternyata aku hanya antri 10 menit. Aku langsung dipanggil untuk diambil fotonya.

Lagi, sekitar 10 menit berlalu. Aku dipanggil supaya ambil SIM. Ternyata SIM sudah jadi, waktu kurang dari setengah jam. 

Singkat dan sederhana. Perpanjangan SIM ternyat mudah  dan cepat. Padahal aku sebelumnya  diberitahu bahwa SIM terlambat,  terhitung tidak punya SIM dan prosedurnya seperti  mencari SIM baru. Dan juga prosedurnya berbelit-belit. Itu semua tidak terbukti. Aku dilayani dengan cepat dan memuaskan.

Aku sebelumnya diberitahu sobatku kalau mau cari SIM pakai baju yang sopan. Sebab  baju yang baik dan sopan mempercepat pelayanan.Katanya "ajining raga saka busana".

Berikutnya, kita tidak usah memakai calo SIM baik  melalui pegawai kantor polisi  atau broker. Pokoknya jalan sendiri saja. Terus  jangan malu-malu bertanya dengan peserta yang lain bila masih bingung.

Pelayanan perpanjangan SIM di Sukoharjo cepat  dan memuaskan. Tidak sesuai dengan yang kuduga.


Motivasi Bersukur (Belajar dari kisah P. Man)

Baru saja aku bezuk tetangga dekatku yang sakit komplikasi akut (paru2, jantung dan maag). Namanya pak Suparman (78th). Sudah menikah dua kali namun tidak dikaruniai  anak.

Kita  mestinya tambah bersyukur, karena saat ini kita dalam kondisi sehat. Apalagi  jika kita  mau belajar dari kisah P.Parman. Kita wajib bertambah syukur kepadaNya. Salah satu pemicu penyakit P Man adalah    selama  puluhan tahun  dia sebagai perokok berat. Akibatnya  penyakit bawaannya  (paru-paru_) semakin akut. Sekitar lima tahun terakhir ini, dia sudah dua kali ke RS, dan berkali-kali ke dokter.

P. Parman  semakin tambah parah (kumat) jika kondisi jiwanya "kemrungsung". Salah satu penyebab kemrungsungnya adalah jika ia teringat anak angkatnya yang  kurang berbakti kepadanya. Sebut saja Mas X.  dia adalah putra angkatnya yang dibiayai dari kecil hingga dewasa, disekolahkan dan dinikahkan. Namun saat-saat sakit, anaknya tidak peduli. Saat sehatpun dia juga kurang peduli. 

Istri pertama p.Man sudah meninggal. Rumah istri keduanya berhadapan  dengan rumahku. Istrinya   sering curhat kepadaku  dan  ke istriku , bahwa jika P Man merindukan kedatangan Mas X, dan ternyata MasX tak mau datang, P Man terlahat  sangat  murung dan tidak bisa tidur.

Segi positif bagi keluargaku memang ada. Keluarga P, Man adalah ajang bagi keluargaku  untuk mencari pahala. Keluarga P. Man tidak hanya  diberi cobaan  tanpa putra sama sekali, tapi juga cobaan kemiskinan. Sudah sekitar lima tahun, p Man tidak memiliki penghasilan sama sekali. Untuk makan, istri P. Man mengandalkan dari kerja sebagai tukang momong anak di perumahan Grogol Indah Solo baru. Juga kadang tetangga yang dekat menyantuninya. Tidak bermaksud merendahkan tetangga yang lain. Kayaknya agak jarang  tetangga yang lain  yang peduli.  Sekali lagi, walau ini kesempatan bagi keluargaku untuk beramal, tapi kemampuan kami juga terbatas. Kami juga harus menghidupi  keluarga besar ditambah satu ibuku yang sudah tua juga bersamaku.

Pembaca yang budiman,  melalui  kisah singkat tentang keluarga P. Man kita bisa belajar tentang arti cobaan hidup, keikhlasan,  kesabaran, pengorbanan dan reziki.  Sekali lagi, kita wajib bersyukur, bersyukur pengundang rezeki dan kebahagian.

Melalui tulisan ini aku memotivasi  diri dan berbagi: mari kita  tingkatkan  rasa syukur, kalau mau bersedekah ke P. Man mari doakan keluarganya, mari kita  berdoa untuk menjadi orang kaya dan dari kekayaan kita bisa berbagi  dengan sesama,  mari kita memuliakan tetangga. Ini kuwajiban-sebab kita akan dimulyakan  oleh Allah swt.

