Saat aku menulis di blogku ini, jam menunjukkan hampir tengah malam. Inginnya aku bisa tidur nyenyak dan bisa bangun jam tiga pagi untuk sia-siap makan sahur. Tapi sayang, aku kok belum mengantuk. padahal tadi siang aku cuma tidur sebentar. Sebab pas sudah hampir nyenyak tidur, aku terganggu dengan suara deruman mesin sepeda motor sangat keras dari banyak orang yang berpesta atas kemengan sementara Jokowi JK sebagai presidaen.
Kini sebelum tidur daripada melamun, menulis saja. Sebenarnya aku memiliki kemauan untuk menulis setiap hari. Cuma terkadang aku blank tak punya ide.
Ya aku mau bercerita acara ta'ziah tadi siang. Tetanggaku, orang tua anggota jama'ah masjid dekat rumahku meninggal tadi malam. Dan siang tadi dimakamkan sebelum dhuhur. Sebelum dimakamkan jenazah disholatkan dii Masjid Attaqwa Lawu Telukan.
Alhamdulillah hampir seratusan orang siap dan bersedia mensholatkannya. Dan aku juga berada tepat di shaf kedua. EEEh ternyata aku didekati oleh si tuan rumah supaya menjadi Imam Sholat Janazah. Sebetulnya di Masjid ini aku belum pernah menjadi Imam Sholat Janazah, tapi kalau pengalaman mensholatkan janazah dan menjadi am'mum sudah sering. Ini suatu resiko kebaikan, karena aku termasuk pengurus ta'mir masjid. Harus bersedia dengan ikhlas.
Ditunjuk menjadi imam sholat janazah? Ya aku dengan senang hati, jelas harus bersedia dan langsung menuju ke dapan sendiri di hadapan para jama'ah. Inilah pengalaman pertamaku menjadi Imam Sholat janazah di Masjid Besar dengan seratusan orang. Alhamdulillah aku diberi kesempatan untuk beramal. Harus ikhlas.
Ditunjuk menjadi imam sholat janazah? Ya aku dengan senang hati, jelas harus bersedia dan langsung menuju ke dapan sendiri di hadapan para jama'ah. Inilah pengalaman pertamaku menjadi Imam Sholat janazah di Masjid Besar dengan seratusan orang. Alhamdulillah aku diberi kesempatan untuk beramal. Harus ikhlas.
Aku mulai berpikir lebih jauh, kok aku yang ditunjuk menjadi Imam ya?. Padahal aku masih muda, banyak yang sudah senior diandingkan aku. Lha mau siapa lagi. Sebetulnya yang sering menjadi imam rawatib di masjid ini bukan aku. Aku cuma imam kedua. Imam kesatu baru ada keperluan, katanya menjadi saksi pilpres. Barangkali ini aku ditunjukkan jalan supaya aku bersedia menjadi aktif di masyarakat dan mungkin inilah pengkaderan aku menjadi calon tokoh. Maksudnya aku harus bersedia beramal untuk masyarakat tidak perlu nunggu-nunggu atau iren untuk berbuat baik di masyarakat.
Memang kenyataanya jumlah para sesepuh di kampungku sudah mulai berkurang. Inilah kesempatan para orang muda sepertiku harus ringan tangan, aktif beramal untuk masyarakat.