Apakah Anda mudah iri atau dengki kepada orang lain? Kasihan Deh Luh! Hidup kok digawe "bentoyong alias rekoso". Dengki kok dipelihara, bisa-bisa Anda akan bangkrut: mudah sakit, stress dan lebih parah lagi amal kebaikan Anda akan hangus.
Pernyataan
di atas adalah inti sari hikmah dari keterangan ustadzku. Namun, kita boleh dengki atau iri atas ILMU
YANG BAIK DAN AMAL YANG BAIK kepada orang lain. Kalau dengki cuma masalah harta dan kedudukan, waah kok Anda
remeh temeh sekali!.
Ya
keterangan di atas benar-benar berdasar
keterangn dari beberapa ustadzku (antara
lain Ust Ahmad Sukino, Aa’ Gym, Ust Mursidi Lc. Ust Muh. Hasan dll). Akhirnya
aku “share” dan kurangkum.
Sekali lagi,
kita bisa rugi besar bila sering iri dan dengki. Kita perlu belajar untuk
mengatasi penyakit jiwa tersebut. Apakah
Maskatno Giri juga bersih dari iri dan dengki. Alhamdulillah, walau aku bukan
sempurna, aku adalah orang yang berusaha kreatif untuk menghilangkan sifat iri. Jangan kuatir di blog pribadiku, kutulis 5M CARA
MENGHILANGKAN IRI DAN DENGKI, yen ora bolo ora tak kandani;
Pertama, Mengikhlaskan Diri AtasTakdir Allah Subhanahu
wa Ta’ala
Setiap
manusia yang lahir ke dunia, telah Allah tetapkan rezekinya. Dan sesungguhnya
Allah membagi rezeki dan nikmat dengan ilmu-Nya. Dengan hikmah-Nya Allah
melapangkan rizki-Nya kepada siapa saja yang Dia hendaki, dan dengan
keadilan-Nya Dia tidak memberi kepada siapa saja yang Dia hendaki. AllahSubhanahu
wa Ta’ala berbuat sekehendak-Nya, namun tidaklah sekali-kali Dia
menzholimi hamba-Nya.
Kedua, Memanjatkan
Doa Kepada Allah.
Sesungguhnya
Al-Qur’an adalah petunjuk dan obat penawar dari segala macam penyakit hati.
Maka barangsiapa mendapati penyakit dalam hatinya, hendaklah dia mencari obat
penawarnya dalam Al-Qur’an.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala telah memuji para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang telah berdo’a kepada Allah untuk memohon perlindungan
dari sifat hasad (dengki) yang dapat memicu kebencian dan permusuhan diantara
orang yang beriman.
Inilah sikap
mulia orang-orang sholih sebelum kita. Sudah selayaknya kita meneladani mereka.
Allah menceritakan kisah mereka dalam Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai
pelajaran bagi kita semua. Mereka banyak berdo’a kepada Allah dengan
mengucapkan:
“Ya Rabb
Kami, berikanlah ampunan kepada Kami dan saudara-saudara Kami yang telah
beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam
hati Kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb Kami, sesungguhnya Engkau
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10).
Ketiga, Menyibukkan Diri Dengan Memikirkan Aib Sendiri
Sifat hasad
biasanya akan menyibukkan hati dengan mencari-cari aib dan kesalahan orang
lain. Maka solusi terbaik untuk menanggulanginya adalah mengingat kebaikan
orang lain dan menyibukkan diri dengan memikirkan aib sendiri kemudian
memperbaikinya.
Ada nasehat
yang sangat indah dari ‘Abdullah Al-Muzanni rahimahullah. Beliau
mengatakan, “Jika iblis memberikan bisikan kepadamu bahwa engkau lebih mulia
dari muslim lainnya, maka waspadalah. Jika ada orang yang lebih tua darimu,
maka katakanlah, “Orang ini telah mendahuluiku dalam beriman dan beramal
sholih, maka dia lebih baik dariku.” Jika ada orang yang lebih muda darimu,
maka katakanlah, “Aku telah mendahului orang ini dalam maksiat dan dosa, serta
lebih pantas mendapatkan siksa dibandingkan dirinya, maka sebenarnya dia lebih
baik dariku.”
Demikianlah
sikap yang seharusnya engkau perhatikan ketika engkau melihat yang lebih tua
atau yang lebih muda darimu.” (Hilyatul Auliya’, 1/310)
Keempat, Mensyukuri Rizki Walau Baru Sedikit
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang tidak mensyukuri
yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (Hadits
hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad, 4/278. Hadits ini dinilai hasan oleh Al-Albanirahimahullah dalam As-Silsilah
Ash-Shohihah, no. 667).
Kelima, Memandang
“Orang Bawah”
Pada
dasarnya, jiwa manusia memiliki tabiat menyukai kedudukan yang terpandang, dan
tidak ingin ada yang menyaingi atau lebih tinggi darinya. Dari sanalah hasad
ini biasanya muncul, karena sumber dari penyakit hasad adalah cinta terhadap
perkara-perkara dunia, seperti cinta harta benda, kedudukan, jabatan, maupun
pujian manusia. Oleh karena itulah, sifat hasad ini paling banyak menimpa
orang-orang yang cinta jabatan dan kekuasaan.
Fudhail bin
Iyadh rahimahullah mengatakan, “Tidaklah seseorang mencintai
kekuasaan, melainkan pasti ia merasa iri dan dengki terhadap lawannya, suka
mencari-cari aib orang lain, dan tidak suka bila kebaikan lawannya
disebut-sebut.” (Disarikan dari Durus al-’Am, edisi terjemahan:
Kultum Setahun jilid I, hal. 205, Abdul Malik bin Muhammad Abdurrahman
al-Qasim).
Persaingan
dalam perkara duniawi akan mengobarkan hasad dan melalaikan manusia dari
nikmat-nikmat Allah yang telah dicurahkan padanya.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada kita untuk melihat
orang-orang yang ada di bawah kita dalam perkara harta dan dunia. Hal ini akan
menjadikan kita lebih ridha dan bersyukur dengan nikmat yang Allah limpahkan
pada kita.
Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Pandanglah
orang yang berada di bawah kalian (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah
kalian memandang orang yang berada di atas kalian. Karena yang demikian itu
lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah dilimpahkan
kepada kalian.” (Hadits
shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2963)
Kelima, Membalas Kebaikan Dengan Orang Yang Kita Hasad/
Dengki Padanya
Mungkin ini
adalah perkara yang paling berat untuk dilakukan, namun sungguh akan memberikan
pengaruh yang luar biasa, dengan ijin Allah Ta’ala. Kita bisa
berbuat baik dengan menebarkan salam atau saling memberi hadiah, yang semua itu
akan memperkuat rasa persaudaraan dan menumbuhkan rasa kasih sayang. Kita juga
berusaha mendo’akannya dengan kebaikan karena dengan mendoakan kebaikan kepada
orang lain, kita akan mendapatkan kebaikan semisal dengan isi do’a kita.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Do’a seorang muslim kepada saudaranya ketika
saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di
sisinya ada malaikat yang bertugas mengaminkan do’anya. Tatkala dia mendo’akan
saudaranya dengan kebaikan, Malaikat tersebut mengucapkan: Amin.., engkau akan
mendapatkan yang semisal dengannya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari
dalam al-Adab al-Mufrod, no. 625 dan Ahmad, no. 26279. Hadits
ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shohiih al-Adab
al-Mufrod,
Salam Sukses Sejati