Jumat, 13 Juni 2014

Andaikan Maskatno Giri Seperti Mbak Raeni (wisudawati terbaik)

Bagi yang suka membaca informasi  pasti tidak bertanya-tanya, tentang siapakah mbak Raeni.

Raeni adalah   muslimah luar biasa.   Raeni (21) tak menyangka bisa berkuliah di Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan diwisuda sebagai lulusan terbaik dengan IPK 3,96. Nyaris sempurna. Ayahnya Mugiyono hanya seorang tukang becak .

Raeni berkuliah di jurusan pendidikan akutansi Fakultas Ekonomi Unnes. 3 Tahun 6 bulan 10 hari, Raeni yang menambah uang saku dengan menjadi asisten dosen dan ikut berbagai lomba. Dahulu awal masuk kuliah dia sempat berhutang untuk beli laptop, yang dilunasi ayahnya dengan pesangon dari perusahaan pabrik kayu.

Andaikan  aku  seperti mbak Raeni yang memiliki nilai IPK bagus  tentu beritanya  sangat-sangat-sangat heboh bahkan  mungkin muncul di halaman depan majalah TIME edisi khusus. Tapi sayangnya prestasiku sangat  jauh-jaraknya dibandingkan prestasi Raeni, bagaikan langit dengan sumur. Terlalu jauuuh.

Bagi yang suka membaca blog, tentu juga tidak asing lagi, siapakah aku (Maskatno Giri).

Kalau aku sebetulnya memiliki sejarah tidak kalah heboh dibanding mbak Raeini. Aku bersekolah dari SMA sampai kuliah  dengan biaya sendiri. Waktu sekolah aku belum pernah minta uang ke ortuku. Hebat kan? Weleh-weleh, hebat?. Hebat  ooopooo, ne? Kalau Raeni memang modalnya kehebatan prestasi, ora iso dimereni. Lha yen aku mergo "NEKAT SING PENTING URIP".

Media  massa biasanya memang lebih tertarik pada hal-hal yang besifat prestasi dan menginspirasi. Kayaknya MODAL NEKAT  tidak menarik untuk dibahas di media. Ora popo!.

Namanya Maskatno Giri, urip bermodal wajah pas-pasan, pisik pas-pasan,  cerdas pas-pasan, ekonomi dibawah pas-pasan. Tapi obsesinya sangat besar. Sayangnya obsesinya tidak didukung oleh prestasi yang besar. Saat kuliah nilai kok  gur ngepass terus.

Walau sempoyongan, ternyata Maskatno bisa lulus S1 bahkan samapi  S2 jur. bahasa Inggris UNS walau IPK pas-pasan sudah ALHAMUDLILLAH. Harus bersyukur. Kini maskatno hanya berdoa semoga anak-anaknya dan para siswanya bisa luar biasa seperti Mbak Raeni.

Mendapat Energi Kembali Setelah Direndahkan

Mungkin di antara Anda pernah mengalami pengalaman direndahkan/ "dienyek", dipermalukan dll. No problem!. Dan aku pun  pernah mengalaminya. Spontan, ya  rasanya sakit hati. Mungkin terkadang timbul dendam. Atau mungkin di masa-masa mendatang, jika kita teringat kembali peristiwa   tersebut, muncul rasa dendam kembali. Aku pikir itu wajar. Tapi jika ingin menjadi "ORANG MULIA", inliah kesempatan kita  berlatih memiliki hati mulia. Yaitu "memaafkan" kepada orang yang pernah menyakiti kita.

Memilki jiwa pemaaf memang tidak mudah. Tapi di sinilah Allah mendidik kita  tentang bagaimana  meraih kemuliaan dan kebahagian hidup. Memaafkan adalah ciri keikhlasan. Keikhlasan adalah kunci bahagia. Bahagia adalah kunci sukses.

Ketika di SMP, aku  berkali-kali direndahkan temanku. Ya maklum, mungkin  saja mereka cuma bercanda. Tapi ini bener sampai puluhan tahun,  kata-kata tersebut tidak pernah terlupakan. Ketika lulus SMP, aku juga pernah direndahkan/ dienyek dan bahkan diprediksi tidak akan memiliki masa depan yang baik. Dan yang merendahkanku bukan orang sembarangan, dia orang terpelajar. Sekali lagi kalimatnya tak pernah terlupakan sampai sekarang.

Aku sudah mendapat pencerahan. "MAAFKANLAH MEREKA". Bagaimana reaksiku bila teringat  hal yang menyakitkan itu?. Sabar dan saabar. Inilah justru kesempatanku  mendapat "ENERGI UNTUK BANGKIT".  Aku harus berubah lebih baik. Maksudku aku harus merubah perasaan negatif  menjadi "dendam positif". "POKOKNYA AKU HARUS   BERUSAHA BANGKIT DAN SUKSES".

Saat aku direndahkan orang, aku sempat berpikir memang  mungkin  saja aku layak direndahkan. Atau juga kemungkinan inilah "training dari Allah" untuk mendidikku menjadi pribadi yang kuat, semangat dan nekat. Pokoknya syukuri saja!.

Saat direndahkan, aku memang dalam kondisi tidak menarik secara fisik, dan non fisik. Maka terkadang wajar bagi orang lain merendahkannya. Karena  biasanya sesuatu yang tidak menarik akan bernilai negatif.

Kilas balik. Aku selalu ingat kok. Penampilan fisikku  waktu remaja dulu  memang kumuh,  bukan  penampilan orang terpelajar, dan cukup terlihat sangat miskin. Memang kenyataanya,  aku terlahir dari keluargga miskin.

Walau masih remaja pun sebenarnya aku sudah tahu penyebab kenapa aku direndahkan. Salah satunya aku memang belum bermutu. Saat itu   aku pukul diriku sendiri "Aku harus berilmu, aku harus mampu mandiri,, aku  harus sekolah setinggi-tingginya".

Ini kisah nyata. Ini terjadi beberapa minggu  lalu.  Di antara temanku yang merendahkanku kirim SMS melalui "google search" dan inbox di FBku. Dia menulis kurang lebih ,'aku mohon maaf atas  segala  kesalahanku. Dulu  kita pernah bersama dan di situlah aku membuat kesalahan terhadapmu. Puluhan tahun kita tidak bertemu.  Eeeh ternyata kamu sudah menjadi guru bahasa Inggris ya. Sekali   lagi aku mohon maaf atas  perlakuanku dulu"

"Ya sama-sama!. Tidak usah minta maaf pun aku sudah memaafkanmu, kita memang bukan  manusia sempurna. Semoga kamu sukses selalu". Jawabku

Rabu, 11 Juni 2014

"Mujur Semulur" Berkat Energi Positif

"Nasibnya kok sering mujur . Apa resepnya ya?"
"Ora iso dimereni mas! . Itulah bagian rezekinya  yang mengatur di atas".

Itulah perbincangan antar dua orang tentang seseorang yang kebetulan dikaruniai rezeki melimpah dan kemujuran.

Mengenai kemujuran, salah seorang motivator mas Jamil Azzaini  menyatakan bahwa  untuk mengundang nasib baik (mujur), rezeki berkah dan berkelanjutan adalah dengan cara meningkatkan  tabungan energi positif atau EPOS.

Energi positif adalah investasi jangka panjang yang mencakup  segala hal tindakan yang  bermanfaat tidak hanya untuk diri-sendiri namun untuk kemaslahatan orang lain.

Epos bagi orang kaya: kekayaannya tak hanya untuk kepentingan diri sendiri, dia senang berbagi. Epos bagi orang berilmu: ilmunya untuk ditularkan demi keselamatn diri dan orang lain. Epos bagi yang kuasa: kekuasaannya untuk memberdayakan orang lain  dan melindungi orang-orang lemah. dll.

Bagi orang yang memiliki epos yang tinggi tentu wajar saja, dia akan dimudahkan memiliki kemujuran sepanjang masa. Tentu hali ini "ora iso dimereni".

Sebagai insan yang ingin sukses sejati . Dia mestinya  termotivasi selalu giat dalam meningkatkan epos.  Epos terwujud bila seseorang tersebut memiliki niat mulia. Dia memiliki obsesi luar biasa bahwa kemujuran tak hanya dinikmati sendiri, namun dia berniat untuk berbagi.

Salam sukses sejati.

Selasa, 10 Juni 2014

Keberkahan Karena Menanam Kebaikan: Motto Blogger

Saat aku menulis di blog ini  sudah pukul 22.00 wib. Belum kantuk sama sekali. Dalam sehari, tulisan ini adalah artikel  kedua yang berhasil kutulis secara spontan.

Mungkin ada pertanyaan: Untungnya apa to, kok  repot-repot menulis di blog?. Apa ada honornya?

Halo, mbak dan mas!. Kalau segala hal harus bernilai honor, dunia tidak akan indah. Sebab, penghias dunia adalah para sukarelawan yang mau menghiasi  dunia dengan aksi nyata tanpa mengharap honor materi (kurang lebih orang yang mau  belajar ikhlas).

Boro-boro honor, pulsa saja beli sendiri. Menulis di blog kalau diniati dengan honor  materi, tentu bisa rugi besar. Blogger sejati adalah para pencari ridlo ilahi. Waktunya terkuras, pulsanya terkuras, tapi seorang blogger tetap ceria dalam berkarya.  Dengan niat positif, blogger sejati telah diganti oleh Allah rezeki luar biasa yakni kebahagian. 

Niat positif saja sudah dipertimbangkan sebagai amal kebaikan. Apa lagi aksi nyata berupa nasihat, motivasi, informasi penting dll. Itu semua merupakan sedekah luar biasa yang merupakan pengundang keberkahan hidup. Ya Insya Allah para blogger diberi keberkahan hidup.

Kalau aku sendiri adalah blogger pemula (ajaran). Aku terinspirasi dari para blogger baik dari dalam dan luar negeri. Mereka dengan suka hati berbagi, Mereka tak mengharapkan  debalas dengan materi. Bahkan di antara blogger-blogger itu menyembunyikan identitasnya. Tapi aksinya tiap hari hanya berbagi. Terus ternag aku iri dengan kebaikan mereka.

Para blogger yang baik kupikir sudah yakin dan sudah bisa merasakan bahwa kebaikan apapn yang telah ditanam akan diketam oleh yang menanam. Itulah kurang lebih  yang melatarbelakangi para blogger berkarya. Salam sukses sejati.

Penderitaan Sebagai Permulaan

Lagi-lagi mau tidur belum ngantuk, maka nulis saja untuk  berkisah semoga membawa hikmah. Kini aku teringat kisah saudara istriku. Tapi bukan saudara kandung lho!. Kisahnya cukup  menginspirasiku untuk tetap semangat dan bersyukur.

Saudara istriku sebut saja mbak S . Dia adalah wanita cantik yang sudah menikah  di usia muda sekitar sepuluh tahun yang lalu. Pernikahan mbak S membuahkan satu putra. Suami mbak S sebut saja mas Bejo. Sebelum menikah dengan mbak S. Mas Bejo bekerja di pabrik dekat rumah mbak S. Itulah awal kenal mbak S dan mas Bejo.

Mas Bejo seorang laki-laki tinggi besar, perawakannya cocok seperti body guard atau bagian keamanan. Terlihat serasi juga sih! dia beristrikan soerang wanita cantik.

Melihat potensi pisik mas Bejo,  mertuanya berniat mengkursuskan mas Bejo di pelatihan SATPAM. Eeeh ternyata benar, beberapa bulan setelah kursus mas Bejo menjadi tim keamanan di Salah satu mall terbesar di Solo.

Perjalan waktu, usia pernikahan mas Bejo sudah lebih dari lima  tahun. Eeeeh mas Bejo telah berubah. Dia sudah mulai kasar-main tangan dengan istrinya. Dia sudah sering mengejek dan menyakiti istrinya. Jelas! mbak S menderita. Juga sudah tercium bahwa dia sudah mulai dekat  atau menjalin cinta terlarang dengan para SPG di mall tempatnya bekerja. Maklum juga lelaki kurang iman, tiap hari bertemu dengan banyak  wanita seksi penggoda.  Kehidupan rumah tangga mas Bejo sudah mulai goncang.

Mendengar berita perselingkuhan dan ditambah lagi perilaku kasar suami mbak  S  menyebabkan rumah tangganya tidak bisa diperbaiki lagi. Akhirnya mereka bercerai.

Mbak S jelas terpukul disamping harus menjanda. Mas Bejo juga minta harta gono gini yang jumlahnya fantastis. Mas Bejo memang terlalu ngawur.

Sekitar  dua tahun berlalu. Mbak S semakin akrab dengan  istriku dan para aktifis kegiatan keagamaan. Mbak S mulai tertarik dengan kegiatan Islam. Selama menikah dengan mas Bejo. Dia lumayan jarang bersentuhan dengan kegiatan keislaman. Mbak S mulai mempertimbangkan bagaimana kalau bisa menikah dengan lelaki yang shalih.

Singkat cerita doa dan keinginan mbak S terkabul. Alhamdulillah sekitar setahun yang lalu mbak S telah mendapatkan suami yang luar biasa. Dia duda beranak satu. Dia wirausahan yang terampil dan Insya Allah lelaki yang bertanggung jawab dan shalih.

Selamat mbak S!. Dia kini semakin bahagia. Terkadang untuk bahagia jangka panjang harus melewati perjalanan penderitaan sebagai pembelajaran hidup. Semoga  Mbak S semakin bersyukur dan istiiqomah.

Hikmahnya, pokoknya kita perlu sabar dulu, jika kita  baru menderita.Tentu, bersamaan dengan waktu berjalan berikhtiar dan berdoa, Allah pasti kuasa untuk mengubah menjadi lebih baik.

Senin, 09 Juni 2014

Pokoknya Menulis Untuk Memotivasi

Sudah malam. Sesaat lagi sudah puku 22.00. Lagi-lagi, sebetulnya aku ingin segera tidur. Supaya aku bisa fresh bangun pagi sebelum shubuh dan bisa membangunkan anak sulungku supaya sholat malam dan belajar.

Baru saja menonton debat capres. Menurutku tak ada yang menarik. Biasa saja. Kalau soal  omongan, orang Indonesia  sudah jago ngomong. Namun kenyataanya Indonesia belum bisa maju kalau hanya modal omongan.

Daripada mikir capres Indonesia 2014,  aku memutuskan aku menulis untuk memotivasi dan  mengembangkan diri. Syukur bisa membantu orang lain. 

Kuniatkan menulis sebagai pelatihan kreativitas, kesabaran dan perenungan. Benar,  kita memang harus banyak belajar dan merenung.  Ilmu kita masih sedikit, padahal permasalahan hidup begitu komplek. Kalau hanya sebatas kita memikirkan kehidupan diri sendiri tentu lebih sederhana. Kita memang tidak seharusnya egois. Kita perlu membantu orang lain yang bermasalah.

Sependek aku ketahui, dari masalah saudaraku, tetanggaku, dan para siswaku, mereka banyak yang bermasalah dalam motivasi hidup. Masalah motivasi hidup di sini berkaitan juga dengan masalah ekonomi, pendidikan dan motivasi peningkatan kualitas spiritualita dll..

Mengenai   masalah motivasi pendidikan yang aku ketahui salah satunya ditunjukkan oleh para siswaku bahwa di antara mereka masih bingung  juga untuk apa belajar dan belum maksimal dalam menggunakan waktu dalam belajar. Mereka belum sadar tentang pentingnya ilmu.

Kalau di lingkungan saudara dan tetanggaku banyak diantaranya hidup susah karena ekonomi sulit. Memang cari uang susah. Kalau mendapat uang sering tidak bisa mencukupi, karena  harga barang-barang tidak murah lagi.

Demikian juga motivasi untuk kemaslhatan jangka panjang. maksudnya banyak di antara kita kurang merasa diawsai Tuhan. Karena merasa kurang diawasi Tuhan, banyak di antara kita mudah saja melakukan hal-hal yang dekat dengan kemaksiatan.. Juga   banyak di antara kita  yang belum sadar bahwa kita hidup  akan dimintai tanggung jawab sama yang di atas setelah kita meninggalkan dunia ini. 

Sekali lagi, ternyata  motivasi hidup untuk menuju  lebih baik itu  sangat penting. Maka melalui tulisan ini setidak-tidaknya memotivasi diri sendiri untuk menjalani hiudp dengan modal semangat  menjadi lebih baik.

Spontan Berkisah Masaluku

Saat ini di laptopku menunjukkan pukul 22:41. Sudah malam sebetulnya. Mau tidur belum bisa. Padahal tadi  pagi sampai malam full kegiatan: pagi jagong manten di gd Al Irsyad Ps Kliwon Solo, dilanjut mendatangi arisan keluarga di Cemani, dan malam diundang pertemuan rapat komitee di Sekolah MIN Telukan. Pokoknya jadwal padat.

Melamun pasti banyak sia-sianya. Aku harus memutuskan kegiatan apa yang lebih efektif  menjelang tidur. Thing ! Ternyata aku punya ide menulis saja. Pokoknya menulis saja Insya Allah waktuku  pasti lebih efektif.

Teringat saat SMA puluhan tahun yang lalu. Saat-saat  jam seperti ini aku masih belajar sambil mendengarkan musik lagu-lagu barat.   Aku " memaksakan"  diri belajar matematika,  fisika, kimia pokoknya yang ilmu pasti sampai tengah malam.  Karena aku malu kalau kemampuan  ilmu pastiku terlalu kurang.

Eeeeh ternyata, setiap ulangan aku memang sering mendapat nilai kurang memuaskan. Maksudnya aku bukan ternmasuk 5 besar dari semua siswa di kelasku jurusan A1/ IPA (yang didominasi para juara kelas waktu kelas 1 SMA).

Dianggapnya aku orang pintar oleh guruku, maka aku digabungkan di dalam kelas unggulan A1. Padahal aku sebenarnya biasa-biasa saja. 

Terlalu sering belajar ilmu pasti, tapi tak bisa berprestasi. Terus terang, aku  jarang belajar Ilmu sosial dan bahasa saat di SMA. Tapi aku cuma meraba-raba bahwa bakatku memang bukan di ilmu-ilmu pasti.

Pikiranku terlalu rumit dan ruwet. Terkadang aku sulit mengendalikan, karena pikiranku cenderung melompat-lompat ke sana-kemari. Tapi, aku sadar bahwa aku punya kelebihan "BERKREATIF" daripada berhitung secara runtut. Kayaknya aku tepat di jurusan sosial dan seni. Tapi, kini  sudah terlanjur aku ditempatkan  di jurusan IPA. Sambil berjalannya waktu aku bersedia   saja menjalaninya.

Setelah lulus SMA, aku menyimpulkan aku kurang berbakat di ilmu pasti. So, aku mendaftar UMPTN di jurusan Pend bhs Inggris UNS. Alhamdulillah aku diterima. Karena belum ada HP, ortuku baru tahu kalau aku kuliah setelah beberapa bulan kemudian

Di jurusan bahasa Inggris pun aku juga  ketinggalan materi pelajaran. Aku sadar juga, sejak di SMA aku jarang sekali belajar bhs Inggris. EEeh ternyata teman-temanku di jurusan bhs, Inggris sudah lancar dalam bicara dan tata tulis. So kau tertinggal prestasi lagi. Nasiib- nasiiib, kok serba ketinggalan to ya aku ini?". Setelah semester dua, aku memutuskan untuk kursus bahasa Inggris. Maka sejak ikut kursus, aku  agak bisa mengikuti.

Sebetulnya, aku ah sud ngrumangsani, ortuku sudah tua dan miskin.  Maka kuputuskan aku harus kerja keras dan berprestasi. Sayangnya untuk berprestasi sangaaat berat.

Setahunya  ortuku, aku merantau ke Solo cuma kerja dan kursus. Ortuku tak membekaliku materi atau uang sama sekali. Beliau hanya meling nasihat "jadi orang itu yang jujur pasti mujur'. Mereka  tidak mampu mebiayai sekolahku. Walau aku punya banyak kakak. Aku bertekat hidup mandiri.

Untuk bayaran sekolah  aku mencari  sendiri secara total. Ini benar-benar terjadi padaku sejak SMA sampai kuliah. Aku memang sudah memiliki bisnis koran. ..Oooh ya aku lupa aku juga sering juga kerja srabutan salah satunya aku menjadi tukang  NGguyang Sepur di dekat stasiun Balapan.  Sejak remaja sudah terbiasa bangun pagi. Sholat shubuh dan loper koran. Alhamdulillaah.Aku mendapat untung dan bisa menyelesaikan sampi lulus dari S1 bahasa Inggris UNS.

Jujur kusampaikan. Beban hidupku terasa berat. Mikir tugas-tugas kuliah saja berat, masih ditambah mikir makan, setoran koran. Waaah pokonya berat dan sempoyongan aku menjalaninya. Motivasiku aku segera lulus, walau nilai pas-pasan saja. Bukti atas beban berat hidupku tercermin dari tampilan tubuhku  yang  hitam dan krempeng.

Sering juga sih, aku menangis saat melihat kaka-kakak tingkat sudah memakai toga wisuda  di depan kampus . "Yaa Allah, berilah kemudahan aku bisa mnyelesaikan kuliahku. Aku malu kalau aku harus mundur"

Allah Maha Melihat, aku  mungkin sudah diTITENi olehNya. Dan berusha hidup jujur, walau kejujuranku tidak 100% sempurna, ya paling tidak 95% lebih laah.  Aku bukan tipe anak yang suka berbuat macam-macam. Kegiatannya cuma  kerja-kerja dan belajar. Dan bagiku kerja pisikku cukup melelahkan juga. Maksudnya pagi sudah "gobyos'  kelelahan, kadang sering tidak mandi pagi dan langsung pergi ke sekolah/ kuliah. Maungkin kelelahanlah mengurangi prestasiku.

Allah Maha Kasih dan Adil. Saat kuliah Allah menunjukkan jalan kemudahan. Walau nilai pas-pasan, aku tidak sulit mencari kerja. Saat kuliah diberi kesempatan belajar menjadi guru SD. So Aku mendapat uang tambahan  sebagai guru SD. Alhamdulillah lagi aku mendapat  dua beasiswa. Salah satunya beasiswa TID / ikatan dinas. Tawaran yang baik, pokoknya kuterima. 

 
Walau nilai pas-pasan, pokoknya tidak sulit cari kerja. Alhamdulliah kurang dari lima tahun aku lulus dari Pend Bahasa Inggris UNS. Setelah lulus aku bekerja di lembaga pendidikan sebagai pengajar. Beberapa bulan kemudian aku diangkat sebagi manajer. Menjadi menejer sekitar satu  tahun. Alhamdulillah lagi, aku mendapat rezeki panggilan menjadi PNS di SMAN 1 Girimarto di th 2000. Sejak th 2000 samapi sekarng SKku tetap di SMAN 1 Girimarto.

Sabtu, 07 Juni 2014

"Hidup Pas-pasan" Mengingatkanku Kembali Untuk Bersyukur

Kata pas di sini bukan berarti pas dibutuhkan ada. Tapi yang aku maksud  hidup pas-pasan di sini istilah  kata  halus dari pada hidup  kemelaratan.

Kalau masalah hidup  dalam kondisi pas-pasan saja aku sudah kenyang. Dari masa dalam kandungan sampai puluhan tahun, kami hidup dalam kondisi pas-pasan. No Problem!.

Tak akan terlupakan sepanjang hayat. Aku terlahir dalam kondisi gizi buruk, ekonomi serba kekurangan, wajah pas-pasan, penampilan pisik  pas-pasan, kecerdasan juga pas-pasan. Maklum saja. Aku dilahirkan terakhir dari keluarga besar oleh seorang  ibu  yang sudah renta. Kayaknya tak ada modal hidup yang lebih untuk menghadapi kerasnya kehidupan.

Kondisi pas-pasan itu bukan ujian atau bukan musibah, inilah PR besar  bagi aku dan keluargaku untuk "well-survived".  Kami dididik untuk menjadi orang kuat dan nekat. Walau kenyataan aku tidak sekuat SUPERMAN. Ya pokoknya dikuat-kuatkan lah , walau aku tidak hebat ya dinekat-nekatkan dan dihebat-hebatkan.

Kekuatan keyakinan bahwa Allah SWT adalah Maha  Adil, Maha Kuat, Maha Kasih dan Sayang adalah sumber kekuatan untuk tetap optimis. Alhamdulillah, ternyata janji Allah tepat, kami akhirnya diberi kekuatan, kemampuan untuk menjalani hidup dan mampu menikmati kehidupan yang layak. Ya kalau  ada orang  bermodal surplus  lalu hidup layak, ya itu namanya wajar to ya!.

Terbiasa puluhan tahun hidup dalam kondisi pas-pasan, lalu  suatu saat dikaruniai nikmat sedikit lebih saja, waaah kok rasanya hidup bagai di syurga. Ibaratnya terbiasa  makan dengan nasi thiwul sayur jangan terong, eeeeeeeh suatu saat makan nasi uduk  lawuh bandeng, Subhanaallah nikmatnya luar  biasa.

 Akhirnya, setelah kami merasakan bukti kebenaran ayat-ayat Allah dan janjiNya  itu nyata,  dan jelas Dia adalah  Maha Kuasa, suatu konsekuensi kami  harus semakin bersyukur. Bersyukur kunci kesuksesan dan kebahagiaan.

Pengalaman Momong Anak Remaja

Lebih dari sepuluh tahun pengalaman  momomg dan mengajar anak-anak remaja SMA. Pengalaman  membahagiakan, mengasyikkan, menjengkelkan pasti ada. Dan ini pasti dialami setiap guru. Namun, Alhamdulillah yang mendominasi pengalamnku adalah pengalaman yang baik atau yang membahagiakan..

Sering juga dunia pendidikan tercoreng. Berdasar berita di media,  rasanya aku merasa ngeri juga:  guru dilaporkan ke polisi, guru selingkuh, guru cabul dll. Na'udzubillahi mindzalik, jangan sampai aku mengalami.

Pengalaman yang paling  menjengkelkan tentu  paling membekas. Ini sebetulnya  adalah kelakuan dari segelintir anak saja. Di antaranya anak yang tidak  memiiki tata krama. Sekali lagi ini pengalaman yang agak jarang terjadi padaku. Karena aku mengajar di desa. Sedangkan yang mendominasi sifat sifat orang desa adalah andap asor, menghormati dan memuliakan guru. Inilah yang paling mengasyikkan untukku. Sehingga aku tetap krasan mengajar di desa.

Aku akan sedikit cerita tentang pengalaman yang menjengkelkan dulu  saat berhadapan dengan murid yang "sok". Kelakuan murid "sok" yang terlihat adalah tidak peduli/  sopo aruh saat  bertemu guru, merendahkan guru,  bicara sendiri atau nylemong sendiri, merasa pintar tidak banyak mendengarkan dll. Pernah juga saat aku memotivasi para siswa  dia nyletuk bicara bahwa dia bisa sukses tanpa bantuan orang lain. Karena dia merasa  bisa mencari jalan sendiri. "Waaah sombong amat, ya. Waah mampu mencari jalan sukses sendiri, tanpa bantuan orang lain ?".   Itulah keheranan  kata batinku.

Alhamdulillah aku bukan termasuk tipe guru yang mudah marah. Aku berusaha memahami, mungkin ini perilaku remaja masa kini.  Kejengkalan kujadikan  media refleksi bahwa aku mungkin harus banyak belajar,  lebih bersabar dan berlaku lebih mulia. Dan semakin memotivasi diri untuk lebih sukses lagi.

Kalau pengalaman yang mengasyikkan rasanya biasa saja, cuma enak saja untuk diingat. Sering juga kutemui  para siswa sudah "grapyak semanak" bertemu denganku walau masih berjauahan: Assalamu 'alaikum paak, good morning sir!"  Pokoknya dari jauh sudah heboh bila bertemu denganku, juga  dalam menyambut kedatanganku.

Di saat-saat nilai ujian mapel yang kuampu nilainya bagus-bagus dan pada rangking bagus dibandingkan dengan SMA yang lain juga merupakan kebahagiaann sendiri.

Namun, ada juga  pengalaman dari siswi yang kebablasen: "Pak aku mau lho dijadikan istri bapak yang kedua!".  "EEEEh aku sudah tua aku sudah punya istri dan anak banyak". Aku menanggapi dengan santai. Aku yakin mereka juga cuma guyon saja  kok.

Ada-ada saja pengalaman bersama remaja.

Jumat, 06 Juni 2014

Berlama-lama Dalam Kemiskinan, Jangan Dong!

Flash back!. Kemiskinan sudah lama melekat di kehidupanku. Kalau sekarang ya sudah lumayan meningkat laah.

Aku memang  belum  kaya raya. Namun, alhamduillah minimal aku sudah mampu mandiri. Di rumah tannggaku,  aku adalah   tulang punggung keluarga. Aku harus memberi nafkah dengan satu istri (sebagai ibu rumah tangga), ibu kandungku (sekitar 90 th) dan empat anak.

Saat ini aku menunggu waktu mengantuk. Aku merenung.  Setelah merenung dan membaca-baca lewat berbagai media aku punya ide untuk mendapatkan income. Banyak sekali ide yang terlintas  untuk meningkatkan penghasilan yakni dari berbagai kesempatan lomba (lomba menulis cerita, artikel dan surat), sebagai pemasar dan pemasok barang dan juga guru les. Lebih jelasnya bahwa ternyata  kesempatan untuk mencari uang sungguh sangat luas sekali.
Kita sebaiknya berpikir lebih jauh: salah siapa kalau kita menjadi miskin atau tidak punya uang?
Allah SWT adalah Maha Kaya. Dia telah menyebar rezki di dunia, kita tinggal menjemputnya. Apabila kita belum kaya, saya pikir kita tidak perlu menyalahkan orang lain atau diri sendiri atau lebih jauh lagi menyalahkan Tuhan.
Barangkali salah satu penyebab kita awet hidup dalam kemiskinan adalah kita belum secara maksimal dalam mengembangkan diri. Kita mungkin masih asyik dalam kemalasan. 

Hampir tiap hari kulihat  banyak wanita tua mencari barang bekas, di antaranya adalah bungkus plastik kresek.   EEh ternyata belum ada sehari sudah terkumpul banyak. Dipastikan  plastik bekas  tersebut akan ditukar dengan uang.  Belum lagi barang rongsokan yang lain.

Di kesempatan  lain  aku melihat banyak orang laki-laki sehat  nongkrong sambil ngobrol ngalor ngidul. Bahkan banyak di antaranya orang-orang terpelajar. Pernah juga sekilas aku mendengar obrolannya; "Wah sekarang cari  pekerjaan  semakin susah".

Bagi yang masih mampu berpikir normal dan cerdas, akan bisa menyimpulkan mana yang lebih mulia di antara wanita tua yang sudah mulai lemah tapi mau kreatif bekerja dibandingkan para lelaki yang sehat tapi suka nongkrong-nongkrong saja?

Apakah ini bukan suatu kebodohan saja, kalau kita  berlama-lam hidup  dalam kekurangan atau kemiskinan. Mari kerja, kerja dan kerja. Kerja adalah ibadah.

Salam sukses sejati.